
by Titikoma

Gua Nggak Rela!
Brak! Gue membanting pintu kamar dengan keras. Gue melempar tas kantor ke pulau kapuk tercinta. Gue lagi kesal. Hari ini hari paling menyebalkan di dunia. Devi dari tadi pagi sampai pulang kantor dia selalu membicarakan Revando. Katanya sih mala mini Revando mau ngajakin dinner date gitu. Sumpah, hati dan telinga gue panas mendengar ucapannya. Ingin gue marah tapi gue sadar gue bukan siapa-siapanya Devi. Gini nih tersiksanya cinta bertepuk sebelah tangan. Devi, kenapa sih lo susah banget gue taklukin? Di saat hati gue meyakini Devi adalah cinta sejati gue kenyataannya cintanya nggak pernah bisa tergapai oleh gue. Gue sebenarnya rela aja lo jadian sama cowok manapun asal jangan sama Revando. Kalau Devi sama Revando gue nggak rela! Revando itu playboy cap kebo yang tukang mengobral cinta ke semua cewek. Gue harus bisa membongkar kedok Revando yang sebenarnya di depan Devi. Tapi gimana caranya? Devi nggak bakal percaya sama ucapan gue. Devi sudah dibutakan oleh ketampanan Revando. Gue kembali mondar-mandir nggak jelas di kamar. Berharap dengan mondar-mandir gue bisa menemukan ide cemerlang. Sepuluh menit gue mondar mandir nggak jelas namun hasilnya nihil. Nggak ada satupun ide cemerlang yang menyantol di otak gue. Bruk! Gue menghempaskan tubuh ke pulau kapuk tercinta. Capek gue mondar mandir yang nggak ada hasilnya. “Arrrgggh …!” jerit gue sekeras-kerasnya. Walaupun jeritan nggak bisa memberi solusi setidaknya jeritan bisa sedikit melegakan hati. Baru lima menit gue merebahkan diri di pulau kapuk tercinta, “ Kak Dimas lo kenapa teriak-teriak? Lo nggak apa-apa kan?” teriak seorang cewek dari balik pintu kamar gue. Cewek yang teriak itu nggak lain dan nggak bukan adalah Linda, adik gue satu-satunya. Bokap dan nyokap gue sudah lama cerai. Bokap dan nyokap sekarang memilih berkarir di luar negeri. Jadi gue Cuma tinggal bersama Linda. Om bos dulu pernah menawari kami untuk tinggal di rumahnya. Wuih, rumahnya besar dan mewah seperti istana Negara. Tapi tawaran beliau gue tolak. Gue ingin mandiri, dan tetap memegang prinsip ‘Rumahku istanaku’ meskipun gue kecil tapi tetap nyaman di rumah sendiri daripada numpang di rumah orang. Mendengar suara Linda bola lampu di otak gue menyala. Ah, bodohnya gue dari tadi nggak kepikiran Linda. Linda kan bisa membantu gue untuk membongkar keplayboyan Revando di depan Devi. “Masuk aja Lin pintu nggak dikunci!” ujar gue. Nggak beberapa lama pintu kamar terbuka. Linda berdiri di depan pintu. Linda hari ini terlihat lebih cantik dari biasanya. 5 hari gue nggak melihat Linda, gara-gara pergi ke Coban Rondo. Sementara gue pergi Linda menginap di rumah om bos. Na, om bos punya anak yang bernama Stefani. Stefani ini pemilik salon terkemuka di Jakarta. Kemungkinan besar Linda belajar berias diri dari Stefani. “Kak Dim kok bengong sih? Linda boleh masuk nggak? Linda kangen sama kakak, sekalian Linda mau curhat sama kakak.” “Ya, boleh dong Lin. Lo kan adik gue satu-satunya jadi lo bebas keluar masuk kamar gue.” Linda melangkahkan kakinya menghampiri gue. Setelah berada di depan gue dia duduk di tepi ranjang tepat sebelahan sama gue. “Kak, wajah lo kok kusut banget sih? Lagi banyak masalah ya? Kita samasama curhat yuk biar hati lega.” “Boleh, tapi kamu duluan ya yang curhat!” “Gini kak, Linda kan punya teman. Teman Linda itu punya pacar tapi sayang pacarnya itu playboy. Aku ngasih tahu ke temanku itu tentang kebusukan cowoknya itu eh dia nggak percaya.” “Lo tahu dari mana cowoknya teman lo itu playboy?” “Gue itu pernah nyamar bikin akun jadi cewek lain. Gue nge add dia eh tahunya ujung-ujungnya dia merayu gue buat jadian sama dia.” Wah, kebetulan banget nih kasus yang gue alami sama persis ma yang dialami Linda. Jangan-jangan cowok yang dimaksud Linda itu Revando. Daripada menebak-nebak nggak pasti mending gue tanyain langsung sama Linda. “Lin, nama cowok yang lo maksud siapa?” “Revando. Foto profil di akun we chat-nya itu mirip banget sama pemain sinetron Adipati Dolken.” Tuh, kan benar dugaan gue. Revando orang yang dimaksud Linda. Gue mengepalkan tangan. Tangan gue gatal banget pengen nonjok dia. Dia playboy kelewat batas. Gue nggak akan membiarkan dia terus-terusan menyakiti hati Devi. Perbuatannya harus segera dihentikan. Linda orang yang tepat untuk diajakin kerjasama. “Kak, lo kenapa? Lo marah sama gue?” “Gue marah sama Revando.” “Kakak kenal sama Revando juga.” “Cewek yang gue suka direbut sama Revando.” “Terus?” “Gue pernah menyamar jadi cewek di akun we chat niatnya sih pengen menguji dia, dia cowok baik-baik atau nggak eh tahunya dia malah merayu gue.” Linda terlihat senyum-senyum sendiri. “Kenapa lo Lin senyum-senyum sendiri?” “Gue Cuma geli aja, kakak gue yang ngakunya ganteng ternyata dirayu sesame cowok. Hahaha …” tawa Linda Meledak. Gue memanyunkan bibir 5 centi. Linda menyebalkan dia tertawa di atas penderitaan gue. Setelah Linda berhenti tertawa. “Lin, lo mau nggak bantuin gue buat membongkar kebusukan Revando?” “Mau banget. Sudah lama gue pengen ngasih pelajaran sama tu cowok. Tapi kita kasih pelajaran apa ya kak buat cowok tengik kayak Revando?” Gue membisikkan sesuatu ke telinga Linda. Gue membisikkan ide cemerlang buat Revando. Linda manggut-manggut. Semoga anggukannya 86 84 tanda dia mengerti dan bukan karena mengantuk. “Setuju nggak sama ide gue?” “Setuju pakek banget kak. Cowok tengik kayak Revando harus dikasih pelajaran setimpal. Gue bangga punya kakak kayak lo soalnya kadangkadang otak lo smart dan bisa diajak kerja sama.” Linda memeluk gue erat. Pelukan Linda nggak kalah hangatnya seperti pelukan nyokap. Gue jadi kangen sama nyokap. Kapan ya nyokap balik ke rumah? Setidaknya gue masih punya Linda yang mampu menggantikan cinta nyokap di hati gue. Linda cewek kedua yang gue cintai setelah Devi.