
by Titikoma

Make Over Sebelum Dinner
Di kantor Redaksi. Aku sengaja dating lebih pagi dari biasanya biar bisa ngerumpi dan makan di kantin dulu. Maklumlah anak kos malas masak. Tiba di kantor redaksi jam setengah tujuh, ternyata sudah banyak yang dating seperti Ivana, Dimas, Rista dan Elyana sudah stand by di meja kerja masing-masing. “Alhamdulillah, akhirnya lo bisa masuk kerja lagi Dev. Gue senang banget! Waktu gue dengar lo sakit, gue sedih bercampur khawatir sorry y ague kemarin pulang duluan,” Ujar Ivana dengan semangat. “Iya, nggak apa kok gue bisa ngerti,” jawabku seraya menyunggingkan senyum manis. Nggak tahu kenapa hari ini ingin senyum terus. Mungkin karena isi chat dari Revando tadi malam kali ya? Rista menatapku dengan tatapan heran. Aku jadi risih dilihati kayak gitu. “Ris, lo kenapa sih ngelihatin gue sampai segitunya? Gue tahu gue itu cantik tapi nggak segitunya juga kali ngelihatin guenya. Risih tau dilihatin kayak gitu,” ucapku penuh percaya diri. 5 hari aku bersama Dimas di Coban Rondo makanya aku ketularan dia sifat narsis abisnya. “Pede gile lo, Ketularan Dimas ya? Gue itu ngelihatin lo karena gue ngerasa ada yang lain sama penampilan lo. Tapia pa ya?” Rista balik bertanya. “Akhirnya ada yang sependapat sama gue. Dari tadi gue juga ngerasa ada yang lain sama penampilan Devi. Gue takut menegur ntar kalau salah Devi bakal menjitak kepala gue lagi,” sahut. Aku terkikik geli, si Ivana tahu aja kebiasaanku yang suka menjitak kepalanya serta melihat wajah penasaran teman-teman di kantor redaksi. Ternyata aku nggak pintar menutupi perasaan, seperti sekarang ini perasaanku lagi bahagia teman-teman pada curiga. “Ya, elah gitu aja pada bingung. Kalian nggak merhatiin dengan baik ya yang berubah dari Devi itu terletak di mata dan senyumnya. Mata dan senyumnya itu memancarkan sebuah kebahagiaan. Bahagia seperti orang abis jadian,” celetuk Elyana. Elyana yang pendiam aja sekarang ikut-ikutan nimbrung. Ucapannya tepat 100% pula. “Pinter lo El. Lo berbakat buat membaca pikiran orang,” puji Rista pada Elyana. Elyana menepuk dadanya dengan bangga. “Hayo, ngaku lo abis jadian ya? Jadian sama siapa? Jangan-jangan lo abis jadian sama Dimas?” Ivana memberondong banyak pertanyaan ke aku. Aduh, jadi bingung jawabnya. Ivana menutup kepalanya dengan map. Mungkin dia takut jitakanku mendarat di kepalanya. Berhubung hari ini aku lagi bahagia, menjitak kepala kepala Ivana diliburkan dulu. “Kasih tahu nggak ya? Mau tahu aja atau mau tahu banget?” tanyaku balik ala anak-anak alay jaman sekarang. “Kasih tahu dong kita penasaran nih!” timpal Rista. “Tahu nih katanya Devi ilfeel sama gaya bicara anak-anak alay eh dia malah ikut-ikutan mereka.” Ivana memanyunkan bibirnya. Lucu banget melihat wajahnya kalau lagi penasaran. “Oke, berhubung gue lagi baik hati gue kasih tahu deh biar lo semua nggak mati penasaran. Gini…” ucapanku terhenti karena aku mau bernapas sejenak. Setelah kuhembuskan napas pelan-pelan aku kembali melanjutkan ucapanku yang terpotong. “Gini gue hari ini bahagia karena ntar malam mau dinner date sama Revando.” “Whats? Seriusly? Lo mau dinner date with Revando cowok ganteng yang mirip Adipati Dolken itu?” jerit Ivana. Sekarang giliranku yang menatap Ivana penuh keheranan. Yang dinner date sama Revando kan aku eh yang heboh malah Ivana. “Wah, berarti lo harus ke salon dong Dev!” usul Rista. “Bener lo Ris Devi harus ke salon biar nggak ngecewain Revando.” “Ke salon? Ngapain? Gue kan dah cantik dari lahir jadi nggak perlu ke salon.” “Ya, lo emang sudah cantik dari lahir tapi penampilan lo kayak emak-emak. Pokoknya abis pulang dari kantor lo harus ikut gue ke salon yang T.O.P B.G.T titik.” Kalau Ivana sudah menyebutkan titik berarti keputusannya nggak bisa di ganggu gugat lagi. Kalau dipikir-pikir usul Rista dan Ivana boleh juga. Aku perlu ke salon untuk make over sebelum dinner. Emang sih aku sudah cantik tapi nggak ada salahnya kan mempercantik diri lagi? Siapa tahu aja aku makin cantik Revando makin cinta sama aku. Teeeeeeeet Bel kantor berbunyi menandakan waktu mulai bekerja. Uniknya kantorku adalah sama seperti sekolah-sekolah gitu mulai kerja, waktu istrirahat bahkan sampai waktu pulang kerja juga bel pasti berbunyi. Bos besar adaada aja idenya. Astaga! Saking asyiknya ngerumpi aku jadi lupa sarapan. Padahalkan niat berangkat pagi biar bisa sarapan di kantin dulu. Sarapannya di cancel sampai waktu istirahat aja kali ya? Perutku juga belum lapar-lapar amat. Cinta dan rasa bahagia bisa membuat orang sampai lupa makan. Sinar matahari yang terik kini tak terasa lagi Ya, iyalah Mall Cilandak Town Squere ka nada AC-nya. Kami berdiri di atas tangga jalan menuju lantai dua yang dipenuhi outlet – outlet yang membuat kepalaku sedikit puyeng. Aku juga nggak tahu kenapa Ivana abis pulang dari kantor malah membawaku ke mall katanya tadi mau mengajakku ke salon yang TOP BGT. Setelah aku dan Ivana berjalan cukup lama kini langkah Ivana terhenti terhenti tepat di depan sebuah salon Salarina Beautiful. Salon cukup berkelas jika dibandingkan dengan kebanyakan salon lain. Ini terlihat dari luas outletnya, pajangan intriornya juga sangat mewah. Aku hanya mengikuti Ivana dari belakang menuju tempat resepsionis. Aku nggak tahu apa yang dibicarakan Ivana dengan seorang wanita yang cantik dan ramah itu. Mataku menyisir menjelajahi bagian sudut – sudut ruangan. Kagum dan heran. Semua yanga ada di salon ini canti – cantik. Bisa nggak yak aku seperti mereka. Aku masih berfikir parno dengan Ivana kelihatan akrab kepada semua kariyawan di sini. “Devi Sorry ya, kamu malah aku tinggalin sendiri,” Ujar Ivana sambi menghampiriku “Nggak apa – apa kok Fer,” “Kenalin ini mbak Niken.” Ivana memperkenalkan wanita canti nan ramah yang ada di sampingnya. “Devi.” “Niken.” Sambil menjabat tangan. Ampunnn tangan mbak Niken Lembut banget. Batinku. Setelah aku berkenalan dengan mbak Niken, Ivana menyuruhku untuk mengikuti mbak Niken. Dan aku masih bingung. “Kamu percayakan aja sama aku, Ivana udah ngomong semuanya kok,” ucap mbak Niken lembut. Ngomong semuanya? Apa Ivana ngomong juga kalau aku ini suka menjitak kepala orang? “Emang Ivana Ngomong apa mbak?” tanyaku penasaran. “Katanya kamu ingin di make over agar terlihat lebih cantik.” Thanks god. Ternyata tak seperti yang aku banyangkan. Aku mulai cemas dengan uang sakuku. Bisa kerja tanpa gaji nih kalu uangku kurang. Ah cuek aja siapa tahu boleh ngutang. Tiga jam udah berlalu. Menjadi cantik di hadapan Revando emang memerlukan pengorbanan yang luar biasa. Aku harus duduk di kursi yang menjenuhkan serta merelakan kepala, wajah ini untuk di kerjai oleh mbak – mbak salon. Jreeengggg…, Hasilnya sangat mengejutkan. Rambutku dipotong setengah bahu, tak lagi panjang acak – acak tak terurus. Mataku juga dipasangi softline biru. Kelihatan bukan aku. Aku masih tak percaya yang di balik cermin itu adalah Devi Anggraini yang selama ini n dianggap tomboy oleh orang-orang sekitar. Tapi kini aduhhh cantiknya diriku mirip Bella Swan, itu lho pasangan Edward Cullen di twiligth. Surprise. Aku melihat mata Ivana yang terkagum – kagum dengan perubahan penampilanku. Pandangan beda banget. Ia melihat detail dari penampilanku yang sekarang. Matanya terbelalak dan mulutnya mlongo. Ya tuhan apa benar aku tambah cantik. “Ivana …,” mbak Niken mencoba menyadarkan Ivana mematung. “Eh … iya..,” Ivana kaget. “Semua yang Ivana perintahkan udah aku kerjakan. Ada yang lain?” ucap Mbak Niken selajutnya. Ivana mengucapkan terimah kasih. Dan Mbak niken Pergi. Aku semakin penasaran kok aku nggak di kasih Bill. “Van, aku belum dikasih Bill. Bayarnya di sebelah mana?” tanyaku “Nggak usah bayar, Gratis.” “Hah?” “Iya ini salon kakak sepupu gue, Untuk sahabat gue yang paling baik gue gratisin,” Terang Ivana. Aku langsung memeluk Ivana erat. Nggak peduli deh dengan tatapan orang-orang yang ada di salon. “Thanks ya,” Jawabku senang. Lagi-lagi Ivana menjadi pahlawan di hidupku. Aku semakin berhutang budi padanya. Ntah bisa atau nggak nanti aku membalas kebaikan Ivana padaku. “Iya asal jangan sering-sering!” Jawab Ivana dengan nada serius. Tapi beberapa detik kemudian Ia tertawa. Ternyata Ivana ngerjain aku. Puas melihatku pucat ia tertawa. Tapi aku bahagia hari ini. “Revando, liatlah pesonaku malam ini. Aku jamin 100% matamu ngggak berkedip setelah melihat kecantikanku yang baru.” Batinku girang.