mak comblang jatuh cinta
Mak Comblang Jatuh Cinta

Mak Comblang Jatuh Cinta

Reads
101
Votes
0
Parts
20
Vote
by Titikoma

19

 Vino memilih untuk segera berpamitan dan sekarang perasaannya menjadi tidak karuan sendiri. Jelas tadi bukan rekayasa Gladys ataupun Miko tentang kotak pemberian Gladys, malah sebaliknya dirinyalah yang membuka kebohongannya sendiri yang telah dengan baik hati Miko tutupi. “Tapi untuk apa juga Miko menutupi kesalahan dirinya?” Vino berpikir dan semakin berpikir Vino tersadar. “Ya ampun, abang macam apa aku ini, Miko dan Gladys! Sepertinya mereka mulai saling menyukai walau mungkin awalnya Gladys memang suka denganku. Tapi seiring waktu Gladys sadar ternyata ada cinta yang lebih besar dari seorang Miko yang selama ini hanya dianggap mak comblang. Miko! Miko! Harusnya aku sadar sejak kutemukan suratku yang untuk Gladys ternyata tidak kamu sampaikan. Aisssh bodohnya aku!” Vino memukul setir mobilnya dan mengegas mobilnya cepat. Dalam otaknya berkelebatan beberapa kejadian yang dianggapnya janggal seperti beberapa kali Miko yang tiba-tiba sakit, menghilang, sehingga memberikan kesempatan dirinya untuk mengantar Gladys dan berduaan. “Miko, kamu itu adikku yang aneh. Kalau kamu suka Gladys, kenapa juga kamu tidak mau berterus terang pada abangmu. Miko, coba kamu ngomong dari awal, aku pasti tidak perlu mengejar Gladys dan terlanjur mencintai. Sekarang setelah aku benar-benar jadi suka pada Gladys malah menjadi kacau balau karena ulah kamu yang sok jadi pahlawan. Fine! Semua harus diakhiridan semua harus jelas!” Wajah Vino tampak kaku dan berkerut-kerut menahan berbagai rasa. Setelah semuanya menjadi terlanjur, Vino yang terlanjur jatuh cinta pada Gladys yang awalnya hanya iseng belaka karena dianggapnya juga Gladys hanya adik kelas yang biasanya tidak bersifat dewasa. Ternyata Gladys memang lucu meskipun tidak sesuai harapan Vino yang diawal mengidolakan cewek yang dewasa dan tidak kolokan yang sesekali Gladys tunjukkan tapi ternyata hatinya jadi suka juga. Tapi Vino juga jadi ragu, jangan-jangan rasa cinta dan suka pada Gladys hanya sementara juga karena dirinya belum menemukan gadis yang sesungguhnya dianggap paling pas. Tiba-tiba wajah Marsya, anak Hubungan Internasional seangkatan dirinya berkelebatan. “Ya ampun ternyata aku memang sangat munafik, Gladys jelas berbeda dengan Marsya walau berdua sama-sama cantik. Tapi aku butuh cewek seperti Marysa sebenarnya. Dia dewasa, matang, sebentar lagi juga lulus seperti aku, pintar dan sangat mandiri. Hmmm kalau Gladys dia terlalu muda dan masih asyik dengan dunianya yang lucu-lucu persis sama dengan Miko! Mereka cocok sebenarnya! Dan sepertinya Gladys juga mulai menyadari kalau Miko lah yang terbaik dan mempunyai cinta yang paling tulus. Ya Tuhan, maafkan aku, ternyata aku abang yang sangat egois dan sangat tidak pengertian!”  “Miko! Miko! Buka pintunya! Miko!” Vino menggedor-gedor pintu kamar Miko dan baru saja berniat mendobraknya, pintu terbuka. Tampak Miko yang awut-awutan sangat berbeda dengan Miko yang manis. “Miko! Huks! Kamu merokok! Dan apa ini? Kamu juga minum!” Vino kaget harus menemui kamar Miko yang seperti kapal pecah. Jelas sudah kalau adiknya tengah stres dengan hatinya. Dan Vino sudah paham ini semua karena cinta yang tidak tersampaikan dan dia juga memang berkorban demi Gladys agar memilih dirinya. “Miko! Jadi begini cara lo lari dari masalah? Merokok! Minum! Kalau Gladys tahu dia pasti kecewa!” Vino menatap tajam adiknya. “Baguslah! Kalau dia jadi kecewa dan memang itu yang semustinya agar dia yakin kalau Abanglah yang terbaik buat dia! Gue hanya pecundang! Jadi Abang dan Gladys bersenang-senang sajalah dengan hari jadi kalian! Tidak usah sok pedulikan gue. Gue mau memecahkan masalah sendiri dengan merokok dan sesekali minum itu bukan urusan kalian sama sekali!” untuk pertama kalinya Miko ingin menunjukkan perasaan dia yang sebenarnya, selama ini dia terlalu jaim dan akhirnya hanya membuatnya semakin terpuruk. Seberapa besar pengorbanan dirinya yang ada tetap Vino-lah yang terbaik di mata Gladys. Memang susah mematikan cinta dalam pandangan pertama. Miko harus sadar itu! Gladys menyukai abangnya sejak pertama kali melihatnya, sementara berkali-kali bersama dirinya sama sekali tidak menghadirkan chemistry apapun. Hanya saja Miko meyakini kalau cinta akan tumbuh karena terbiasa dan sering bersama menghabiskan waktu. Nyatanya tidak berlaku untuk dirinya dan Gladys, malah sebaliknya semakin dekat dengan Gladys yang ada hatinya semakin tersiksa karena yang ada di hati Gladys adalah Abang Vino. Dirinya ada tapi seperti tak ada, makanya sebisa mungkin Miko memilih beberapa kali menjauh dari Gladys. “Miko!” plak! “Lo memang pecundang! Gue akui lo bagai sutradara yang bisa menentukan akhir cerita! Tapi keterlaluan, lo sutradara cinta yang  gagal menurut gue! Sungguh lo memang layak dapat gelar pecundang! Sutradara cinta yang tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya! Watak dari para pemain yang susungguhnya! Lo… aaghhhhhhhhhh!” Vino kali ini benar-benar memaki dan sempat menampar adiknya. Miko tidak ada niat melawan, hanya mengusap pipinya. “Maksud lo apa Bang? Pecundang! Sutradara Cinta yang gagal! Apa? Apa salah gue dan apa maksud kemarahan Abang?” Miko bertanya dengan nada keras, masih mengusap pipi kanannya yang kena tamparan cukup keras abangnya. Pedih dan panas tapi tak sepanas hatinya yang semakin kesal diperlakukan kasar. “Miko lo sadar nggak sih! Perbuatan lo yang sok pahlawan, kini memang menghancurkan reputasi gue sendiri! Tahu apa yang tadi terjadi antara gue dan Gladys? Gue mengakui kalau gue yang telah membuka kotak pemberian dia pertama kali dan hanya lo yang tahu. Gue yang terlanjur mencintai Gladys jadi gelap otak! Gue di depan dia menuduh lo yang mengatakan sudah membukanya dan menjelekkan gue. Miko! Miko! Ternyata Gladys malah membela lo! Dan mengatakan kalau lo yang membukakanya. Jelas gue jadi sangat malu! Tampak sekali lo sok pahlawan! Dengan menutupi kesalahan gue! Tapi gue sama sekali tidak suka! Sama saja ini menjadi awal yang tidak sportif!” Vino menjelaskan panjang lebar hal yang membuatnya jengkel. Dan ini belum berakhir. “Gladys, membela gue?” Miko terbelalak, tiba-tiba secercah harapan seperti membuatnya bergairah untuk meneruskan pertengkaran dengan abangnya. Pertengkaran untuk memastikan abangnya atau dirinya yang mempunyai cinta paling tulus untuk Gladys. “Senang lo! Dan lo harusnya paham Miko kalau Gladys seiring waktu mulai menyadari kehilangan lo, membutuhkan lo dan menyadari kalau lo sangat mau berkorban bahkan nyawa lo pun tak dipedulikan demi Gladys. Gue sadar seharusnya gue bisa menahan amarah, kenapa Gladys menjauhi gue karena dia bingung, apalagi sejak peristiwa tabrak lari hatinya mulai goyah. Gladys butuh waktu untuk memantapkan pilihan hatinya apakah gue atau lo, Miko! Tapi sekarang gue sadar! Sepertinya gue harus mundur dari persaingan merebut cinta Gladys. Bukan apa-apa, gue bahagia Miko karena sebelum terlambat ada saja Tuhan menunjukkan jalan. Gue  tidak jujur kalau gue membuka kotak dan lo menutupi di depan Gladys, nyatanya Tuhan bersikap adil. Miko! Jangan pernah sebut gue Abang lo! Kalau lo tidak mau mencintai Gladys! Dan menjaganya! Janji!” Miko terbelalak karena tiba-tiba Abang Vino sudah menarik dirinya untuk berpelukan dan menandakan perdamaian yang paling abadi. “Jaga Gladys baik-baik!” Vino menepuk pundak Miko. Miko serasa bermimpi saja, begitu kontras cara abangnya meminta maaf. Dimulai dari kemarahan, melembut dan benar-benar di hadapannya berdiri abangnya yang tampan dan sebenarnya memang sangat menyayangi dirinya.


Download Titik & Koma

* Available on iPhone, iPad and all Android devices