
by Titikoma

Hafidz Cilik
Jarum jam menunjuk di angka 4 kurang beberapa menit ketika Adnan terbangun dari tidurnya. Rasa sakit pada giginya yang membuat Adnan terpaksa harus bangun dari tempat tidurnya yang nyaman. Adnan menyibakkan gorden jendela, ia membuka jendela kamar, terlihat langit masih gelap, hanya sinar lampu yang masuk mengenai wajahnya. Dilihatnya teman-teman sekamar masih tidur dengan pulas. Ia ingin kembali untuk tidur, tapi sebentar lagi akan tiba waktu subuh. “Aoww ....” Adnan meringis. Ia mengusap pipi kanannya, sepertinya giginya yang terasa sakit. Sudah tiga hari berlalu giginya terasa sakit. Mungkin sudah saatnya ia harus ke dokter gigi untuk mencabut giginya. Muhammad Adnan Al-Ibrani nama lengkapnya. Tapi teman-temannya sering memanggilnya ‘Anan’. Kata mereka, tampang Adnan mirip dengan Anan, pasangan dari Navya di serial drama India beberapa tahun yang lalu. Aktor yang memerankan tokoh Anan adalah Aktor tampan Shaheer Sheikh. Hanya satu perbedaan Adnan dan aktor India itu. Adnan tidak memiliki otot tangan yang besar juga tubuh yang kekar. Adnan teringat sekilas tentang lelucon teman-temannya di desa. Bermula dari kebiasaan para tetangganya yang selalu menonton drama India itulah nama panggilannya tercipta. Terkadang Adnan merasa kesal karena tayangan televisi sekarang selalu menayangkan sesuatu yang kurang bermanfaat. Nyaris tak ada tayangan yang sehat dan pantas untuk dilihat anak-anak di masa sekarang. Bahkan tayangan kartun dan animasi juga tidak pantas dijadikan contoh untuk anak-anak. Lalu, bagaimana nasib anak-anak di masa mendatang kalau tayangannya seperti ini? Adnan sangat bersyukur karena di sisi lain tontonan televisi yang seperti itu, ternyata masih ada stasiun televisi swasta yang masih bersedia untuk memberikan tontonan yang sangat bermanfaat sesuai dengan waktu pelaksanaannya yaitu di bulan suci ramadan dengan mengadakan acara Hafidz Cilik Indonesia, guna menyeleksi dan mencetak bibit unggul anakanak penerus generasi bangsa. Dandi sinilah Adnan bersama peserta finalis dari seluruh Indonesia lainnya yang terus mengembangkan ilmu dan menjadi motivator serta inspirator bagi orang lain dalam menghafalkan ayat-ayat suci Al-Qur’an dan meningkatkan kecintaan membaca Al-Qur’an dengan lantunan yang menyejukkan jiwa serta menenangkan hati. Alyas sudah terbangun dari tidurnya, hanya Yazid yang masih tertidur lelap. Dan membangunkan Yazid adalah tugas Adnan. “Nan, kamu sudah bangun dari tadi, ya?” tanya Alyas, sembari mengucekngucek matanya, suaranya masih terdengar malas untuk bangun. “Iya, Yas. Cepetan ambil air wudu. Aku mau bangunin Yazid dulu.” “Iya, iya,” jawab Alyas. Ia bangun dari tempat tidur lalu mulai melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Sedangkan Adnan sudah siap dengan baju koko dan sarung kecil yang dikenakannya. “Yazid! Zid, bangun! Udah subuh!” seru Adnan seraya menepuk-nepuk kaki Yazid. Dalam satu kamar ini, di antara mereka bertiga, memang Yazid yang paling susah untuk bangun sendiri tanpa dibangunkan oleh orang lain. Tapi tidak terlalu sulit untuk membangunkannya, Adnan cukup menggoyanggoyangkan tubuhnya saja. Begitu ia bangun dari tidurnya, segera ke kamar mandi untuk mengambil air wudu lalu Ia turun ke lantai satu untuk salat bersama dengan yang lain di Musholla. Hari ini adalah hari yang paling menegangkan bagi seluruh finalis Hafidz Cilik Indonesia, karena hari ini adalah Grand Final Lomba Hafidz cilik Nasional se-Indonesia. Adnan yang mewakili Jawa Timur masih bertahan sampai empat besar. Ya, sekarang tersisa empat finalis. Adnan, Alyas, Yazid dan Sabrina. Entah siapa nanti yang akan menyusul Rasyid. KemarinRasyid mendapatkan dukungan sms terendah. Akhirnya ketiga juri memutuskan bahwa Rasyid harus belajar lagi di rumah. Seperti biasa setelah salat subuh,finalis Hafidz Cilik Indonesia harus kembali menghafal ayat-ayat Al-Qur’an yang akan dibacakan nanti. Penampilan Adnan hari ini akan menghafalkan Al-Qur’an Juz 29 Surat ke 75 yaitu Surat Al-Qiyamah dengan jumlah ayat sebanyak 40 ayat. Berbeda dengan Alyas dan Yazid, karena mereka akan menghafalkan Al-Qur’an Juz 30, Alyas hari ini menghafalkan Al-Qur’an Juz 30 Surat ke 78 yaitu Surat An Naba’ dengan jumlah ayat sebanyak 40 ayat dan Yazid menghafalkan Al-Qur’an Juz 30 Surat ke 79 yaitu Surat An Naazi’at dengan jumlah ayat sebanyak 46 ayat. Sedangkan Sabrina hari ini menghafalkan Al-Qur’an Juz 27 Surat ke 55 yaitu Surat Ar Rahman dengan jumlah ayat sebanyak 78 ayat. Sabrina mendapatkan tantangan dari Ustaz Mirza untuk menghafalkan surat Ar Rahman, karena dalam surat Ar-Rahman terdapat beberapa ayat yang sama sehingga nanti saat membacakan Surat Ar-Rahman, Sabrina tidak harus membacakan keseluruhan ayat, melainkan hanya akan melanjutkan apa yang akan diucapkan oleh Ustadz Mirza. Metode ini dulu pernah dilakukan pada saat babak 20 besar, pertama kali saat semua peserta finalis 20 besar tampil dan disiarkan secara langsung di televisi swasta yang mengadakan acara Hafidz Cilik Indonesia ini. Orang tua Adnan selama ini hanya bisa melihat Adnan melalui televisi di rumah. Panitia lomba Hafidz Cilik Indonesia menetapkan peraturan bahwa selama masa karantina, peserta memang diharuskan untuk mandiri. Orang tua tidak diperbolehkan tinggal di asrama dan hanya diberikan kesempatan untuk berkunjung sekali dalam seminggu. “Nan, sekarang giliranmu. Sini!” panggil Alyas. Benar, sekarang adalah giliran Adnan karena Alyas, Yazid dan Sabrina sudah setor hafalan mereka kepada Ustadzah Meme, tinggal giliran Adnan yang terakhir. Setelah dipanggil oleh Alyas, Adnan langsung menghampiri Ustadzah Meme. “Nan, awas ya kalau tiba-tiba gigimu copot,” ledek Yazid. “Hahaha... iya, Nan. Jangan sampai gigimu sendiri loncat keluar dari mulut,” sahut Alyas. Ustazah Meme dan Sabrina hanya tersenyum. “Sudah, sudah, Yazid, Alyas. Kalian berdua tidak boleh berkata seperti itu pada Adnan,” kata Ustadzah Meme, “Ayo, Adnan. Mari kita mulai,” lanjutnya seraya memberi isyarat pada Adnan untuk mendekat. “Iya, Ustadzah,” jawab Adnan pelan. Lalu ia pun mulai melafalkan ayatayat Al Qiyamah yang sudah ia hafalkan seminggu yang lalu. Adnan berharap semoga dengan ayat-ayat Al Qiyamah ini ia bisa menjadi juara. “Dua peserta grand final sudah tampil di depan. Tersisa dua peserta lagi yang masih belum tampil. Mana nih suara pendukungnya Adnan?” “Adnan! Adnan! Adnan! Adnan!.” “Adnan pasti bisa!” “Adnan juaranya!” “Adnan! Adnan! Adnan! Adnan!.” “Adnan! Adnan! Adnan! Adnan! Adnan!” Teriakan histeris para penonton yang ada di studio itu juga telah menjadi sumber semangat bagi Adnan, meskipun orang tuanya belum bisa mendukungnya secara langsung, tapi Adnan yakin kalau orang tuanya akan selalu mendoakan yang terbaik untuknya. “Wow! Banyak sekali pendukung Adnan. Oke, mana nih suara pendukung Alyas?!” seru Kak Yahya selaku pembawa acara. “Wooo ... Alyas pasti menang!” “Alyas bisa!” “Alyas! Alyas! Alyas! Alyas!” “Allahu akbar! Alyas juaranya! Allahu akbar!” “Alyas! Alyas! Alyas! Alyas! Alyas!.” “Ternyata tidak kalah hebohnya dengan para pendukung Adnan, ya? Oke, tinggal dua peserta lagi yang akan tampil, yaitu Adnan dan Alyas. Buat para pendukung peserta Hafidz Cilik Indonesia, sms masih dibuka sampai sekarang. Jadi jangan sampai keinggalan untuk mendukung peserta favorit kalian kata Kak Yahya. “Oke, jangan ke mana-mana. Tetap di Grand Final Hafidz Cilik Indonesia,” sambung Kak Sinta, pembawa acara yang menemani Kak Yahya. “Setelah melihat penampilan luar biasa dari Yazid dan Sabrina, kini tinggal Adnan dan Alyas yang akan menunjukkan kemampuannya,” kata Kak Yahya. “Hari ini hanya ada satu peserta Hafidz Cilik Indonesia yang akan kembali belajar di rumah. Dan tentunya siapa nanti yang akan kembali belajar di rumah merupakan finalis yang mendapatkan Juara ke-4. Karena tinggal empat finalis, maka akan sangat mudah untuk menentukan juara satu, juara dua dan juara tiga.” “Oke, langsung saja kita panggilkan peserta Hafidz Cilik Indonesia selanjutnya!” “Ini dia! Adnan!” panggil Kak Yahya dan Kak Sinta bersamaan. Adnan pun maju ke tengah-tengah podium lalu mulai melafalkan ayat-ayat Al Qiyamah. Bismillahirrahmaanirrahim, Adnan berbisik dalam hati. Adnan mulai melafalkan ayat-ayat Al Qiyamah dengan lantunan yang sangat merdu dan hikmat. Bahkan di antara penonton ada yang menangis, mungkin mereka telah mengetahui makna dari ayat-ayat dalam Surat Al Qiyamah. “Alhamdulillah, luar biasa sekali. Empat puluh ayat dari surat AlQiyamah telah dibacakan dengan sempurna dan dengan lantunan yang menggetarkan hati. Oke, langsung saja kita dengarkan bagaimana komentar dari Ustadz Mirza. Silakan, Ustadz!” “Adnan, kamu memang luar biasa. Tidak ada kesalahan untuk penampilan kali ini. Makna dari ayat-ayat Al-Qiyamah ini juga sangat mendalam dan kamu mampu melantunkannya dengan baik, makhraz-nya bagus, serta tajwid-nya juga sudah tepat. Semoga penampilan kamu selanjutnya tetap baik. Pertahankan ya, Adnan,” komentar Ustaz Mirza panjang lebar. “Iya Ustaz. In sha Allah,” kata Adnan. “Bagaimana dengan komentar Umi Salamah?” “Zayyid Jiddan, hanya itu yang bisa dikatakan oleh Umi. Semangat, ya, Nak. Tingkatkan dan pertahankan terus hafalannya.” “Baik, Umi.” “Ya, langsung saja komentar dari Ustazah Meme.” “Ustazah sempat khawatir karena terakhir Muraja’ah bersama Ustazah kemarin Adnan masih ada beberapa ayat yang masih sering keliru, tapi sekarang Ustadzah tahu kalau Adnan memang Hafidz Cilik yang luar biasa. Untuk penampilan kali ini tidak ada yang salah sedikitpun. Semua bacaannya lancar, dan seperti yang telah dikatakan oleh Ustadz Mirza, bacaan tajwidnya juga sudah benar, tidak ada yang salah.” “Terima kasih, Ustazah Meme.” “Alhamdulillah,dari ketiga Hafidz Cilik Indonesia yang tampil telah mendapatkan komentar yang positif dari semua juri. Kita memang patut berbangga karena di negara kita negara Indonesia yang memang mayoritas penduduknya beragama Islam, kita memiliki bibit unggul yang luar biasa.” “Ya, benar sekali kata Kak Yahya, karena dengan adanya Hafidz Cilik Indonesia ini akan menjadi semangat dan inspirasi bagi orang lain untuk meningkatkan kecintaannya akan membaca Al-Qur’an. Oh ya kita masih punya satu finalis lagi yang luar biasa juga. Finalis empat besar terakhir di Hafidz Cilik Indonesia. Baiklah, langsung saja kita panggil, Alyas!” Grand Final Hafidz Cilik Indonesia tahun ini memang sangat ditunggutunggu, sebenarnya untuk Grand Final kemarin akan langsung diungkapkan siapa yang akan menjadi juara 1, 2, dan 3 dan akan menyisakan satu peserta finalis yang akan kembali belajar di rumah, akan tetapi untuk Grand Final kemarin pengumuman juara itu diurungkan, karena memang keempat finalis memiliki kualitas masing-masing dan kemampuan yang luar biasa serta mereka juga sama-sama kuat dalam hafalannya. Seluruh dewan juri sebenarnya juga masih bingung tentang keputusan siapa yang akan menjadi juara, sehingga yang kemarin seperti yang dikatakan oleh Kak Yahya dan Kak Sinta bahwa hanya ada satu peserta yang akan kembali belajar di rumah yang juga merupakan finalis yang mendapatkan juara keempat. Sedangkan untuk ketiga peserta finalis yang lain belum bisa diputuskan siapa yang berhak untuk menjadi juara sehingga akan kembali diuji di pertemuan selanjutnya. Adnan, Alyas, Yazid dan Sabrina, hanya tersisa empat finalis dari dua puluh besar finalis. Pada kesempatan kali ini yang kembali belajar di rumah adalah Yazid. Dan untuk pertemuan selanjutnya tinggal tersisa tiga finalis yaitu Alyas, Adnan dan Sabrina. Tantangan ketiga finalis Hafidz Cilik Indonesia tahun ini adalah mempraktikkan secara lengkap dan urut salat Idul Fitri dengan hafalan bacaan salat lengkap, serta bacaan surat setelah Al Fatihah sesuai dengan kemampuan masing-masing dari ketiga finalis. Khusus untuk Adnan dan Sabrina, di akhir penampilannya nanti akan ada menyambung ayat dan menebak surat, karena Adnan telah menghafalkan 20 Juz dengan rincian, 10Juz dari Juzpertama (Juz 1-10) dan 10 Juz dari Juz terakhir (Juz 20-30) yang ada di dalam Al Qur’andi usianya sekarang yang masih 9 tahun. Sedangkan Sabrina sudah mendapatkan hafalan 10 Juz dari Juz pertama. Babakfinal Hafidz Cilik Indonesia telah berjalan dengan lancar. Memang perlu diacungi jempol kemampuan dari ketiga finalis. Kini seluruh dewan juri tak perlu lagi bingung dalam memberikan keputusan yang pantas untuk mendapatkan juara1, 2 maupun 3. Dari hasil dukungan sms dan keputusan dari Ustadz Mirza, Ustadazah Meme dan Umi Salamah, yang berhak mendapatkan juara 3 adalah Alyas, juara 2 adalah Sabrina dan yang mendapatkan juara 1 adalah Adnan. “Alhamdulillah,” ucap Adnan lirih ketika mendengar namanya dipanggil sebagai juara pertama. Adnan langsung sujud syukur atas apa yang baru saja ia dapatkan. Ayah, Ibu, terima kasih atas kehadiran kalian di sini. Alhamdulillah Adnan mampu memberikan hadiah ini pada kalian. Labbaikallahumma labbaik. Selepas acara final Hafidz Cilik Indonesia, Adnan didampingi orang tuanyasaat keluar dari studio sangat kaget karena di luar sekumpulan wartawan sudah siap siaga di depan pintu studio untuk mengambil gambar dan mengajukan banyak pertanyaan. Adnan yang masih kecil bingung apa yang harus ia lakukan, dengan penuh sesak banyak kerumunan para wartawan. Adnan tetap memegang erat bunga dan trophy yang telah diberikan tadi. “Adnan, bagaimana perasaanmu?” “Adnan, apa mereka orang tuamu?” “Adnan, apa yang akan kamu lakukan dengan uang hadiah yang kamu dapatkan?” “Adnan. Adnan. Adnan.” Suara para wartawan masih terdengar di belakang Adnanmeskipun staff panitia petugas keamanan telah membantu Adnan beserta orang tuanya untuk keluar dari kerumunan para wartawan itu. Dengan sigap dan tegas petugas keamanan membukakan jalan yang tertutup oleh para wartawan. Duh... apa para wartawan itu akan mengejarku sampai rumah, ya? Adnan terlihat bingung.