mak comblang jatuh cinta
Mak Comblang Jatuh Cinta

Mak Comblang Jatuh Cinta

Reads
115
Votes
0
Parts
20
Vote
by Titikoma

11

From : Bang Vino Tercinta Dys, nanti malam kamu dandan yang cantik ya? Malam ini aku mau ngasih kejutan sama kamu, jam 7 malam aku jemput kamu. Oke? Mata Gladys langsung melotot ketika membaca SMS dari Bang Vino. Jangan-jangan ini fatamorgana belaka. Plak! Gladys menampar pipinya sendiri. Ia meringis kesakitan. Sesaat kemudian ia melonjak kegirangan di atas tempat tidur. “Hooreee… berarti ini bukan mimpi. Sekarang gue harus dandan yang cantik, biar Vino terperangah akan kecantikan gue.” Tanpa aba-aba Gladys langsung ngacir ke kamar mandinya untuk ganti baju. Begitu keluar dari toilet, Gladys telah menggunakan long dress selutut bermotif bunga dengan bolero rajut berwarna merah muda cerah. Ketika Gladys berada di cermin riasnya, Ia teringat kata-kata Miko. “Bang Vino itu lebih suka sama cewek yang tampil cantik apa-adanya tanpa make-up. Katanya cewek tanpa make-up cantiknya alami.” Gladys pun mengurungkan niat untuk dandan memakai make-up dari luar negerinya. Gladys melirik jam yang menempel di kamarnya. Jarum jam telah menunjukkan pukul 18.45, itu artinya 15 menit lagi pangerannya datang.  Vino datang tepat jam 7 malam. Vino langsung menggandeng Gladys naik ke mobil mewahnya. Namun sebelum masuk mobil, Vino menutup mata Gladys dulu. Sepanjang perjalanan, hanya terdengar bunyi deruman motor yang berlalu lalang melewati mereka, dan suara musik yang mengalun lewat radio. Tiba-tiba mobil sudah berhenti, suara mesin tidak terdengar lagi. Vino membuka pintu mobilnya, kemudian menuntun Gladys keluar dari dalam mobil. “Bang Vino... kita sudah sampai ya?” tanya Gladys yang masih dalam tuntunan Vino. “Sebentar lagi kita sampai,” jawabnya menggandeng tangan Gladys. “Oke... kita sampai. Sekarang aku buka tutup matanya. Tapi, kamu jangan buka mata dulu, oke?” pinta Vino. “Iya,” Gladys mengangguk cepat. “Oke... sekarang kamu boleh buka mata kamu pelan-pelan,” ucap Vino sambil memegang kedua pundak Gladys. Gladys membuka matanya sesuai ucapan Vino. Awalnya pandangannya kabur, mungkin karena terlalu lama menutup mata. Tapi, setelah semuanya jelas, Gladys merasa takjub dengan apa yang ia lihat. Hamparan bukit yang berwarna hijau membentang luas di hadapan Gladys, seperti permadani. Sedangkan di sisi kanan tempatnya berdiri tumbuh aneka jenis bunga yang bermekaran dengan indah seperti pelangi. Di tempat lain yang tidak jauh juga berdiri pohon yang besar, kokoh juga rindang. Sungguh pemandangan alam yang selama ini ingin ia kunjungi. Dibandingkan dengan hiruk pikuk kota yang penuh dengan berbagai polusi. Di sini, di tempat Gladys berdiri, udaranya benar-benar sejuk. Tidak panas juga tidak terlalu dingin. Gladys membentangkan kedua tangannya seperti burung yang bebas mengepakkan sayapnya. Menghirup dalamdalam udara yang begitu segar dari hidungnya. Kemudian berlari ke arah taman bunga dan mencium aromanya yang khas dengan keharuman masing-masing. Gladys merasa dirinya kini berubah seperti lebah atau kupu-kupu yang ingin menghisap sarinya. Ia kemudian memandang Vino yang tersenyum ke arahnya. Sungguh pintar dia menyenangkan hatinya. Gladys kemudian menghampiri Vino. “Bang Vino... terima kasih ya! Aku suka sekali tempat ini,” ucap Gladys kemudian memeluk Vino erat. Vino pun membalas memeluknya. Rasa bahagia yang dirasakan Gladys membuatnya tidak sadar sesaat. “So... sorry, Bang. Aku terbawa suasana,” ucap Gladys tersipu malu. Ia melepas pelukan bang Vino. “Nggak apa-apa kok. kamu senang, Dys?” “Heem...” jawabnya mengangguk. “Tapi, kita sekarang berada di mana, Bang?” tanya Gladys ingin tahu. “Kita berada di Bukit Andromeda,” jawab Bang Vino. Kemudian berjalan menuju bangku kayu panjang yang berada di balik rerimbunan pohon yang rindang. Gladys pun mengikuti langkah Vino dari belakang. “Kamu tahu kenapa bukit ini dinamakan Bukit Andromeda?” tanya Vino pada Gladys yang sudah duduk di sampingnya. Gladys hanya menggeleng. Sejenak Vino mengambil napas kemudian dia menjelaskan alasannya kepada Gladys. “Saat malam tiba, langit di bukit ini akan dihiasi dengan galaksi Andromeda yang bisa kamu lihat dengan teropong bahkan dengan mata telanjang sekalipun. Sungguh indah dan menakjubkan. Seakan-akan kita seperti tersedot dan melayang-layang di galaksi bima sakti. Bukit ini lebih menarik daripada kamu melihat bintang melalui teleskop di Bosccha observatorium,” ucap Vino menghela napas kemudian melanjutkan lagi ceritanya. “Aku sering sekali pergi ke sini di antara bulan September sampai Oktober. Hanya sekedar untuk menghilangkan jenuh dan menjernihkan pikiran yang terasa suntuk. Rasanya tenang sekali jika berada di sini,” jelas Vino sambil menatap langit yang sudah berubah warna menjadi oranye.  Gladys memandang dengan lekat wajah Vino. Ini pertama kalinya Gladys melihat Vino yang kagum pada keindahan alam. Ia ikut memandang langit senja yang warnanya sungguh indah. Matahari mulai terbenam kembali ke peraduannya. Sekelompok burung-burung yang beterbangan di langit mulai kembali ke sarangnya. Gladys berpendapat bahwa ini yang dinamakan surga dunia. Ia tidak akan melupakan hari yang indah ini bersama orang yang ia cintai. “Dys, kamu tahu nggak kenapa aku membawamu ke tempat ini?” tanya Vino. Gladys hanya menggeleng. “Karena kamu sama seperti tempat ini, terindah di hatiku.” “Ih, Bang Vino gombal deh.” “Ini fakta kok. Dys aku boleh jujur nggak sama kamu?” “Jujur soal apa?” “Tapi sebelum aku jujur, aku mau nunjukin sesuatu dulu sama kamu.” Vino mengeluarkan sepucuk surat yang amplopnya berwarna pink. Gladys mengerutkan kening, ia merasa amplop pink itu adalah amplop surat yang diberikannya untuk Vino melalui Miko. Vino membuka amplop surat itu dan tak lama kemudian ia membaca isinya. Dear Vinoku sayang, Maaf surat ini datangnya mendadak banget, karena emang rasanya cinta ini juga nggak bisa ditebak kapan mau datang. Kayak Kartini, aku mau menyatakan cinta terlebih dulu karena alasan emansipasi, walau Kartini nggak ngajarin aku kayak gitu sih. Sejak ketemu sama kamu buat yang pertama kalinya, aku rasanya nyaman banget di dekat kamu. Kamu itu matahari, aku pengen jadi langitnya. Kalo kamu kumbang, aku mau jadi bunganya. Your Lovely Miss G.  “Dys, itu penggalan surat dari kamu kan? Aku menemukan surat ini di tasnya Miko.” “Dys, tolong jawab yang jujur, apa benar kamu mencintai aku?” “Aduh, sekarang kok benar-benar mampus gue. Harus jawab apa? Haruskah gue jujur di depannya? Kenapa gue malah jadi ragu ya dengan perasaan gue yang jelas menggebu-gebu dangan Bang Vino. Setelah semua di depan mata kenapa malah jadi meragu gini? Aggggh apakah ini gara-gara hubungannya dengan Miko?” Butir-butir keringat mulai membanjiri kening Gladys. Gladys menarik napas dalam-dalam, setelah itu ia pelan-pelan menghembuskan napas. “I… iya Bang. Aku sangat mencintaimu. Maafin aku ya,” Gladys menundukkan kepalanya. Ia takut melihat kemarahan Vino. Vino tersenyum simpul, “Hey, kenapa harus minta maaf? Aku justru sangat bahagia karena kamu mencintaiku. Itu artinya cintaku tidak bertepuk sebelah tangan.” “Maksud Abang apa?” “Dys, harus kuakui, aku juga sebenarnya suka banget sama kamu tapi malu mengungkapkannya. Malam ini aku mau mengucapkan tiga kata padamu. Kamu adalah cintaku. Maukah kamu jadi kekasih hatiku?” Mata Gladys terbelalak, dan mulutnya melongo kayak sapi ompong. Ia tak percaya dengan apa yang dikatakan Vino. Benar-benar nggak nyangka, orang yang ia cintai ternyata mempunyai perasaan yang sama dengannya. Saat Gladys hendak menjawab pertanyaan Vino, tiba-tiba perut Gladys mengeluarkan suara yang tidak enak didengar. Spontan Vino menoleh ke arah Gladys. Vino tertawa lepas mendengar suara tersebut. Gladys hanya bisa menahan malu dan memegang perutnya yang keroncongan. “Urgh... dasar perut sialan! Perutku ini malu-maluin banget sih? Dasar nggak ngerti situasi,” maki Gladys dalam hati. “Dys, kamu nggak perlu jawab pertanyaanku sekarang. Yang penting sekarang kita makan aja, yuk!” ajak Vino, kemudian dirinya berdiri dan mengulurkan tangannya ke arah Gladys. Ia menerima uluran tangan Vino dan beranjak berdiri.


Download Titik & Koma

* Available on iPhone, iPad and all Android devices