mak comblang jatuh cinta
Mak Comblang Jatuh Cinta

Mak Comblang Jatuh Cinta

Reads
107
Votes
0
Parts
20
Vote
by Titikoma

7

Setelah meletakkan nasi goreng pesanan Miko di atas meja, Vino menghampiri adik semata wayangnya itu dan menyentuh jidatnya dengan sayang. Gladys yang melihat adegan ini tambah termehek-mehek dengan pesona Vino. Nggak salah dia naksir Vino. Sudah ganteng, penyayang pula. “Busyeet Mik, jidat lo panas banget. Sepertinya mau meledak nih?” nada suaranya terdengar khawatir. “Gue panggilin dokter ya?” Miko langsung menarik selimut dan memeluk guling. “Ngggak usah Bang, nanti juga sembuh sendiri.” “Yakin nih sembuh sendiri, gue ambilin obat ya?” “Nggak usah, udah minum tadi.” “Mik, Miko… kirain lo tuh ga bisa sakit,” Gladys memukul kaki Miko pelan. “Ya udah istirarahat aja dulu, yuk Dys kita nonton TV aja di ruang keluarga!” Dengan semangat 45, Gladys menguntit Vino seperti kerbau yang dicocok hidungnya. Sementara Miko tambah menggigil sampai jidatnya berasap saking panasnya. Hmm rumah Miko keren juga, di ruang tengahnya ada sofa empuk berwarna cokelat kopi. Lalu ada TV besar yang dilengkapi dengan sound system keren. Di bawahnya ada permadani cokelat tua yang tampak serasi dengan sofa dan warna cat dindingnya. Pasti keluarga Miko sering menghabiskan waktu bersama di ruangan ini. Gladys duduk di sofa tengah, nggak nyangka Vino malah duduk di sebelahnya. Duuuh langsung deh bayangan pelaminan bertabur bungabunga berkeliaran liar di otak Gladys. “Eh kok bengong?” “Eh… eeh iya Bang… glekk...” saking kagetnya terbangun dari lamunan indahnya sampai-sampai Gladys keselek biskuit yang sedang asyik ngendon di mulutnya.  “Oh maaf-maaf, kamu nggak papa kan?” panik, Vino segera mengambilkan segelas air putih dan mengangsurkannya ke mulut Gladys. Duh romantis banget kayak di film-film India yang suka ditonton mamanya saja. Napas Vino aja sampai berasa membelai pipinya saking deketnya muka mereka. Gladys langsug keinget artikel yang tempo hari dibacanya. “Ciuman Pertama itu Menentukan Masa Depan.” Oh mungkinkah ini akan terjadi, OMG!!! “Tuuh kan bengong lagi.” Gladys tambah salting, saking gugupnya langsung menghabiskan air dalam gelas dengan cepat, membuat Vino terheran-heran melihatnya. “Mau lagi?” “Nggak… nggak Bang sudah cukup.” “Lain kali jangan suka ngelamun, temenku aja suka ngelamun…” “Kesambet setan?” potong Gladys sebelum Vino menyelesaikan kalimatnya. “Bukan!” “Ayamnya mati?” “Bukan juga, ih sotoy.” “Ehm Gladys tahu nih pasti rezekinya dicomot orang kaaaaan?” “Bukan juga kelessss.” “Lalu?” “Ketinggalan kereta, kan dia mau jenguk omanya di Surabaya.” “Ehm aku tahu siapa temennya abang? “Oh ya?” “Soimah kan?” Gladys langsung nyanyiin lagu kereta malam-nya Elvi Sukaesih yang dipopulerin lagi sama Soimah, artis daerah yang sedang terkenal.  “Hahaha… kamu bisa aja Dys,” tak urung Vino tersenyum geli. Pipi Gladys langsung bersemu merah, seperti buah persik yang sudah matang. Vino yang diam-diam memperhatikan Gladys langsung berkata dalam hati, “Lucu juga nih anak.” “Eh Bang kok malah bengong sih, nanti kayak temenku lho.” “Nggak usah kayak temenmu, kayak kamu!” “Ih Abang bisa aja bikin Gladys mati gaya..” Suwer malam ini Gladys bahagia banget. Ternyata benar kata orang, kita memang harus punya mimpi karena bukan tak mungkin suatu hari mimpi itu menjadi nyata. Seperti malam ini. “Ngomong-ngomong suara kamu bagus juga, mau nggak ikut latihan band gue?” kata Vino antusias mengajak Gladys. “Mau banget Bang, kapan, sekarang?” Gladys tak kalah bersemangat, jelaslah bisa dekat dengan Bang Vino terus dong kalau bisa ikutan kegiatan band Bang Vino yang ada dalam otak Gladys. “Yaelah ngebet banget, ya entarlah kalau latihan gue kabarin.” “Asyiiik, seneng banget, bener ya Bang?” “Oke, nanti biar Miko jemput kamu ya.” “Kok Miko, Bang?” “Ya iyalaah, kamu pacarnya Miko kan? Kalau gue yang jemput nanti Miko bisa marah.” Gubrak!!!!!! Jadi selama ini Bang Vino menyangka kalau Gladys pacarnya Miko. Mendadak mata Gladys berkunang-kunang. Dunia terasa berputar dengan cepatnya. “Yaelaah bengong lagi, eh kok kamu pucat sih, nggak sakit kan?” Bang Vino menegur lebih keras. “Nggak Bang, cuma kaget!”  Vino tertawa terpingkal-pingkal melihat ekspresi lucu Gladys. Menurut Vino, Gladys anak yang bener-bener lucu. Kalau nggak sungkan pengen rasanya memencet hidung Gladys yang mungil itu. “Kaget kenapa kok sampe pucet gitu sih?” Vino jadi penasaran dengan perubahan sikap Gladys yang sepertinya sangat kaget. “Gue sama Miko cuma temen Bang,” kata Gladys meralat perkataan Vino barusan. “Pacaran juga ga papa, adik gue ganteng juga kan?” goda Vino. “Ih tapi kita dah terlanjur temenan Bang,” bela Gladys. Hatinya dag dig dug. Bagaimana bisa Bang Vino menuduh dirinya pacar Miko. Apalagi ingat kebiasaan ngupil Miko membuat Gladys ill feel. “Oh gitu, habis kayaknya lengket banget ke mana-mana kalian berdua,” Vino mengerutkan dahinya tidak percaya dengan keterangan Gladys barusan kalau dirinya dan Miko hanya berteman biasa. “Yaelah mati deh pasaran gue!” protes Gladys. “Haha… emang berapa pasangnya?” goda Vino lanjut. “Di obral Bang, seribu tiga!!” kata Gladys ketus menahan kekesalan hatinya. Kali ini Vino nggak sengaja memencet hidung mungil Gladys dengan gemas. Tangannya refleks mengerjakan apa yang sudah terpendam di otaknya dari tadi. Bukannya kesal Gladys malah kegirangan hidungnya dipencet sang pangeran.  Sementara itu di kamar, Miko berusaha menghalau pikiran-pikiran buruk yang berseliweran di otaknya. Sembari berharap abangnya tidak mendadak jatuh cinta pada Gladys. Miko berdoa agar tiba-tiba ada temen Vino yang datang mengajak Vino pergi hang out seperti biasanya. Tetapi rupanya Tuhan tidak mengabulkan doanya. Karena dari ruang tengah samar-samar terdengar tawa Vino bersahutan dengan Gladys. Sepertinya mereka akrab sekali. Membayangkan bidadarinya tengah asyik bercanda ria dengan kakak semata wayangnya membuat hati Miko semakin menggigil. “Ya ampun Dys, lo gak ngerti banget sih perasaan gue. Emang kurang apa ya perhatian sama kesetiaan yang udah gue tunjukin sama lo selama ini. Emang gue nggak sekeren Bang Vino, tapi gue yakin kalau gue bakalan jadi pacar terbaik buat lo. Karena gue selalu ada buat Lo.” Dengan gemetar Miko mengambil headphone dari laci meja belajarnya lalu mencolokkannya ke handphone kesayangannya. Mungkin mendengarkan musik bisa mendinginkan hatinya. Miko langsung memutar lagunya NOAH yang terbaru tetapi lagu itu malah membuat kenangan-kenangannya bersama Gladys muncul, maklum Gladys suka banget sama band NOAH. Mereka sudah tiga kali nonton bareng konsernya. Cepat-cepat Miko menggantinya dengan lagu galau. Tetapi rupanya mendengarkan lagu patah hati malah membuat hatinya semakin hancur berkeping-keping. Seperti keramik kesayangan mama yang jatuh dari lemari ke lantai kemarin sore waktu kesenggol tangan Bi Inah. Miko langsung mengganti dengan lagu rock Sucker Head, grup cadas keren punya Indonesia yang terkenal itu, tetapi malah membuat tubuhnya semakin menggigil dan anehnya suara Gladys dan Vino malah semakin keras terdengar mengalahkan teriakan Krisna J. Sadrach dan gebukan drum Bakar Bufthaim yang mendentam. Tak tahan Miko langsung melampiaskan kekesalannya dengan menggigitgigit gulingnya penuh amarah. Tak ayal sarung guling tak berdosa itu pun tercabik-cabik gigitan gigi taring Miko yang memang lancip seperti gigi drakula. Di tengah keasyikan Miko menganiaya gulingnya, tiba-tiba Vino dan Gladys  masuk. Vino yang sayang banget sama adiknya langsung terlihat panik. “Mik, kamu kenapa?” Vino bertanya dengan nada khawatir, karena baru kali ini kelakuan Miko sangat aneh. Miko yang masih kesal campur tengsin berat buru-buru melepaskan gulingnya dan pura-pura tidak mendengar. “Sakit banget? Mananya yang sakit, gue pijitin ya?” kata Vino lanjut. Gladys yang ikut-ikutan panik berat ‘maklum Vino kan juga panik’ segera menghampiri Miko dan menggoyang-goyangkan tubuh Miko yang membelakangi mereka berdua. Miko langsung membalikkan badannya begitu tangan Gladys menyentuh pundaknya. Sambil memasang tampang bloon tanpa dosa. “Hahaha… iyalah Bang dia nggak dengar, lihat aja tuh telinganya ditutupin wajan..” serta merta Gladys terpingkal-pingkal melihat tampang konyol Miko. Ia langsung mengambil headband dari telinga Miko dan mendengarkan musiknya. “Ehm lagi sakit dengerinnya lagu metal sih jadi tambah kan sakitnya, kasihan kan guling jadi korban,” kata Gladys bawel. Gladys mengambil guling Miko dan mengelus-elusnya sayang. “Harusnya gue tuh yang kamu elus Dys, hati gue yang koyak-koyak kayak guling itu gara-gara elu,” batin Miko “Ya udah karena sudah malam gue pulang dulu ya Mik, cepet sembuh ya,” Gladys membenahi selimut Miko. “Ya udah pulang sana, nanti dicari sama mama lo,” usir Miko sebal. “Ayo Gladys gue antar, nggak baik cewek malam-malam pulang sendiri,” ajak Vino menawarkan diri. “Makasih Bang, dengan senang hati,” jawab Gladys sumringah. “Waduh, pucuk dicinta ulam tiba!” teriak riang hati Gladys. “Huh ganjen!” rutuk Miko dalam hati.  “Nggak papa kan Mik, gue anterin Gladys sebentar? Kalau ada apaapa langsung telepon ya,” kata Vino memastikan adiknya tidak apa-apa ditinggal mengantar Gladys. Dengan sok nelangsa Miko mengangguk pelan. Sepeninggal Gladys dan Vino, Miko langsung bersenandung. Lagunya boyband Indonesia paling tersohor saat ini, Trio Ubur-Ubur. Lagu yang paling mewakili rintihan hatinya kali ini “Cinta ditolak emang nggak enak… cinta ditolak emang nggak enak… diputuuuuuusin kamuuuuu membuat hidupku menjadi galauuu…”


Download Titik & Koma

* Available on iPhone, iPad and all Android devices