
by Titikoma

Sakau Bibir
Aduh, badan gue meriang, hidung gue gatal dan paling parah lagi pas bercermin gue melihat mata merah. Gue benar-benar tersiksa kalau nggak menyentuh itu. Banyak yang mencurigai gue itu termasuk pencandu narkoba, padahal gue sama sekali nggak menyentuh benda haram itu. Gue emang seorang pencandu tapi pencandu bibir. Terlebih lagi bibirnya Desi. Desi itu cewek gue. Gue kenal dia zaman gue masih SMA. Sekarang gue pengangguran. Bibirnya Desi itu manis banget. Ibarat artis bibir Desi seperti bibirnya Ashanty. Awalnya gue nggak sengaja menyentuh bibir Desi tapi lama-kelamaan gue ketagian. Ternyata bibir Desi jauh lebih berbahaya dari narkoba. Kayak sekarang ini gue lagi sakau bibir. Kalau sakau karena narkoba kan bisa direhabilitasi, nah kalau sakau sakau bibir pengobatannya kemana? Mana Desi pindah ke luar kota pula. Aduh, bikin gue makin pusing 7 keliling. Gue coba-coba mendengarkan radio siapa tahu di radio ada acara berbagi tips untuk mengobati kecanduan bibir. “Halo kawula muda. Jumpa lagi bareng Tiara dalam acara kontak jodoh. Kamu yang lagi jomblo? Mau cari jodoh atau sekadar cari teman? Bisa banget, di sini tempatnya! Yuk, gabung caranya mudah banget ketik sms ke nomor 085332994560. Formatnya itu ketik nama_alamat_tipe pasangan idamanmu. Aku tunggu partisipasi kamu ya?” ujar penyiar radio. Entah mengapa hati gue tertarik buat gabung di acara tersebut. Gue pengen mencari bibir yang sama persis seperti bibir Desi. Gue mengambil HP yang ada di bawah bantal. Setelah HP dalam genggaman jari-jari gue menari lincah mengetik sebuah sms. To: 085332994560 Adipati Dimas_Bekasi_tipe cewek idaman gue itu bibirnya manis dan seksi. Bibir bagian bawah tipis dan agak kemerah-merahan gitu tapi merah alami bukan karena lipstik. Bagi yang merasa mempunyai bibir seperti itu silakann sms gue ke nomor 085654910277.” Setelah mengetik sms gue langsung klik sent. Alhamdulillah, lima menit kemudian sms gue dibacakan oleh penyiar radio. Ajaibnya, baru aja dibacakan HP gue langsung bunyi. Pas gue lihat layar HP ternyata ada 15 sms yang masuk. Mereka semua cewek yang mengaku memiliki bibir yang tipis. Gue garuk-garuk kepala yang nggak gatal, sumpah bingung banget mau memilih cewek yang mana. Tiba-tiba mata gue tertuju sama nomor 08765889. Hati gue mengatakan orang yang punya nomor itu adalah jodoh gue. Langsung aja gue baca sms dari dia. From : 08765889 Desa Azzahra_Tangerang. Hay cowok ganteng boleh dong kenalan sama kamu. Aku tipe kamu banget lho! Hmmm ... Namanya mirip sama mantan gue, Desi Azzahra. Gue penasaran sama cewek itu, gue ajakin ketemuan ahh. Kembali jari-jari tangan gue menari lincah untuk mengetik balasan sms Desa Azzahara. To: 08765889 Ya, tentu boleh dong. Aku senang berkenalan denganmu. Oh ya sebagai awal dari kenalan kita kamu mau nggak ketemuan sama aku? Baru sms terkirim HP gue bunyi lagi. Ternyata sms dari Desa Azzahra. From : Desa Azzahra Mau pakek banget. Dimana kita ketemuan? Gue langsung membalas sms dari Desa Azzahra. To: 08765889 Gimana kalau ketemuannya di taman Suropati aja jam 4 sore? Hp gue kembali berdering. Gue klik open. Pelan-pelan gue membaca balasan dari Desa Azzahra, takut ajakan gue ditolak. From : Desa Azzahra Oke, fine. Tunggu aku di sana ya? Aku memakai gaun warna merah. Gue melonjak kegirangan setelah membaca balasan dari Desa Azzahra. Ini di luar dugaan gue. Si Desa Azzahra menyetujui ajakan gue. Biasanya kan cewek kalau diajak ketemua sok jual mahal. Menyuruh datang ke rumah lah, dan banyak alasannya. Taman Suropati, tempat gue berpijak saat ini. Tapi kok sepi? Nggak ada satupun cewek yang dating. Mungkin lagi dijalan, piker gue. 2 Jam gue menunggu sang pujaan hati namun ia tak dating juga. Kecewa pasti ada. Berhubung hari sudah senja gue memutuskan untuk pulang saja. Baru melangkahkan kaki, terdengar sayup-sayup suara nan merdu, “Dimas, kamukah itu?” Gue terkesiap, merinding dan sontak mencari kea rah sumber suara. Jantung gue hamper copot ketika melihat sesosok wanita setengah pria telah berdiri tegak di belakang gue. Ia menyungging senyum paling mengerikan di dunia. Mulut gue nggak bisa berkata lagi. Gue berkali-kali menggosok mata, menghapus rasa nggak percaya dengan apa yang gue lihat. “Siapa lo?” akhirnya gue berhasil mengeluarkan suara. “Desa Azzahra,” jawab wanita jadi-jadian tersebut sambil mengibaskan rambut panjangnya dengan manja. “Masya Allah! Allahuakbar!” jerit gue. Gue lari terbirit-birit meninggalkan tempat kejadian. Sumpah, gue kapok mencari jodoh di radio. Mending gue minta nyokap aja nyariin jodoh, biar jelas asal-usulnya. Biarin deh gue sakau bibir selamanya daripada gue harus merasakan bibir wanita jadi-jadian. Bruk....! Tiba-tiba gue terjatuh. Kayaknya gue abis menabrak orang deh. Daritadi gue lari sambil lihat belakang. Memastikan si banci masih mengejar gue atau nggak. Gue menengadah, ingin lihat orang yang gue tabrak. Semoga anak kecil jadi gue bisa marahin dia. Pas gue lihat orang yang gue tabrak mata langsung nggak berkedip. Soalnya cewek cantik pakai banget. Wajahnya oval, alisnya tebel, hidungnya mancung, rambutnya panjang hitam lurus berponi pula. Dan paling penting bibirnya itu lho bikin gue nupeng. Lebih manis dari bibir Desi Azzahra. Gue harus bisa naklukin cewek ini. Langkah pertama adalah gue berdiri terus mengulurkan tangan untuk membantu dia berdiri. Syukur-syukur kalau kakinya keseleo jadi gue bisa menggendong dia dan mengantarkan dia pulang ke rumah. “Sini aku bantu,” ujar gue begitu berada di depannya. Gue mengulurkan tangan. Namun ternyata di luar dugaan gue. Cewek ini malah menepis tangan gue kasar. “Nggak usah sok baik deh lo. Gue bisa berdiri sendiri kok. Gue jatuh kan juga gara-gara lo!” cerocosnya kasar. “Buset, ini cewek cantik-cantik tapi kayak macan galaknya minta ampun,” batin gue. Tapi bukan Adipati Dimas namanya kalau gue menyerah begitu saja. Justru cewek galak semakin membuat gue penasaran dan menjadi tantangan baru buat gue. Mana ada cewek yang nolak cinta gue? Gue memasang senyum paling manis, “Hay, boleh kenalan nggak?” tanya gue mencoba menarik perhatiannya. “Kenalan saja sana sama tembok!” jawabnya ketus. Ia pun berlalu dari hadapanku. Gue bengong, antara heran bin bingung. Baru kali ini gue bertemu cewek model gitu. Biasanya cewek yang mengejar-ngejar gue minta kenalan. Secara gue kan sebelas dua belas sama Adipati Dolken. Mungkin cewek itu lagi rabun kali ya nggak bisa melihat ketampanan gue. Tapi ya sudahlah mungkin dia bukan jodoh gue.