hafidz cerdik
Hafidz Cerdik

Hafidz Cerdik

Reads
65
Votes
0
Parts
7
Vote
by Titikoma

Bebas

 Di sisi lain, Bu Irma dan Pak Ibrahim sudah berada di tempat di mana

Bang Jono dan Bang Zuki rencanakan.

“Yah, kenapa sepi sekali?” tanya Bu Irma.

“Ya, Bu. ke mana mereka?”

Sementara Kak Ziya dan beberapa polisi yang ikut dengannya berhasil

menemukan rumah tempat persembunyian Adnan.

“Benar, Pak, di sini tempatnya, kita sudah dekat. Mungkin rumah yang di

sana itu rumahnya.”

“Baik, segera kita ke sana.”

Saat terdengar ada orang-orang yang berlari, Adnan segera siap untuk

rencana selanjutnya. Tapi, sepertinya bukan dari arah dalam rumah

suaranya.

“Siapa lagi ini? Jangan, jangan!” tebak Adnan dalam hati.

Zuki akhirnya bisa terlepas dari ikatannya. Tangan dan Kakinya sudah

terbebas, bergegas

Zuki segera menghampiri Bang Jono ke belakang. Bang Jono masih

memegangi kepalanya kesakitan.

“Cepat! Cepat kejar! Pasti belum jauh dari sini,” kata Bang Jono, sambil

memegangi kepalanya.

“Baik, Bang. Ke mana perginya?”

“Cepat lewat depan, karena pintu belakang sini tidak ada jalan lain selain

memutar balik menuju gerbang depan, cepat! Cepat!”

“Iya, Bang,” kata Zuki langsung berlari membuka pintu depan. Bang Jono

berusaha mengikuti Zuki.

“Bang, sepi Bang,” kata Zuki

“AYO! Cepat kita lari, cari tuh bocah sampai dapat!” perintah Bang Jono.

Zuki dan Bang Jono pun berlari bergegas keluar, sampai akhirnya mereka

tiba-tiba ...

“Aaaargh!”

“Oh tidak, Bang Jono kita sudah terjebak Bang, bagaimana kita bisa

keluar?”

“Emang dasar tuh bocah, sejak kapan dia mengelabuhi kita.”

“Zuki kagak tahu, Bang. Gimana ini, Bang?”

“Alhamdulillahirabbil’alamin, gimana Bang? Sudah mau bertaubat?”

tanya Adnan, tiba-tiba Adnan muncul di atasnya.

“Eh, bocah. Sini kamu!”

“Maaf, ini memang sengaja. Tenang saja, Adnan gak bakalan lari ke manamana kok, aku akan tetap di sini.”

“Keluarkan Zuki, Adnan!” teriak Zuki.

“Tenang saja Bang, nanti juga pasti Bang Jono dan Bang Zuki bakalan

keluar dari sana, jika Allah sudah menghendaki. Adnan akan tunggu di sini

sampai Allah akan memberikan pertolongan buat Adnan, kalau bisa. Bang

Jono dan Bang Zuki keluar saja sendiri dari dalam sana.”

“Adnan!” Panggil seseorang, Adnan sangat mengenali panggilan ini.

“Kak Ziya!“ teriak Adnan, tak percaya saat menoleh ke belakang, Adnan

melihat Kak Ziya dengan beberapa Polisi, tak menunggu lama, Adnan

langsung berlari menghampiri Kak Ziya. Kak Ziya memeluk Adnan dengan

erat.

“Alhamdulillahirabbil’alamin,” ucap Kak Ziya lirih. “Di mana para

penjahatnya Adnan?” tanya Kak Ziya.

“Di dalam tanah berlubang itu, Kak,” jawab Adnan, sambil menunjuk

tanah berlubang itu.

“Pak, cepat tangkap mereka!” seru Kak Ziya, Polisi pun langsung bergegas

membawa Bang Jono dan Zuki keluar dari tanah berlubang itu dan

memborgol mereka berdua.

“Akhirnya, Alhamdulillah Adnan benar-benar bebas sekarang.”

“Bagaimana bisa kamu menjebak mereka Adnan?” tanya Kak Ziya.

“Adnan dilawan.” Adnan dengan bangga sambil menepuk dadanya.

“Adik Kak Ziya memang pintar, ” kata Kak Ziya. Adnan hanya bisa tersenyum

bahagia. “Oh iya Adnan menghubungi Ayah dan Ibu dulu.”

Tut ... tut ... tut ...

“Assalaamu’alaikum, Yah. Alhamdulillah, Adnan sudah ketemu, Yah, Bu,

sekarang Adnan

bersama Ziya, para pelaku penjahatnya juga sudah ditangkap oleh polisi

sekarang.“

“Alhamdulillah, baik sekarang Ayah dan Ibu akan menyusul kamu ke sana,

di mana alamatnya?”

“Baik, sebentar Ziya kirim alamat lengkapnya melalui pesan.”

“Baik, Nak.”

“Alhamdulillahirabbil’alamin, kita masih bisa berkumpul bersama

sekarang,” kata Pak Ibrahim

“Iya Nan, Ibu sangat khawatir dengan kamu,” kata Bu Irma.

“Maafkan Adnan, Yah, Bu, seharusnya Adnan tidak keluar saat itu.”

“Maafkan Kak Ziya juga, Yah, Bu, seharusnya Ziya tidak mengizinkan

Adnan keluar waktu itu.”

“Sudah, sudah, semua sudah terjadi dan biarkan berlalu, dengan kejadian

ini semoga kita dapat mendapatkan hikmah dan manfaatnya.” Pak Ibrahim

berkata bijak.

“Iya benar, yang terpenting sekarang Adnan sudah ketemu dan Adnan

sudah bebas. Kita sudah berkumpul seperti ini lagi, Ibu sangat sudah

sangat senang.” Bu Irma menimpali.

“Alhamdulillah, Adnan sekarang akan lebih berhati-hati untuk memercayai

orang yang belum kenal.” Kata Adnan.

“Iya, Yah, Bu. Jadi beruntung sekali karena Adnan saat itu tetap membawa

MP3 yang aku kasih, kalau bukan karena MP3 itu mungkin belum bisa

ditemukan sekarang Adnan,” jelas Kak Ziya.

“Kok bisa, Ziya?” tanya Pak Ibrahim.

“Iya, Yah. MP3 yang Ziya kasihkan itu bisa dilacak dengan GPS.”

“Oh, begitu,” Sahut Pak Ibrahim, sambil manggut-manggut.

Setiap apa yang terjadi, biarlah tejadi sesuai dengan kehendak-Nya. Hanya

pembelajaran bermakna yang mampu kita petik dalam setiap kejadian.

Jangan pernah merasa bahwa yang Kuasa tidak akan melimpahkan rezekiNya kepada para hamba-Nya, karena setiap apa yang telah diberikan oleh

Allah, itulah takaran untuk kita, percayalah Allah akan memperlancar rezeki

asalkan kita mengupayakannya dengan cara yang Halallan Thoyyiban.

Media Sosial, media komunikasi jaman kekinian yang tak bisa terelakkan

lagi. Namun, bagaimanapun juga sebijak-bijak orang yang mampu

mempergunakannya dengan layak, baik dan benar adalah orang yang

Bijak.

-TAMAT-


Download Titik & Koma

* Available on iPhone, iPad and all Android devices