mak comblang jatuh cinta
Mak Comblang Jatuh Cinta

Mak Comblang Jatuh Cinta

Reads
113
Votes
0
Parts
20
Vote
by Titikoma

17

 “Jika aku jadi kamu, aku akan menguji cinta mereka dulu. Dari sana aku akan tahu siapa yang tulus dan paling mencintaiku. Dan aku akan memilihnya.” Perkataan Bunda Melly kembali menjejali benak Gladys yang semakin kebingungan. Boro-boro mendapat jalan keluar, pikirannya malah makin semrawut. “Mik… Mikooo…” teriak Gladys seraya mengguncang-guncangkan tubuh Miko. “Kenapa lo lakuin ini sih, Mik?” sergah Gladys merasa amat bersalah. Rambutnya yang tergerai tidak beraturan itu pun sudah tidak lagi dipedulikannya. Yang ada di pikirannya hanya Miko dan Miko. Beberapa saat suasana masih terasa tegang. Namun tiba-tiba lengan Miko yang semula terkulai lemah kini telah mampu digerakkan. Matanya mulai menerawang ke segala penjuru. DEGG… matanya membelalak. Wajah Gladys jelas tertangkap oleh kedua mata sipitnya. “Gue nggak apa-apa kok, Dys,” ucap Miko sedikit menahan perih di lengan kanannya yang baru saja terhantam mobil di depannya. Untung saja mobil Grand Levina berwarna merah itu tidak melaju begitu cepat. Akibatnya, tubuh Miko hanya mengalami benturan dan sedikit luka lebam di daerah pergelangan tangan hingga kakinya. “Aduhhh…” rintih Miko sembari memperhatikan pergelangan tangannya. “Mik, lu nggak kenapa-napa? Tangan lu berdarah. Ayo, kita ke rumah sakit,” ungkap Gladys khawatir. “Nggak… nggak perlu, Dys. gue nggak kenapa-napa kok. Cuma luka kecil aja,” Miko menggerak-gerakkan tangan dan kakinya perlahan dan mencoba untuk berdiri. Bruukkkk… Tiba-tiba Miko kembali terjatuh.  “Nah, kan apa gue bilang? Sini gue bantuin,” tawar Gladys. “Udah gue bilang, gue bisa sendiri!” gertak Miko pada Gladys. Spontan Gladys terperanjat dan perlahan menjauhkan diri dari Miko. Plaakk!!! Tiba-tiba dari arah belakang ada seseorang yang menepuk pundak Gladys. Orang itu adalah Vino. “Bang Vino???” ucap Gladys seraya mengarahkan pandangannya pada Vino dan Miko secara bergantian. “Hey, ada apa ini? Kenapa kalian berdua di sini? Mik, kok tangan dan kaki lo berdarah gitu?” tanya bang Vino panik. “Gue keserempet mobil, Bang,” jawab Miko lesu. “Hah??? Keserempet mobil? Kok Bisa? Emangnya lo naruh mata lo di mana? Mobil segede gitu aja nggak ngelihat. Payah lo,” bentak Bang Vino pada Miko. Melihat hal tersebut, Gladys merasa teramat bersalah pada Miko. Napasnya seperti tercekat begitu saja. Ia berusaha ingin menjelaskan pada Bang Vino. “Anu Bang... tadi… Maaf, sebenarnya…” Namun, sebelum penjelasannya selesai, Miko lebih dulu memotong perkataannya. “Iya, Bang. Gue emang salah nyeberang kagak lihat-lihat,” sergah Miko. “Ya udah, sini gue antarin lo pulang. Ayo Gladys,” ajak Vino pula pada Gladys dan Miko. Sesampainya di rumah Miko, Bang Vino terlihat sangat peduli pada Miko. Keakraban kakak beradik itu memang tak perlu diragukan lagi. Perlahan Bang Vino membersihkan luka-luka pada lengan Miko. Sementara Gladys masih saja berdiam diri di tempat duduknya. Pikirannya berkecamuk. Matanya seakan tak mampu lagi membedakan yang mana Bang Vino dan yang mana Miko. Samar. Berkunang-kunang. Gelap. Semakin gelap. Bruukkkkk!!! Gladys tak sadarkan diri. Melihat hal itu, Bang Vino yang tadinya sedang berkonsentrasi mengobati luka Miko malah terperanjat. Begitupun Miko. Bergegas ia beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkan Bang Vino untuk lebih dulu memeriksa keadaan Gladys. “Gladys, lo kenapa?” Tanpa pikir panjang lagi, Miko berupaya mengangkat dan menggendong Gladys ke dalam kamarnya. “Mik, tangan lo kan masih sakit,” sergah Bang Vino memperingatkan Miko. Namun Miko tetap saja berjalan menuju kamarnya tanpa memedulikan apa yang diucapkan bang Vino. Vino pun bergegas menyusul Miko ke dalam kamarnya. “Bang, gue titip Gladys dulu, ya. Gue mau ke kamar mandi sebentar,” ujar Miko datar. “Gladys...” lirih Bang Vino menyebut nama gadis yang juga dicintai Miko itu. “Bang Vino, Miko mana???” tanya Gladys sembari matanya menyusuri tiap sudut ruangan mencari keberadaan Miko. “Miko… tadi dia pergi ke…” “Miko sama sekali nggak peduli sama aku ya, Bang?” “Oh... bukan… maksud Abang...” “Sudahlah, Bang. Gladys tahu kok apa yang dia pikirkan sekarang.” Sesaat Bang Vino hanya terdiam mendengarkan semua ucapan Gladys. Pikirannya terus mencari-cari cara untuk menjelaskan semuanya kepada Gladys. Namun Gladys telah lebih dulu memotong pembicaraannya. Sementara Miko yang semenjak tadi hanya berdiri di balik pintu kamar sembari mendengarkan pembicaraan putri lope-lope dan kakak tercintanya itu juga tidak bisa berbuat banyak. Ia lebih memilih diam. “Bang Vino, tolong antarkan Gladys pulang sekarang ya,” pinta Gladys.  “Tapi, kamu kan sedang tidak enak badan, Gladys. Kamu bisa nginap di rumah ini untuk malam ini,” nasihat Bang Vino. “Nggak Bang. Aku ingin pulang sekarang. Kalau Bang Vino nggak mau mengantarkan aku, aku bisa pulang sendiri kok.” “Oke, oke, Dys. Aku akan antar kamu pulang. Tapi tunggu Miko sebentar ya,” pinta Bang Vino. Gladys hanya berdiam diri. Suasana tegang sejenak. Menit terus berganti. Namun Miko belum kelihatan juga batang hidungnya. “Aduh, Miko lo ke mana aja sih? Masa ke kamar mandi aja lama banget. Ngapain aja sih lo?” batin Bang Vino kesal. Tapi ia berusaha menyembunyikannya di depan Gladys. TENG….! Tiga puluh menit sudah Bang Vino dan Gladys menunggu kedatangan Miko. Namun yang ditunggu belum juga datang. Saat ini kesabaran Gladys sudah di ambang batas. Emosinya sebentar lagi akan segera memuncak. Dahinya mengerut. Sesekali ia mengepal-ngepalkan tangannya seakanakan ingin menghakimi seseorang. Ia pun segera memutuskan untuk pulang.


Download Titik & Koma

* Available on iPhone, iPad and all Android devices