mak comblang jatuh cinta
Mak Comblang Jatuh Cinta

Mak Comblang Jatuh Cinta

Reads
112
Votes
0
Parts
20
Vote
by Titikoma

8

 Siang itu di kantin sekolah agak sepi. Rupanya banyak yang membawa bekal dari rumah dan makan di taman dekat perpustakaan. Mata Gladys jelalatan mencari sosok Miko yang sudah langka sejak pagi. Entahlah, sepertinya Miko sengaja menghindar darinya hari ini. Sudah hampir seluruh kantin bersih disapu dengan matanya tetapi Miko tak juga ditemukan. Padahal perasaan tadi di kelas sudah nggak ada. Sambil menunggu kedatangan Miko, Gladys memesan semangkok bakso dan es teh kesukaannya. Menu wajib yang selalu disantapnya bersama Miko setiap istirahat. Makan tanpa Miko rasanya ada yang kurang, maklum biasanya di sekolah ke mana-mana Gladys selalu berdua. Sampai-sampai banyak yang mengira kalau mereka pacaran saking lengketnya. “Eh Dys, tumben makan sendirian, Miko mana?” Dhanar tiba-tiba duduk di sebelahnya. Dulu Gladys sempat naksir berat sama Dhanar yang tampangnya mirip Al anaknya musisi Ahmad Dhani yang lagi naik daun itu. Tapi semenjak melihat Vino, abangnya Miko tiba-tiba perasaan Gladys jadi biasa aja kalau ketemu Dhanar. Padahal dulu jangankan duduk berdua begini, bertemu pandang saja sudah membuat hatinya kebat-kebit tak karuan. “Eh Dhanar, iya nih dari tadi gue nungguin tuh anak nggak nongol-nongol.” “Kayaknya dia sakit deh, tadi gue perhatiin mukanya pucet banget.” “Iya, semalem badannya panas tinggi. Kirain hari ini dia nggak masuk sekolah ternyata masuk juga. Harusnya dia istirahat dulu tuh sampai sembuh.” “Mungkin dia udah kangen sama lo Dys.” “Ih apaan emang kita pacaran?” tampang Gladys langsung manyun. “Habisnya ke mana-mana berdua mulu,” jawab Dhanar enteng. “Kita hanya sobatan tau, gue naksir ma abangnya!” Gladys memperjelas. “Tapi kayaknya dia suka sama lo,” Dhanar menginformasikan lagi. “Masak sih ah, jangan ngarang deh! Kita kan udah temenan lama,” terang Gladys sekaligus penolakan sebenarnya. “Ya itu kan penilaian gue sebagai sesama cowok aja, mudah-mudahan sih nggak salah.” Dhanar tetep kekeh mempertahankan pendapatnya. Gladys jadi mikir. Kalau benar apa yang dikatakan Vino semalam juga mengira dirinya pacar Miko. Tapi Gladys menolak pendapat Vino dan barusan Dhanar yang tidak terbukti sama sekali, apalagi selama temanan dengan Miko tak sekalipun Miko menembaknya, padahal banyak kesempatan kalau mau. “Eh tapi bener Dhan tadi kamu lihat Miko masih pucat? Kira-kira di mana ya dia sekarang?” tak urung Gladys tetap khawatir juga akan kondisi Miko. “Iya tadi kayaknya dia belakang, kalau nggak ke perpus ya ke ruang UKS deh, dia jalan sendirian kok tadi.” “Oh ya udah ya Dhan, makasih infonya. Gue nyari Miko dulu ya takut kenapa-napa?” “Oke….” “Hmm pasti ada di perpustakaan nih bocah, biasanya kalau sedang galau Miko suka duduk di pojok perpus sambil pura-pura baca buku sastra lama seperti Siti Nurbaya.” Gladys bergegas ke perpustakaan. Pas keluar dari kantin nggak sengaja ia menabrak seseorang. Sampai barang-barang yang dibawa orang itu berserakan ke mana-mana. “Eh maaf... maaf,” katanya gugup sembari membantu memunguti barangbarangnya. “Nggak papa Dys, kalau yang nabarak kamu seribu kali lagi juga gue rela.” “OMG!!!! DIMAS ALVINO…” “Ih ogah, siapa juga yang mau nubruk lo!” sentak Gladys galak. Dimas membenahi bajunya dan memberikan seulas senyum paling manis yang dimilikinya. “Kamu mau makan, yuk aku traktir!” ajak Dimas semangat. “Nggak, gue lagi cari Miko!” tolak Gladys tegas, merasa aneh saja dengan  sikap Dimas yang kecentilan menurutnya. “Ayolah Sayang, temani Abang makan sebentar saja!” Dimas semakin berani saja mengajak Gladys. “Sayang-sayang… emang siapa lo?” hardik Gladys mulai kesal. “Kan aku pacar kamu.” “Ih ogah!” tolak Gladys tegas. “Gue tahu di mana Miko kok,” Dimas tetap kekeh mengajak Gladys. “Di mana?” mata Gladys melotot saking girangnya “Temani makan dulu,” pinta Dimas. “Keburu bel bunyi keless, emang istirahat seharian apa?” Gladys sebal menjawabnya. “Kamu mau tahu nggak?” tanya Dimas tetep semangat tanpa malu. “Ya deh aku temani makan, tapi besok ya?” Gladys berpikir cepat. Dimas Alvino langsung meloncat-loncat kegirangan. Sampai-sampai menjadi tontonan orang-orang yang lewat di depan kantin. Gladys jadi jengah. “Di mana Miko?” “Dia ada di suatu tempat.” “Tempat apa?” Gladys nggak sabar karena yang nonton Dimas dan dirinya yang kaya bertengkar jadi tambah banyak. “Tempat di mana dia berada lah pastinya.” jawab Dimas ringan. “Ah konyol lo!” Gladys benar-benar masygul dengan tingkah Dimas yang hanya menghabiskan waktunya saja. Gladys langsung melesat pergi meninggalkan kerumunan orang yang menonton Dimas berjoget-joget. “Sayang, tunggu aku dong Say... tunggu...” Dimas berteriak memanggil Gladys yang memilih kabur. Dimas kesulitan mengejar Gladys karena ia tidak bisa melewati orangorang yang berkerumun menertawakannya. Di perpustakaan pengunjung lumayan penuh. Tumben pada rajin ke perpustakaan, maklum sudah mendekati ulangan umum. Di pojok favorit Miko tampak sosok yang dicarinya sedang duduk menghadap jendela. Gladys langsung duduk di sampingnya dan langsung berkicau. “Eh Mik makasih ya, semalem gue udah melewatkan malam terindah di rumah lo.” Miko tak bereaksi, ia terus saja membaca buku yang dipegangnya. Tetapi Gladys tidak peduli. “Lo tahu nggak? Semalem tuh gue nggak bisa tidur saking tidak percayanya. Seperti mimpi bisa melewatkan waktu berdua dengan Bang Vino.” Miko masih diam. “Kapan-kapan gue main lagi ya ke rumah lo, gue pengin mengulang nonton tv bareng sama Bang Vino. Ngobrol… diambilin minum…” Gladys bercerita sambil tersenyum-senyum. Matanya menerawang mengingat kejadian semalam. “Oya kalau Bang Vino nanyain sandal yang gue pinjem semalem. Bilang masih dicuci ya, gue masih pengen make sandal Bang Vino biar makin dekat di hati. Yaah meskipun sendalnya kegedean sih. Berasa naik kapal!” Miko masih diam. Tiba-tiba Pak Arie, petugas perpustakaan menghampiri Gladys, “Eh Neng, kalau berisik jangan di perpus mengganggu yang lainnya tahu.” Gladys terkejut langsung kembali ke alam sadarnya. Ternyata semua mata di perpustakaan tengah memandangi dirinya dengan tatapan kesal. “Eh... iiiiya Pak maaf,” Gladys sangat malu lalu pura-pura membaca buku. Beberapa menit kemudian tanpa memandang Miko di sampingnya Gladys kembali nyerocos. Mulutnya sudah gatel pengin ngomong terus. Bungabunga di hatinya terus bermekaran dan semerbak mewangi. “Eh Mik nanti kalau gue jadian sama Bang Vino, lo jadi adik gue dong? Trus gue manggil lo dedek ya. Cihuy dedek Miko chayang?” kata Gladys sambil langsung meluk Miko. “Uhuk... uhuk... Mbak apaan sih dari tadi? Mbak nggak salah orang nih?”  tanya cowok yang sekilas dari belakang gestur tubuhnya mirip Miko. Alamak!!! Ternyata yang dipeluk-peluk sama Gladys tuh bukan Miko, jadi sedari tadi udah beruntai kata panjang lebar itu sama orang yang salah. Ampuun deh Gladys nggak tahu harus bilang apa saking malunya. Mulutnya seperti terkunci, dan kulit wajahnya terasa panas terbakar. Kalau saja punya pintu ajaibnya Doraemon, ingin rasanya Gladys pergi ke tahun tujuh puluhan saat dirinya belum lahir saat ibunya pun masih bayi. Tapi kalau pergi ke tahun tujuh puluhan Bang Vino gimana dong??? “Gue di sini Dys...” Gladys tambah terkejut mendengar suara Miko yang berat dari belakangnya. Sontak Gladys berbalik arah. Terpampang wajah culun Miko yang memelas di sana. “Lo seneng banget ya Dys semalam?” tanya Miko pelan. Gladys kembali sumringah mendengar pertanyaan Miko. Kembali mulutnya langsung nyerocos tanpa bisa direm. Gladys tidak memperhatikan ekspresi Miko yang lesu. “Iya gue nggak nyangka akhirnya bisa melewatkan malam bersama Bang Vino. Makasih ya Mik, kapan-kapan gue main lagi ya,” Gladys tersenyum lepas. Miko jadi semakin sadar kalau hati Gladys memang hanya buat abangnya. “Oh selamat deh kalau lo semalem bahagia. Tetapi gue nggak nyangka aja kalau lo sama sekali nggak peduli gue lagi sakit. Lo bahagia di atas penderitaan gue Dys...” ajaib Miko bisa berkata-kata sesuai isi hatinya sekarang. Miko lalu segera berjalan lesu meninggalkan Gladys yang masih terpana. Tiba-tiba hati Gladys sakit sekali, seperti ditonjok dengan sangat keras. Ia baru sadar sudah melupakan Miko sahabat setianya. Jahat sekali dia bersenang-senang saat Miko sedang sakit di kamar. Gladys mulai menyumpahi dirinya sendiri. Sahabat macam apa dia! Tak terasa air mata meleleh deras di pipinya. Ia lalu berlari mengejar Miko untuk minta maaf, tetapi terlambat tubuh Miko sudah menghilang dan bel masuk sudah berdentang.


Download Titik & Koma

* Available on iPhone, iPad and all Android devices