Kesempurnaan Cintamu

Reads
135
Votes
0
Parts
26
Vote
by Titikoma

Ivana Rempong

Apa yang harus diuraikan Saat kata yang memiliki sejuta makna Membelai sebuah kerinduan Yang memanggil disetiap syairnya Sebuah fakta Pada sukmanya Dia bersenandung lembut Berirama syair-syair cinta Jari-jari tanganku masih sibuk merangkai puisi indah. Aku tahu sekarang sudah jam 8 malam. Harusnya jam segini itu aku mengemasi pakaianpakaian ke dalam koper secara esok pagi kan aku sudah berangkat ke Malang bersama Dimas. Nggak tahu kenapa rasanya itu malas banget pergi ke Malang padahal kan asyik bisa sambil liburan. Mungkin karena perginya sama Dimas kali ya? Coba aja aku pergi ke Malang bersama Rifky atau Revando pasti aku bakal semangat 45. Cepat-cepat aku beristigfar, “Astagfirullahhaladzim, aku nggak boleh memikirkan Rifky lagi. Dia bukan jodohku.” “Ya, ampun Deviiiiiii jam segini lo masih santai-santai nulis diari?” terdengar suara cemprengnya Ivana. Syukurlah, dia dating. Siapa tahu kedatangannya bisa menghilangkan kegalauanku. Galau karena memikirkan Rifky lagi. Aku menoleh ke belakang. Seketika aku melihat Ivana berdandan aneh. Dia memakai topi pantai, kaca mata hitam dan syal gitu. Tangan kanannya menjinjing 1 kardus mie instan sedangkan tangan kirinya memegangi koper hitam yang gedenya minta ampun. Sedetik kemudian tawaku meledak. “Hahaha …, Van lo mau ke rumah gue atau tamasya ke hutan? Sumpah, penampilan lo bikin gue ngakak gulingguling. Eh, tunggu koper lo besar banget. Jangan-jangan di dalam koper itu ada mayat? Lo abis bunuh orang ya?”  Pletak! Satu jitakan dari Ivana berhasil mendarat di kepalaku. Aku manyun sambil mengusap-usap kepalaku. Biasanya kan aku yang menjitak kepala Ivana, kok sekarang malah dia sih? Ceritanya hari ini mau balas dendam sama aku. “Van, lo apa-apaan sih sembarangan aja main jitak kepala gue! Sakit tau!” “Lo tuh yang apa-apaan. Nuduh seenaknya aja. Tampang cantik nan jelita bak putri salju kayak gue mana ada tampang pembunuh.” “Terus koper dan kardus mie instan isinya dan buat apa coba?” “Koper gede ini isinya ada baju, jaket, peralataan mandi, make-up, selimut, bahkan bantal juga ada. Barang-barang gue bawa ini ya buat bekal lo esok pergi ke Malang.” Mataku terbelalak. Barang sebanyak ini buat bekal aku pergi ke Malang. “Ya, ampun Van lo rempong banget sih! Gue yang mau pergi kenapa lo yang repot bawain bekal?” “Dev, karena gue tau lo itu orangnya cuek bebek. Kalau bukan gue yang perhatian sama lo siapa lagi coba? Lo mau di sana sakit gara-gara nggak bawa baju hangat?” Aku memeluk Ivana erat. Aku terharu dengan apa yang dilakukan Ivana. Dia baik banget sih sama aku? Jadi nggak enak tadi sempat menuduh dia macam-macam. Tapi aku sanggup nggak ya membawa barang sebanyak ini? Sanggup atau nggak sanggup pokoknya aku harus membawanya. Aku nggak mau mengecewakan sahabat tercinta. Drrtt ...! Drrt ...! Tiba-tiba ponselku bergetar mengagetkanku. Perlahan kuambil ponsel itu saku piyama yang kukenakan. Lalu kuambil ponsel berwarna biru metalic itu. Saat kubaca si penelepon, alisku berkerut. “Dimas? Ngapain dia nelpon aku?” “Udah angkat aja Dev! Siapa tahu penting atau dia sudah nggak sabar ingin pergi sama kamu.” Kuklik tombol answer. Lalu aku menempelkan HP ke telinga. “Halo, Dim ada apa ya nelpon?” “Gini Dev, tadi omku dating ke rumah. Nah, beliau menyuruh kita terlebih dahulu mencari tempat wisata yang ada di Malang. Jadi esok kita tinggal menuju ke sana langsung….” Ucapan Dimas terhenti. Lebih aneh lagi tibatiba telpon terputus. “Dasar Dimas kebiasaan deh kalau nelpon pasti mati di tengah jalan,” gerutuku kesal. “Dev, tadi Dimas ngomong apa sama kamu? Ayo kasih tau! Kan kita sudah janji nggak ada dusta diantara kita?” ujar Ivana bersemangat. “Gini kata Dimas, tadi bos besar dating ke rumah. Nah, beliau menyuruh kita terlebih dahulu mencari tempat wisata yang ada di Malang. Jadi esok kita tinggal menuju ke sana langsung.” “Oh kalau soal itu sih gampang!” aku melihat Ivana meraih android dari tas yang bertengger di bahunya. Kemudian ia memencet-mencet android tersebut. Wah, jangan sampai deh Ivana mencomblangkan aku sama teman we chat lagi. Kalau hal itu terjadi aku bakal menggetok Ivana memakai palu besi. “Dev, coba deh lo liat ini!” Ivana mempelihatkan androidnya ke aku. Kulirik android Ivana. Ya, apa yang kuinginkan ada di layar androidnya. Di moment we chat-nya itu ada orang yang upload foto air terjun yang sangat indah. Dan keterangan di foto itu tertulis Coban Rondo, Malang. Aku sekarang mengerti dengan maksud Ivana. “Lo mau gue sama Dimas pergi ke Coban Rondo?” Ivana mengangguk pasti. Langsung saja aku mengetik sms buat Dimas. To : Dimas Jelek Dim, gue sudah menemukan tempat wisata di Malang yang keren! Esok kita pergi ke Coban Rondo aja ya? Klik send. Sedetik kemudian laporan terkirim berhasil mendarat ke HP-ku. Yang tadinya aku malas pergi, sekarang jadi nggak sabar ingin pergi. Abis tempat yang dituju keren banget deh. Tentunya semua ini berkat bantuan Ivana.


Download Titik & Koma

* Available on iPhone, iPad and all Android devices