
by Titikoma

1
“Miko!!” satu gumpalan kertas mendarat tepat di wajah Miko seiring teriakan nyaring Gladys. Cowo kelas 2 SMA ini spontan tersadar dari lamunannya. Secepat kilat Miko merapikan rambutya yang model TinTin begitu dia tahu yang memanggilnya adalah Gladys. Cewe idaman di sekolahnya yang juga jadi incarannya. “Ngapain sih bengong mulu? Anak ayam tetangga gue mati tuh kebanyakan bengong!” serang suara nyaring Gladys. “Yee.. siapa yang bengong, orang gue lagi nyari ilham!” elak Miko spontan. “Udah nggak usah alasan! Yuuk, kita pulang?” ajak Gladys meraih tangan Miko. Miko bengong melihat sikap Gladys. Dadanya bergemuruh saat tangan gadis itu masih menempel di lengannya. “Pulang ke rumah siapa?” tanya MIko lugu. “Ya pulang ke rumah lo! Gue kan mau ketemu abang lo, mau minta diajarin fisika sekalian pedekate. Heheheh....” papar Gladys diakhiri cengirannya. Miko garuk-garuk kepala. Sebenarnya ada perasaan cemburu yang membara saat Gladys mengatakan itu semua. Secara, dia naksir berat sama Gladys. Lah, sekarang Gladys malah jujur kalau dia naksir sama abangnya. Rasa cemburu membakar dada Miko, tapi demi buat Gladys senang dia rela jadi mak comblang. Bagi Miko yang penting dia masih bisa dekat dengan Gladys. “Ngapain lagi berhenti di sini?” tanya Gladys saat Miko tiba-tiba menghentikan langkahnya. “Bentar, gue mau menorehkan kenangan di pohon ini,” jawab Miko sambil menaruh upilnya di pohon besar yang tak berdosa itu. “Iissh... lo jorok amat sih?! Nggak bisa yah berhenti ngupil sekali aja?!” Gladys meringis melihat kebiasaan jorok Miko. Satu kebiasaan yang tak bisa lepas dari Miko adalah mengupil dan menaruhnya di sembarangan tempat. Gladys buru-buru menjauh dari Miko. Gadis ini takut ditempeli benda jorok itu oleh Miko, soalnya Miko sering meledek Gladys dengan menakut-nakuti upil kesayangannya itu. Lagi-lagi Miko berdehem memberi isyarat pada Gladys agar menghentikan ocehannya. Kepalanya mulai cenat-cenut. Hawa mobil Miko yang biasa dingin berubah jadi panas. Berkali-kali Miko merapikan jambul Tin-Tinnya sembari melirik Gladys dari kaca spion depan. Sebenarnya Miko itu keren, putih, yah hampir nyerempet mirip sama Ariel NOAH. Keluarga Singodiningrat yang kolot begitu over protectif pada anak-anaknya. Termasuk pada Miko dan abangnya. Terutama soal urusan cewe. Mereka bilang harus jelas bibit, bobot dan bebetnya. “Miko!!” teriak Gladys. Miko spontan injak rem, teriakan Gladys selalu membuatnya terkejut. “Dys, kenapa sih lo cantik-cantik senang teriak kayak Tarzan?” “Gimana gue nggak teriak, tuh lihat rumah lo udah kelewat jauh!” protes Gladys. Miko celingukan. “Benar juga rumah gue udah kelewat jauh”, jawab Miko dalam hati sambil larak-lirik. “Maaf deh, jangan marah, kan tinggal atret aja?” Gladys ngambek lihat sikap Miko yang tak merasa berdosa itu. Mulut mungilnya manyun persis Donald bebek. Miko mesem melihat gadis idamannya itu. “Janji yah, pulangnya gue yang anter lagi. Lo jangan minta dianter sama abang gue!” pinta Miko. Gladys mengangguk nurut, yang penting dia bisa pedekate sama abangnya Miko. Senyum sumringah menghias sudut bibir Miko. Senyum khas ala Ariel NOAH saat senyum ke fansnya. “Biar aja Gladys ketemu sama abang gue. Pasti cuma sebentar, soalnya abang gue kan ada kuliah siang ini,” ucap Miko dalam hati sembari melirik jam digital merek Casio di lengan kanannya. Miko bersiul-siul bak burung beo kegirangan. Gayanya yang pecicilan juga menjadi ciri khas cowo berseragam putih abu-abu ini. Sesekali kepalanya manggut-manggut sembari mulutnya berceloteh lagu barat yang entah apa judulnya. “Hehehe... sana deh lo ketemu abang gue, paling juga sepuluh menit abang gue udah cabut pergi kuliah. Dan dikau, Gladys cantik pasti akan lama bersama daku... jiaqiqiqi,” suara hati Miko kegirangan. Gladys yang cantiknya hampir setara Tamara Blezinsky itu duduk manis di ruang tamu menunggu abangnya Miko. Matanya yang jeli melirik kesana kemari memperhatikan isi ruang tamu. Sesekali ia memainkan rambutnya yang panjang. Miko mengintip dari balik tembok. Tingkahnya yang usil mendadak kumat. Dengan Gladys ia pamit untuk memanggil abangnya ke dalam. Padahal sedari tadi ia cuma berdiri di balik tembok sambil menahan tawa. “Ooh... my sweety lope-lope Gladys, maafin gue yah… bukannya jahat tapi sedikit iseng aja demi menjaga stabilitas hati gue. Kalau lo tahu gue lagi ngerjain lo, pasti lo ngamuk sama gue. tapi andai aja lo tahu perasaan gue yang sebenarnya...” Miko mendesah dalam hati. Rasa cintanya pada Gladys harus dipendamnya untuk sementara waktu sampai Gladys menyadari kalau dirinya rela berkorban apa pun demi kebahagiaan cewe itu. So, dengan begitu maka luluhlah hati gadis itu dan pada akhirnya Gladys akan berpaling padanya. Miko menerawang jauh. Khayalannya terlalu tinggi, sampai cicak jatuh di bajunya dan membuat cowo imut campur amit-amit itu jingkrak-jingkrak kegelian. Dada Gladys bergemuruh hebat saat ia melihat abang Miko menuruni anak tangga dengan langkah-langkahnya yang lincah. “Ya Tuhan, kenapa gue jadi deg-degan gini yah?” ucap Gladys dalam hati sembari merapikan rambutnya. “Hay Dys!” sapa abang Miko ramah. Cowo ganteng yang sudah kenal Gladys sejak lama ini tersenyum manis. “Hay juga Bang!” jawab Gladys malu-malu. “Tumben nih main ke rumah, mau belajar bareng Miko, yah? Eh ya, Mikonya ke mana?” tanya abang Miko celingukan. “Oh, eh... Bang, aku mau...” jawab Gladys terbata. “Hay, aku di sini!” teriak Miko dari balik tembok memotong kalimat Gladys. Miko langsung duduk di samping Gladys. Hampir saja ia ketahuan kalau sedari tadi berdiri di balik tembok. “Mau ke mana, Bang?” tanya Miko pura-pura bego. “Gue mau kuliah lah, masa mau ke diskotik?!” sahut abang Miko sambil nyengir. Gladys melongo mendengar jawaban abang Miko. Pupuslah rencananya untuk minta diajari fisika dan rencana terpentingnya yaitu pedekate! “Tapi ini... Gladys mau...” lanjut Miko seolah tak tahu kalau ini semua sudah dalam pengetahuannya. “Aku berangkat dulu ya, Dys!” pamitnya pada Gladys. “Hey Ko, hati-hati yah di rumah. Mama lagi keluar dan lo jangan isengin si Gladys!” bisiknya di telinga Miko. Cowo itu hanya manggut-manggut. Gladys tambah bingung melihat sikap kakak beradik itu. Mata Gladys terus mengikuti langkah abang Miko ke halaman depan. “Wah, benar-benar cowo ideal. Pantas aja cewe-cewe kampusnya pada...” bisik hati Gladys. “Wooyy!! Kenapa lo jadi melongo gitu?” tanya Miko membuyarkan lamunan Gladys. “Iissh... bikin kaget aja, lo!” “Nah, lo sampe melongo gitu lihat abang gue? Emang gue kurang ganteng apa?” goda Miko. Gladys terpaku menatap Miko. Matanya mencari-cari kebenaran kalimat Miko tadi. “Benar juga sih, kalau diperhatiin si Miko ganteng, putih, keren, nggak beda jauh dari abangnya. tapi kebiasaan ngupilnya itu... hiiih...” tak urung Gladys bergidik membayangkan Miko yang suka ngupil. Tanpa sadar ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Miko heran lihat tingkah Gladys. Ekspresinya seperti melihat sesuatu yang menakutkan. tapi akhirnya ia tertawa geli. “Mungkin aja Gladys malu setelah dia menatap gue dan sadar kalau gue itu ganteng... jiaqiqiqi...” Miko tersenyum-senyum usil.