
by Titikoma

Epilog
Memang Bagus kembali menghubunginya dan memohon-mohon meminta maafnya. Bahkan kembali mencoba bertemu dengan menyesuaikan waktu kerja Kinanti yang semakin hari semakin padat. Jaka juga menjauhinya, Kinanti anggap ini yang terbaik setelah tahu hati Jaka sebenarnya yang ternyata mencintainya. Bagaimanapun Kinanti tidak akan pernah merebut kekasih orang, apalagi Kinanti kenal baik dengan Evi. Dan senja yang teduh setelah enam bulan kejadian dari penyitaan hp dan dompet oleh Bagus yang katanya terpaksa Bagus lakukan demi membayar semesteran dan juga mulai skripsi. Nyatanya Kinanti luluh dan berdua berhadapan, Bagus tampak lebih kurus tetapi wajahnya tampak lebih kalem. Kata-kata kasar sejenak lenyap, sore itu Kinanti memaafkan semuanya. Bagus berjanji memperbaiki hubungan mereka dan perilaku dia yang sangat kasar, egois dan selalu merasa terpuruk. Hanya saja sepertinya harapan tinggal harapan, tanpa berita apapun tibatiba Bagus muncul dan langsung marah-marah tidak jelas saat Kinanti pulang kantor pukul 19.00 lewat jalan belakang gedung Menara Jakarta. Bagus muncul dan memaksa Kinanti untuk menyerahkan hp dan dompetnya lagi, kali ini Kinanti melawan. Jalan gedung belakang Menara Jakarta memang tampak sepi. Kinanti berusaha meminta tolong tapi malah tamparan berulang kali Bagus layangkan, Bagus seperti kesetanan dan berusaha mencekik lehernya. Untung ada seorang Satpam yang melintas langsung menghajar Bagus dengan pemukulnya, sempat terjadi pergumulan Satpam yang masih muda dengan Bagus. Sementara Kinanti mulai terasa kabur pandangannya. Di saat yang genting Kinanti masih sempat melerai beberapa orang yang akan menghakimi Bagus. Untuk pertama kalinya Kinanti digelandang ke Kapolsek terdekat untuk dimintai keterangan dan diinterogasi, juga difoto bekas pemukulan Bagus di wajahnya yang lebam dan cakaran di lehernya saat mencoba mengelak pencekikan. Belum bajunya yang sobek saat berusaha lari dari Bagus. Hilang sudah kesabaran hatinya, batas yang membuat dia bertahan hancur sudah. Hatinya sudah cukup sakit melewati semua dan apa yang dialami barusan sepertinya adalah mimpi buruk yang menyempurnakan mimpinya. Malam itu juga di atas materai Bagus harus menandatangai kalau dia bukan apa-apa Kinanti lagi! Dengan alasan apa pun tidak boleh menemui Kinanti lagi sampai vonis hukuman dijatuhkan padanya. Kinanti masih memilih kekeluargaan untuk tidak memberi hukuman kurungan pada Bagus, tapi hatinya yang terbatas dan tak mungkin lagi membuka maaf untuk kembali padanya. Awalnya ayah, bunda dan Kak Melati tidak menyetujui apa yang menjadi keputusan Kinanti yang hampir celaka dengan memaafkan Bagus begitu saja. Ayah dan bunda yang sudah bercerai mendadak kompak dengan adanya kasus penganiayaan terhadap dirinya. Tapi Kinanti berpikir, memaafkan masih yang terbaik dan memberi kesempatan Bagus untuk bertaubat, bagaimanapun dia adalah cinta kedua yang pernah menggoreskan sebuah cinta dan harapan yang indah walau pada akhirnya kandas. Kinanti sedih, tangannya sudah bisa memetik lagu kenangan atas Bagus yang mengajarkan kunci-kunci lagu Mimpi Yang Sempurna, “Mungkinkah bila kubertanya... Pada bintang-bintang... Dan bila kumulai merasa... Bahasa kesunyian... Sadarkah aku yang berjalan... Dalam kesunyian... Terdiam, terpana, terbata... Semua dalam keraguan ...”