
by Titikoma

20
Satu bulan kemudian... Malam minggu yang cerah, secerah dua insang yang tengah bercanda di taman depan rumah Gladys. “Jadi benaran kamu sudah tidak mengharapkan Abang Vino lagi kan? Apalagi dia tengah sibuk mengejar Mbak Marsya?” Miko memastikan pada Gladys yang tampak tenang. Justru sikap tenang ini membuat Miko agak khawatir, soalnya hati cewek susah ditebak. Kemarin bilang mau dengan dirinya, bisa-bisa besok berubah cinta ke abangnya lagi. Kan sangat bahaya. “Kalau iya gimana dong? Habis Abang Vino lebih berkharisma sih... dan gak suka hmmm… ngupil sembarangan,” kata Gladys sok cuek. “Iiiih kok gitu!” Miko komplain gak terima. “Makanya berubah dong! Contoh yang baik-baik dari Abangmu biar aku semakin mencintai kamu Miko Sayang...” Kali ini wajah Gladys menatap Miko mesra dan yakin. Jelas terpancar kalau Gladys memang tidak sedang mempermainkan dirinya. “Dys... aku janji aku akan berubah menjadi Miko yang seperti kamu harapkan. Aku janji apapun akan aku lakukan demi kamu. I love you so much, Dys,” Miko meraih tangan Glads dan mencium punggung tangannya lembut. “I love you too Miko, terima kasih buat cinta tulus kamu buat aku. Kuharap cinta kita akan abadi selamanya.” Dan malam Minggu ini menjadi malam Minggu yang sangat membahagiakan buat Miko dan Gladys yang mantap untuk memperjuangkan cinta mereka. Bertanggung jawab atas keputusan cinta terbaik tanpa melukai Abang Vino yang ternyata tengah berjuang untuk merebut wanita idamannya. I hate Monday! Buat sebgaian orang atau bahkan kebanyakan orang yang harus kembali pada rutinitas harian. Bekerja, kuliah atau bermacet ria dengan jalanan. Tapi tidak buat Vino karena hari ini, hari Senin yang banyak tidak disuka orang akan Vino rubah menjadi Monday I’m in love. “Hari ini pokoknya! Aku tidak bisa tunda-tunda lagi! Aku harus jujur pada Marsya kalau aku memang jatuh cinta padanya dan aku mencintainya,” Vino tergesa-gesa merapikan rambut dan penampilan hari ini jelas lebih rapi dari hari biasanya. Vino tahu kalau Marsya menyukai seorang cowok yang rapi, matang dan dewasa. Seperti dirinya yang memang juga menyukai dia sebagai wanita yang matang. Dan Vino sadar kalau bukan Gladys sebenarnya wanita idamannya, tapi Marsya. “Apapun yang terjadi kalaupun nanti aku ditolak langsung oleh Marsya saat aku menyatakan cinta, ini lebih baik daripada aku harus melewati seperti Miko yang hanya mendendam dan sakit hati sendiri,” tekad Vino. Meskipun macet di mana-mana, Vino berusaha membuat Senin ini menyenangkan dan wajahnya terus tersenyum. Sudah dibelinya buket bunga lilly dipadu bunga krisan putih yang segar. Vino sudah memperhitungkan semua setelah selesai mata kuliah Metodologi Penelitian yang merupakan mata kuliah syarat untuk mengambil skripsi, Vino menghadang Marsya yang akan keluar dari kelas Hubungan Internasionalnya. “Yess, Marsya sendirian!” Vino bergegas menghampiri Marsya. “Hai Vin, udah kelar kuliah Metodologi Penelitiannya?” Marsya agak kaget juga, apalagi Vino menyembunyikan tangannya di belakang pinggang. “Hmmm Sya, ini buat kamu...” Vino memberikan buket bunga yang sangat manis, membuat Marsya sempat terperangah. Tidak menyangka sama sekali Vino yang selama ini hanya teman biasa berani memberikan bunga yang sangat romantis. “Tapi Vin, ini dalam rangka apa ya? Aku nggak ulang tahun lho hari ini,” tak urung Marsya tetap menerima bunga lilly kesukaannya. “Gimana kalau aku jelaskan sambil makan siang? Aku yang traktir, Marsya Andini,” kata Vino sangat tenang dan lembut. Vino mati-matian bisa bersikap lelaki dewasa. “Hmmm, tapi... baiklah Vino Sebastian,” Marsya tak urung tersenyum saat Vino mengucapkan namanya dengan lengkap dan lembut. Selama ini Vino sudah sangat baik menjadi teman, sempat juga Marsya berpikir untuk bisa mengenal Vino lebih jauh tapi dirinya sudah berjanji untuk bersikap dewasa dan serius dalam kuliah, makanya diapun memutuskan akan mempunyai teman dekat mungkin jelang-jelang penggarapan skripsi agar tidak merusak konsentrasi kuliahnya. Nyatanya keberadaan Vino hanya sebagai teman membuat hidupnya tidak hampa, jika kali ini Marsya berharap Vino akan lebih jauh, salahkah? Vino sudah memperhitungkan semuanya, sampai di Breeze Restaurant suasana tampak segar. Vino sengaja membawa Marsya ke restoran tepi pantai, sementara ada trio pemusik tengah menyanyikan lagu-lagu Kla Project akustik. “Vin, kamu sudah reserve ya...” Marya mendelik cantik, matanya bulat menatap tajam Vino yang tampak cool. Hidangan juga tidak menunggu lama tersaji, Vino memesan udang goreng mayones, sayur baby kailan yang merupakan makanan kesukaan Marsya dan masih ada ikan bakar, cumi-cumi dan gurame. Juga jus kiwi yang selalu dipesan Marsya kalau pas jalan bersama. “Ya ampun Vino, kamu memanjakan aku sekali. Tapi ada apa nih...?” Marsya berseru riang dalam hatinya. Setelah hidangan utama tersantap habis, Marsya bertanya maksud Vino sebenarnya apa. “Tenang Sya, kita nikmatin es krimnya dulu ya... ini enak sekali, es krim tiramisu yang sangat lembut.” Melihat Vino menikmati es krim dengan nikmat, Marsya juga ikutan menikmati dan berharap Vino tidak membuat dirinya mati penasaran terlalu lama. “Dan akhirnya, Marsya… aku hari ini hanya ingin jadi manusia yang jujur karena aku bukan sutradara cinta yang bisa menentukan cerita sedih atau bahagia. Aku hanya ingin kepastian dari hatimu. Marsya Andini, maukah kamu menjadi kekasihku? Karena semakin lama aku mengenalmu aku yakin kamulah wanita idaman yang paling pas dan mengerti aku. Yah walau sempat terabaikan sesaat... tapi itulah karena aku bukan sutradara cinta makanya aku harus berani jujur. Hanya iya atau tidak jawabnya!” kata Vino pelan tapi mantap. “Vino... a.... a... aku...” Marsya menatap ragu Vino yang tampak mulai ragu dengan kepercayaan dirinya. “Vino aku juga sudah memendam lama hal yang sama, jawabannya… iya!” Marsya tersenyum cantik. “Marsyaaaa... akhirnya aku bisa jadi kekasihmu,” Vino menarik tangan Marsya dan menggenggamnya erat. “Tapi Vin, kenapa kamu melow sekali sih? Sampai mengungkapkan diri sutradara cinta segala. Memang kamu beneran mau berprofesi jadi sutradara?” tanya Marsya sembari mengerutkan wajah serius. “Nggaklah Marsya Sayang, lupakan tentang istilah sutradara cinta. Aku keceplosan begitu saja.” Dan siang itu menjadi hari yang membahagiakan buat Vino setelah sebulan ini memastikan Miko dan Gladys baik-baik saja dengan hubungan mereka. Dirinya juga bahagia menemukan cinta yang sebenarnya diharapkan.