Kesempurnaan Cintamu

Reads
144
Votes
0
Parts
26
Vote
by Titikoma

Ketahuan Masih Cinta

Huft, akhirnya selesai juga aku mengetik artikel tentang Coban Rondo. Esok tinggal pulang dan artikel siap aku serahkan ke Ivana buat di layout. Hari Rabu ntar majalah sudah bisa terbit dan diedarkan. Aku mengecek kembali artikel yang kuketik, siapa tahu masih ada salah ketik atau ejaan yang nggak sesuai KBBI. Tapi ternyata semua sudah rapi. Aku melirik jam yang menempel di sudut kamar. Baru jam 10 malam, biasanya aku tidur jam 12 ke atas. Ngapain ya enaknya? Tanganku mulai menunjuk-nunjuk hidung sendiri. Inilah caraku kalau lagi berpikir biar cepat dapat ide. Mataku masih tertuju pada Microsoft word di layar laptop yang dari tadi belum aku tutup. Aha! Bola lampu menyala di kepalaku pertanda muncul ide cemerlang. Mumpung aku masih di depan laptop, lebih baik mengetik puisi galau aja. Siapa tahu puisiku kalau dikumpulin bisa jadi buku antologi puisi yang cetar membahana. Aku membuka jendela Microsoft word yang baru. Jari-jari tanganku mulai menari lincah di atas keybord laptop tercinta. Rifky…. Cintamu adalah cahayaku Cahaya yang selalu menerangi hatiku Kubahagia karena telah memilikimu Kau membuat hidupku lebih berwarna dan sempurna Rifky… Kini kau tak bersamaku lagi Selamanya kita tak kan bersatu Cinta kita harus terpisah karena restu orangtua Kau hanya kenangan bagiku Kenangan yang terindah dan terpahit dalam hidupku  Meskipun pahit tapi aku takkan menghapus kenangan indah bersamamu Tanpa terasa butiran Kristal menetes dari bola mataku. Aku nggak pernah kuasa menahan air mata ini bila menuliskan tentang Rifky. “Rifky, meskipun di hidupku di kelilingi pria tampan dan manis tapi hati dan cintaku tetap tertuju sama kamu,” ucapku pelan. “Ehem, sudah kuduga hatimu masih cinta sama aku.” Seorang pria berbisik di telingaku. Aku mernoleh, sontak kaget bukan main si Rifky sudah ada di belakangku. Nggak Dimas, nggak Rifky semuanya nggak sopan. Suka masuk kamar cewek sembarangan. “Rifky kamu ngapain masuk kamar cewek sembarangan?” “Aku kangen sama kamu. Aku yakin 100% bahwa kamu juga kangen sama aku.” “Ah, kata siapa? Aku sama sekali nggak kangen sama kamu.” “Bohong, tuh buktinya sudah jelas.” Rifky menunjuk puisi yang baru saja kuketik di Microsoft word laptop. Aku menggetok-getok kepala sendiri. Gara-gara kecerobohanku yang lupa mengunci pintu kamar, Rifky masuk dan membaca puisi curahan hatiku. Akhirnya aku ketahuan masih mencintai Rifky. Rifky memelukku dari belakang. Jantungku berdebar-debar. Ya, ampun pelukan Rifky masih sehangat yang dulu. Sudah lama banget nggak ngerasain pelukan ini. “Dev, kalau kamu masih cinta denganku kembalilah ke pelukanku. Aku masih sangat mencintaimu Aku menyesal kemarin mutusin kamu hanya karena emosi sesaat.” Rifky berbicara dekat banget sama telingaku. “Rif, tolong dong lepasin pelukannya aku risih! Takut ntar ada yang lihat terus kita dituduh mesum lebih parah lagi kita dipaksa nikah.” Aku mencoba melepaskan pelukan Rifky. Rifky hanya tersenyum. Dia semakin mempererat pelukannya. “Devi, aku nggak akan melepakan pelukan ini sebelum kamu mau balikan lagi sama aku. Aku malah senang kalau ucapanmu jadi kenyataan. Jadi kan cinta kita bisa bersatu dalam ikatan pernikahan tanpa harus capek-capek merayu mamaku untuk merestui cinta kita. Devi, will you merry me?”Duar! Hatiku bagai disambar petir. Aku nggak menyangka Rifky mengucapkan kalimat itu. Jujur, aku bahagia mendengar ucapannya itu berarti Rifky serius ingin menikahiku. Tapi bagaimana dengan mamanya? Jika hal itu terjadi pasti penyakit jantung mamanya kumat. Bisakah aku bahagia di atas penderitaan oranglain? Orang yang melahirkan Rifky? Ya, Tuhan mengapa cintaku serumit ini? Tak bisa kah aku mengenal cinta yang indah tanpa air mata? “Kamu diem berarti kamu mau kan menikah sama aku?” “Rif, aku memang masih sangat mencintai kamu tapi selamanya cinta kita nggak akan bisa bersatu dalam ikatan pernikahan. Jika kita terus bertahan dalam hubungan ini yang ada malah membuat hati tersiksa. Perlu kamu ketahui aku bukan pilihan mamamu. Dan pilihan sang ibu itu direstui oleh Allah. Sekuat apapun kita bertahan, jika Allah nggak merestui ya nggak bakal terjadi Rif.” “Kata siapa? Bukankah kita sudah saling berjanji akan membuktikan pada orang-orang yang ingin memisahkan kita bahwa cinta kita hanya bisa dipisahkan oleh maut? Ayolah, Dev kita sama –sama berjuang untuk bersatunya cinta kita.” Rifky bernapas sejenak. “Dev, kamu pernah baca novel tante Mira W yang berjudul Luruh Kuncup Sebelum berbunga?” Pembicaraan Rifky mulai ngelantur, tadi romantic banget sekarang bicarain novel. Dasar, Rifky sama aja kayak Ivana kalau ngomong nggak focus sama 1 tema. “Ya, tahu dong aku kan suka baca novel.” “Coba kasih tahu aku jalan ceritanya gimana?” “Kisahnya Kris dan Dewi saling mencintai mereka nekat menikah tanpa restu dari orangtua Kris. Hingga suatu hari mereka punya anak yang bernama Ari. Ari itulah yang menyatukan kedua orang tuanya dengan neneknya. Tapi ketika mereka mulai bersatu Ari pergi untuk selamanya karena penyakit kanker. Gitu kan ceritanya? Kenapa sih nanya novel tante Mira W?” “Karena aku ingin cinta kita seperti kisah cinta Kris dan Dewi. Aku yakin kok cepat atau lambat mamaku pasti merestui cinta kita. Apalagi kalau beliau melihat cucu tunggalnya lahir ke dunia.” “Ogah, ah cinta kita seperti yang di novel tante Mira W itu.” “Loh, kenapa?” “Aku nggak mau Deri bernasib sama kayak Ari. Mati karena kanker.” Pada tahun 2009 aku sama Rifky sempat iseng-iseng bikin nama anak kalau menikah kelak. Anaknya cowok di kasih nama Deri, yang merupakan singkatan dari nama Devi-Rifky. Nah, kalau anaknya cewek akan diberi nama Rivi. Maafkan aku menduakan cintamu Berat rasa hatiku tinggalkan dirinya. Dan demi waktu yang bergulir di sampingmu Lagu Ungu berjudul Demi Waktu mengalun indah di telingaku. Kulirik H yang tergeletak di samping laptop. Tapi HP-ku nggak menyala berarti HP Rifky yang bunyi. Dari tahun 2005, nada dering HP kita itu sama soalnya aku dan dia sama-sama suka band Ungu. “Rif, HP kamu bunyi tuh,” ujarku. “Males, ah angkat tlp. Aku masih betah meluk kamu.” “Angkat aja, siapa tahu penting? Kalau telponnya nggak diangkat kesempatan kamu buat balikan sama aku semakin menipis!” ancamku pada Rifky. “Iya, deh aku angkat telponnya!” Rifky melepaskan pelukannya. “Halo, bi ada apa ya nelpon malam gini? Whats mama masuk rumah sakit? Tolong, jaga mama secepatnya aku kan pulang!” ujar Rifky berbicara di telpon. HP Rifky terjatuh. Air mata Rifky mengalir deras di pipinya. Aku mengelus pundak Rifky. “Rif, yang sabar ya! Aku yakin mamamu pasti baik-baik aja.  Rif, pulanglah! Mamamu lebih memerlukanmu.” “Kamu gimana? Ikut pulang sama aku yuk!” “Jangan pedulikan aku! Mamamu jauh lebih penting. Pulanglah!” Rifky mengecup keningku. “Kamu memang cewek yang baik, aku nggak salah memilih kamu. Terima kasih ya!” Setelah mengucapkan kalimat itu Rifky keluar dari kamarku. Hatiku berat ditinggal Rifky seolah-olah ini merupakan pertemuan terakhir. Aku harus berpikir positif. Terkadang apa yang kita pikirkan bisa jadi kenyataan. Aku harus yakin kepergian Rifky untuk kembali. Ya, sudahlah. Hari sudah semakin larut. Aku mau tidur dulu besok bangun pagi buat pulang ke Bekasi. Sebelum tidur aku mematikan laptop terlebih dahulu.


Download Titik & Koma

* Available on iPhone, iPad and all Android devices