
by Titikoma

Mauren Malala Putri
“Sudahlah kamu tinggalkan saja Bram brengsek itu! Hai Cika kita masih muda baru semester satu, masa depan kita masih panjang! Kuliah kita juga menuntut kita konsentrasi tinggi Jurusan Arsiktektur! Kalau sekarang kamu hanya menangisi Bram yang sudah kabur dengan Bela, yang ada dobel kerugian!” Mauren mencerocos panjang lebar, hatinya tidak ikhlas Cika salah satu sahabat baiknya diselingkuhi dan ditinggalkan begitu saja. “Tapi Mauren aku ... aku ... huaaa ....” suara tangisan Cika pecah. “Aisshh ayo ke mobil, malu-maluin aja nangis di kantin demi seorang cowok brengsek!” Mauren menggeret tangan Cika. Kalau orang awam lihat, dilihatnya seperti dua cewek bertengkar. Apalagi rambut Mauren cepak tampilan seperti preman dan menarik kasar tangan Cika yang berpakian modis dandan banget. Pintu mobil Jazz biru sportif Mauren buka dari kejauhan dan langsung mendudukan Cika yang sudah belepotan wajahnya karena make up tebal yang dipakai luntur oleh air mata dan panas matahari yang menyengat. Cukup panjang jarak kantin ke tempat parkir dan entah berapa puluh pasang menatap mereka berdua dengan berbagai raut muka yang sulit diartikan. “Nah silakan kamu nangis sepuasnya dan sekeras mungkin biar hati kamu lega! Asalkan tidak di tempat umum! buat apa nangisin cowok yang jelasjelas tidak menghargai kamu!” Mauren menelungkupkan wajahnya di setir setelah menyodorkan tisyu buat Cika. “Mauren ... kamu nggak ngerasain jadi aku sih ...gimana kamu akan bisa merasakan kesedihan yang aku alami! pacaran saja kamu tidak pernah! Hubungan aku dengan Bram setahun ke belakang ini sudah sangat dekat, aku sudah ... sudah ... huaaa Maureeeen ... aku sudah nggak virgin lagi!” Kali ini tangisan Cika benar-benar keras dan membuat Mauren kaget dengan pengakuan Cika barusan. “Gila! Cikaaaa bisa-bisanya kamu ... ahhhhh! tidak bisa dibiarkan! Aku akan melabrak Bram agar bertanggung jawab!” Mauren mengepalkan tangannya. Kegeraman membayangkan wajah Bram yang sedari awal hubungan Bram dan Cika memang tidak disukai semakin memantapkan hatinya untuk memberi pelajaran pada pacar Cika yang sudah berpacaran dua tahun ini. Mauren ingat sekali waktu itu kenaikan kelas XI dan Cika memutuskan untuk menerima Bram sebagai cinta pertamanya. Bram satu angkatan dengan Cika dan Mauren hanya beda kelas dan jurusan. Bram anak XI IPS sementara Cika dan Mauren XI IPA. Dari awal Mauren sudah menasehati Cika untuk jangan pacaran dengan cowok bernama Bram entah kenapa insting tomboynya mengatakan kalau Bram itu bukan laki-laki baik. Tapi meskipun Cika bersahabat kental dengan Mauren, kalau sudah yang namanya cinta menghampiri maka jangankan Mauren, orang tuanya yang juga kurang menyenangi Bram yang tampak slengean* Mauren anak gadisnya tidak menggubrisnya. Sekarang terbukti, Bram setelah semua yang dia lakukan terhadap Cika dengan gampangnya melenggang pergi menggaet gadis lain. Sekarang sasaran Bram adalah Bela, menurut cerita Cika kalau Bram dan Bela satu kelas di kampusnya dan sama-sama Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Cerita kesedihan Cika yang diputuskan Bram secara sepihak adalah salah satu kisah sedih sahabatnya dengan mahluk cowok. Selain Cika ada Tiar, Salsa, dan Anita sahabat-sahabat Mauren yang mengalami pacaran tapi hanya berlinang air mata. Tiar yang diputusin oleh Riki karena dinilai terlalu materialistis, Salsa yang selama pacaran kebanyakan mengalami kekerasan fisik karena Bondan suka main tangan bila mereka ada masalah dan Anita juga setiap saat ribut dengan Freddy yang selalu mau menang sendiri dan bahkan melarang Anita untuk mengikuti ekstrakulikuler dengan alasan akan membuat Anita lebih sibuk dengan kegiatan dibandingkan menemani Freddy. Semua pertengkaran dan keributan yang selalu terjadi di rumah antara mama dan papa setiap saat juga membuat Mauren semakin memantapkan hati untuk tidak menyentuh segala sesuatu yang berhubungan dengan cowok. Mauren yakin dirinya bisa berbuat apa saja termasuk hal-hal yang dilakukan cowok. Dari Moreno kakak satu-satunya Mauren belajar karate, ikut menjadi tim pendakian dan sedikit pengetahuan tentang mesin mobil. Mauren suka memperhatikan sikap Moreno, cara berpakaian dan bahkan kamar Moreno juga menjadi pengamatan Mauren. Secara tidak langsung Mauren mulai menyukai hal-hal yang berbau maskulin dan memilih penampilannya tomboy. Hanya saja tetap Mauren bersahabat dengan siapa saja, bahkan kebanyakan cewek-cewek lengket dengannya karena Mauren enak diajak sharing dan juga melindungi tanpa ada pamrih. Mauren merasa nyaman dengan penampilan yang seenaknya dan tidak pernah memikirkan untuk mempunyai pacar. Melihat sahabat-sahabatnya hanya selalu bermasalah tentang pacar dan cinta membuat Mauren menyimpulkan sendiri kalau dia tidak butuh cowok! Apa yang sekarang dia rasakan bersikap sebagai laki-laki atau tomboy membuat dirinya sangat nyaman. Tidak ada cowok yang tertarik dengan penampilannya. Mauren merasa aman dari para cowok-cowok yang rata-rata suka dengan cewek modis, tidak seperti dirinya yang secara fisik dan tampilan sudah seperti cowok. Beberapa kali ada yang salah menegur Mauren dengan memanggil dirinya dengan panggilan “Mas” saat di jalan atau di mana saja tapi Mauren cuek dan tidak ada tersinggung sedikitpun. Pokoknya nyaman sekali bisa cuek, bahkan Mauren kadang menertawakan sahabat-sahabat ceweknya yang selalu bingung berbusana kalau ada acara pesta atau mau nge-date. Biasanya tetap juga Mauren jadi kebagian repot, karena jadi pengantar sahabat-sahabat ceweknya ke mall beli baju baru atau alat rias atau juga mengantar ke salon dengan imbalan traktiran. Tidak sedikitpun Mauren terusik untuk berpenampilan seperti Tiar, Salsa, Anita dan Cika. Sahabat-sahabat Mauren juga tidak habis-habisnya menasehati dirinya untuk coba dekat dengan cowok tapi sia-sia, Mauren memilih menjadi jomblo abadi sampai lulus Sekolah Menengah Atas. Sahabat-sahabat Mauren akhirnya menyerah dan tidak pernah memaksakan Mauren agar bisa jadian dengan salah satu cowok setelah dengan berbagai cara dicoba dan gagal, tetapi persahabatan tetap terjalin baik bahkan membuat mereka semakin sayang pada Mauren yang selalu bersikap melindungi bila mereka ada kesulitan apa pun. Mauren selalu tulus menjadi tempat bercurhat dan melindungi sahabatsahabatnya. Buat mereka Mauren yang tomboy dan baik hati. Mauren melihat jam tangannya sudah menunjukan pukul 13.00. Saat ini dia dan Cika berada di kampusnya Bram. Mauren mengajak Cika untuk menemui Bram dan hari ini Bram ada jadwal kuliah sampai jam 13.00. Mauren memarkir mobilnya bersebelahan dengan mobil Bram, hatinya bergemuruh setiap hari melihat Cika yang semakin muram dan sedih karena Bram juga sulit ditemui untuk membicarakan hubungan mereka. Yang dicemaskan lagi, Cika sudah terlambat datang bulan jadi ada kemungkinan Cika hamil dengan perbuatan yang dilakukan dengan Bram. Mauren semakin kepikiran dengan nasib sahabat baiknya. “Nah itu Bram! dasar laki-laki playboy kelas coro!” gerutu Mauren. Matanya melirik Cika yang semakin muram melihat Bela menggelayut manja di tangan kanan kekar Bram. “Biar aku yang hadapi cowok brengsek kamu!” Cika tak berdaya apa-apa, dia pasrah saja saat Mauren keluar dari mobil dan tanpa basa-basi langsung menyamperi Bram yang tampak kaget. Bela yang masih bergelayut manja kaget dan meregangkan tubuhnya yang lengket dengan Bram. “Bram!” suara Mauren menggelegar. “Hai kamu Mauren, ngapain kamu ke sini?” “Ngapain! dasar playboy kelas coro kamu! Masih nanya segala ngapain! Yang jelas kamu harus bertanggung jawab atas semua perbuatan kamu ke Cika! Apalagi sekarang Cika tengah mengandung anak kamu!” tanpa koma titik Mauren memaki Bram yang merah padam dan tidak bisa berkutik apa pun. Seketika juga Bela langsung menampar cowok yang sekarang sepertinya mati kutu. “Plak Plak!” Bela langsung menangis dan berlari meninggalkan Mauren dan Bram yang tengah memanas hatinya ditinggalkan Bela begitu saja. “Belaaa! Tunggu.... itu fitnah!” Teriakan pembelaan Bram sama sekali tidak digubris cewek yang bernama Bela. Mauren tersenyum masam. “Hai dasar cewek setengah cowok nggak jelas! Urusan banget kamu dengan aku!” Bram menjadi kalap karena pacar barunya meninggalkan dirinya begitu saja dengan berurai air mata. Saking kalapnya tanpa komando Bram menyerang Mauren yang tengah memandang Bela yang masih berlari. “Buk!” pukulan keras Bram lancarkan pada wajah Mauren. Mauren yang sedang tidak siap sempat tersungkur dan Bram siap menyerang lagi tapi kali ini Mauren sudah siap dengan kuda-kuda karatenya! Dan bersamaan Bram akan menendangnya Mauren sengaja menjatuhkan tubuhnya dengan menjulurkan kaki jenjangnya yang kuat membuat sapuan kencang membuat tubuh Bram jatuh karena kedua kakinya dilumpuhkan. Mauren segera bangun langsung menendang perut Bram sebelum sempat bangun. Bram terhuyung dan kesempatan ini tidak Mauren siasiakan untuk mengunci tangannya ke belakang. Bram tidak bisa berkutik apa pun. “Maureeen! Cukup! Cukup!” Cika yang sedari tadi hanya berani melihat perseteruan dari dalam mobil Mauren dengan kaca film mobilnya yang gelap berlari memeluk Bram. Tapi cowok yang dipeluknya malah meronta menghindar dari pelukan Cika dengan pandangan meremehkan dan jijik. Sikap penolakan Bram membuat Cika jatuh tersungkur. “Bram! tega sekali kamu setelah semuanya ... aku memang belum tes kehamilan tapi aku sudah terlambat dua minggu! Dan ini karena perbuatan kita! Kamu harus bertanggung jawab!” Cika mulai mengeluarkan air matanya lagi. Mauren terpana semakin yakin bahwa cowok dimanapun hanya membuat malapetaka buat wanita, mamanya kerap kali menangis karena ada gosipgosip papanya punya wanita idaman lain. Apalagi kalau habis bertengkar dengan papa yang juga kadang lepas kontrol tega memukul mama walau kemudian papa akan menyesali tapi tak urung setiap mengompres wajah mama yang lebam rasa sebal dengan cowok semakin memantapkan Mauren untuk melindungi dirinya dengan menyerupai cowok agar tidak ada satupun kaum adam yang tertarik menggodanya apalagi memacarinya. Melihat reaksi Bram yang sangat menyebalkan, Mauren menarik tangan Cika dan sebelumnya sempat meludahi cowok yang saat ini dia kenal terbrengsek. Bertahun-tahun bersahabat dengan teman-teman ceweknya yang juga selalu ada saja masalah dengan pacar-pacar mereka, tapi kasus Cika dan Bram buat Mauren adalah kasus yang paling parah. Sepanjang perjalanan pulang Cika masih terisak-isak, Mauren diam seribu bahasa. Dalam otaknya berputar-putar dan berdoa semoga Cika hanya terlambat datang bulan biasa saja dan tidak hamil sehingga masih bisa menyelamatkan masa depannya. Kalau pun sampai Cika hamil, Mauren berjanji akan menemani sahabatnya melewati semua masa sulitnya. “Cika apa pun yang terjadi aku akan selalu bersamamu! Aku akan menjaga kamu walau mungkin kamu mengandung. Kita akan hadapi berasamasama jangan pernah merasa sendiri sahabatku.” Mauren memecah keheningan antara mereka. “Terimakasih Mauren, seharusnya aku mendengarkan larangan kamu dan ibuku di awal tentang Bram. Nasi sudah menjadi bubur ... penyesalan selalu datang terlambat.” Cika menyusut air matanya dengan isak yang tersisa. “Biar pun terlambat dan sudah jadi bubur, kita masih bisa kok melewati dengan nikmat. Bayangkan nasi yang sudah menjadi bubur kita tambah kaldu yang gurih, gorengan kedelai, suwiran ayam, taburi daun kucai dan selederi lalu di tambah kecap juga kerupuk kita hidangkan hangat-hangat! Menjadi makanan yang enak bukan?” Mauren mencoba menghibur sahabatnya sebisa mungkin. “Maureeen kamu memang sahabat terbaik! Terima kasih kamu telah membagi filosofi nasi menjadi bubur ternyata masih bisa dinikmati juga. Bicara bubur aku jadi lapar Mauren.” Cika mulai bisa tersenyum. “Nah gitu dong! Jangan biarkan Bram tertawa di keterpurukanmu! Aku yakin Bram pasti masih punya hati nurani suatu saat dia akan menyesali apa yang telah dia perbuat terhadapmu. Aku juga lapar! Siap-siap aku akan ngebut kita ke warung bubur Maknyus kampus kita ya!” Mauren sudah konsentrasi penuh dan siap pindah gigi empat untuk kecepatan tinggi seperti biasa dia lakukan, ngebut di jalan hal yang disukai tapi biasanya kalau sendiri. Beda kalau sedang jadi sopir bersama mama atau sahabat-sahabatnya Mauren memilih jalan normal daripada telinganya perih dengar teriakan cewek-cewek ketakutan dengan gaya setirnya yang selap-selip. Sekali ini untuk menghindari Cika bersedih lagi, Mauren memacu mobil sport-nya kencang dan membiarkan Cika teriak-teriak.