
by Titikoma

Sial! Ketidak Sengajaan
Mauren tengah asik menonton discovery channel acara TV kabel yang menjadi favoritnya selain HCBO kalau sedang memutar film action atau horor. “Mauren kamu nggak kuliah?” tiba-tiba mama sudah mendekat di sampingnya sambil memukul lembut kakinya yang naik ke atas kursi untuk turun. Mama Rafika masih saja geleng-geleng kepala melihat kelakuan putri semata wayangnya yang selalu bersikap masa bodoh dengan kelakuan dan penampilannya. Padahal mama Rafika sudah tidak tanggung-tanggung dalam mengkritik dan menasehati cara berpakaian Mauren yang hampir sama dengan Moreno kakaknya. Bahkan pernah ribut kakak adik gara-gara Mauren suka usil pakai-pakai kaos Moreno yang bagus-bagus tanpa ngomong. Tentu saja Moreno marah besar terhadap adiknya yang suka lancang main pakai-pakai. Mama Rafika juga nggak tanggung-tanggung kerap menyodorkan bajubaju baru yang modis agar Mauren sesekali tertarik untuk memakai rok yang telah dibelikan dari beberapa butik dan luar negeri. Tapi nasibnya pakaian-pakaian rok yang mahal malah Mauren hibahkan buat sahabat-sahabat ceweknya yang langsung pasang muka kepengen memiliki. Buat Mauren malah kebetulan daripada mubazir nggak dipakai, dengan suka rela Mauren kasih-kasihkan buat siapa saja yang mau. Mama Rafika hanya bisa ngelus dada, mau marah juga gimana? Karena Mauren pasti akan berdalih,”Kalau sudah memberikan terserah dong Mam mau diapain, yang jelas Mauren tidak mau membuat barang jadi mubazir! Kalaupun nggak bermanfaat buat Mauren tapi bermanfaat buat orang lain apa salahnya kan Mauren berikan buat yang lebih membutuhkan.” Demikian juga dengan barang yang lain tidak hanya rok. Alat make up, tas, sepatu, boneka sampai minyak wangi khusus cewek tidak pernah Mauren pakai. Mauren lebih senang membeli baju sendiri, yang kerap di beli kaoskaos lembut, kaos bola, hem-hem flanel, celana jeans panjang atau tiga perempat, baju model hoodie demikian tas juga model ransel dan sepatu model kets. Itupun jarang-jarang beli, Mauren akan pakai sampai benar-benar belel dan semakin belel. tampaknya Mauren semakin sayang dengan barang-barangnya. Walau demikian karakter anak gadisnya tapi Mauren selalu rapi dalam penataan, mama Rafika betah berlama-lama di kamar Mauren yang ditata sportif, selalu bersih dan rapi juga harum. Demikian mobil Mauren selalu bersih dan wangi dibandingkan dengan kamar dan mobil Moreno anak sulungnya yang berantakan dan acakacakan belum lagi sampah berceceran dimana-mana. Setidaknya masih ada yang membuat bangga dengan anak gadisnya terutama kerapiannya dan rasa setia kawannya. Sahabat-sahabat Mauren kerap mengagumi Mauren di depan mama Rafika saat main ke rumah Mauren sementara sembari menunggu Mauren mandi, mereka ngobrol dengan mama Rafika. Mauren juga yang membela kalau dia ribut dengan papanya yang beberapa kali sempat main tangan. Tapi bagaimanapun tetap mama Rafika khawatir karena anak gadisnya sekarang sudah mahasiswi, sampai lepas Sekolah Menengah Atas belum pernah dekat dengan satu cowokpun bahkan yang lebih mengerikan sebaliknya dengan cowok Mauren kerap berkelahi meskipun dengan alasan membela sahabat-sahabatnya yang teraniaya. Beberapa kali Mauren pulang dengan wajah babak belur karena berkelahi tapi tetap saja tidak ada kapoknya. Apalagi Mauren sudah berlatih ilmu karate semenjak kelas lima Sekolah Dasar. Sepertinya babak belur sudah hal biasa. Mauren tidak peduli kalau kulitnya tergores apa pun. Mauren juga mau mengantar mama Rafika kemanapun walaupun kadang sesekali Mauren protes kalau mamanya terlalu lama belanja di mall atau butik. Tapi dengan Mauren tetap lebih nyaman kemana-mana daripada dengan Moreno yang bawa mobilnya ngebut nggak ketulungan lalu suka tertidur di mobil sampai-sampai mama musti nyamperin ke parkiran karena ditelphon berulang-ulang tidak diangkat. Kalau Mauren masih lihat-lihat situasi kalau mamanya belanja bulanan maka dia akan turun dan membantu membawakan semuanya, hanya saja kalau ke butik Ratna memang Mauren memilih menunggu di mobilnya. “Mauren anterin Mama dong ke butik Tante Ratna, kemarin Mama janji akan beli beberapa baju keluaran baru. Kamu nggak ada kuliahkan hari ini Sayang ....” Mama Rafika mengelus rambut Mauren yang cepak dan agak kemerahan. “Aduh Mam baru seminggu lalu belanja di butik Ratna, kok udah mau belibeli lagi sih Mam kan kasihan Papa kalau Mama boros.” Mauren malesmalesan sambil tangannya memindah channel lain. “Mama udah ijin papa kok Sayang dan kata papa asal nggak melebihi budget yang papa kasih it’s ok! Ayolah Sayang inikan hiburan Mama satusatunya ... please ....” Mama Rafika mulai melancarkan permintaannya. “Kalau Mauren nggak mau? Mama mau apa?” Iseng Mauren melempar pertanyaan pengecekan. “Hmmm Mama akan minta papa untuk tarik jazz sport kamu karena sudah tidak mau jadi sopir Mama lagi!” Mama Mauren menyatakan tegas. “Wah jangan dong Mam! Mobilkan rumah kedua Mauren buat kuliah, buat ke toko buku, dan buat anterin Mama ... hehehehehe ....” “Nah gitu dong! Baru anak gadis mama yang paling baikkkkkkk,” mama Rafika mencubit pipi putih Mauren sampai merona merah. “Aduuuh sakit Mamaku Sayangggggg ... ya sudah Mauren panasin dulu ya mobilnya, tapi janji! Mama nggak lama-lama ya di butik Ratna. Mauren tunggu di mobil ya! Deal!” Mauren mengangkat tangan kanan mengajal toast mamanya untuk setuju. “Deal!” mama menyambut toast Mauren sambil tersenyum sumringah. Untung butik Ratna tidak terlalu jauh dari rumah Mauren di kompleks elite daerah Cibubur, jalanan walau agak macet tapi tidak sekejam di daerah pusat Jakarta jadi untuk anter-anter mama sekedar ke butik bukan masalah besar, yang masalah besar nunggunya yang bisa makan dua jam. Mauren heran kenapa mamanya sangat suka belanja pakaian, tapi memang mama sangat modis dan bahkan beberapa teman-teman mama suka bertanya-tanya dimana mama belanja baju yang dipakai di acaraacara tempat para ibu ngumpul. Acara arisan ini itu, kondangan, bakti sosial atau sekedar ngumpul rujakan sambil ngerumpi. Mauren memaklumi daripada mama menangis kesepian acara ngumpul dengan teman-temannya sepertinya jadi ajang sosialisasi diri mama. Dan Papa, Moreno, dirinya juga nggak bisa terus menerus menemani mama. Papa apalagi banyak sekali kerjaan kantor, Moreno sibuk dengan dunia balap dan kampus dan dirinya selain kampus, ada kegiatan karate, mendaki gunung masih diikuti. Mauren mendengarkan musik-musik dari CD tape mobil, untung ada CD penyanyi favoritnya Phil Collins ...” How can I just let you walk away ... Just let you leave without a trace ... when I stand here taking ... every breath with you ... you’re the only one ... who really knew me at all ... how can you just walk away from me ... when all I can do is watch you leave ...’cause we’ve shared the laughter and the pain ... and even shared the tears ... you’re the only one ... who really knew me at all .. So take a look at me now oh there’s just an empty space ...”(Phil Collins_Take A Look At Me Now) “Aduh ampun sudah hampir tiga jam mama belum juga kelar belanjanya, aishhhh ... mendingan aku samperin ajalah soalnya nanti sore aku janji mau anterin Salsa ke rumah Bondan.” Sambil menggerutu dan memasang wajah jutek Mauren melangkah gontai ke butik berlabel Ratna’s Boutique, bagaimanapun janji mengantar Salsa harus ditepati apalagi kalau bukan karena masalah Salsa yang sedang ribut dengan Bondan. Sudah mau tunangan saja masih ribut itu yang buat Mauren nggak habis pikir tentang pacar-pacar sahabatnya. Tanpa permisi banyak basa-basi Mauren memasuki sebuah ruangan yang sangat nyaman dan asri. Butik Tante Ratna tertata rapi ada kolam ikan koi dan gemericik air mancur, berbagai macam bunga segar ada anyelir, lily, mawar, melati, berbagai anggrek di tembok dan terdapat lotus di kolamnya membuat mata terasa segar. Butik Ratna yang terletak menjorok sedang ke dalam dari jalan raya. Saat Mauren turun tidak terlalu ramai pengunjung, hanya ada beberapa mobil saja. Tapi herannya mama lama sekali ini sudah hampir tiga jam dan Mauren tidak lagi mentolerir rasa bosan dan capai. “Brak klining klining,” pintu masuk ke butik bersuara khas. Bau harum merebak dan baju-baju di pasang pada boneka manekin* terpampang rapi dengan berbagai model baju. Dari model yang kurang bahan atau yang model busana muslimah sekalian. Mauren tengak-tengok mencari sososk mama. Beberapa pasang mata menatapnya aneh, Mauren maklum apalagi baju yang dipakainya memang mencolok seperti preman. Baju kaos katun lembut ngepas badannya yang langsing, tanpa lengan memperlihatkan lengannya yang kuning langsat, berwarna krem dengan corak Albert Einstain. Dengan jeans belel kesayangannya robek pas lutut kanan dan sepatu kets hijau muda. Sementara para pengunjung yang ada di butik Ratna terlihat modis dan elegan, Mauren tidak peduli dia menyisiri tiap sudut dan barisan bajubaju di gantung mencari mamanya yang belum ketemu. Seorang laki-laki dengan penampilan modis menghampiri dengan tatapan agak curiga membuat Mauren kesal. “Pasti cowok ini mengira aku preman yang mau malakin* butik tempat tuannya nih!” tebak Mauren dari dalam hati, “Eh maaf Mas eh Mbak mau ketemu siapa ya, bisa saya bantu?” sapanya mencoba ramah meskipun sempat salah sebut nama. “Eh makasih saya cari mama saya, sudah lama sekali dia hampir tiga jam berbelanja di sini nggak kelar-kelar! Saya capai nunggunya!” Mauren menggerutu panjang lebar dengan tetap memasang wajah juteknya, padahal cowok ganteng yang di depannya semakin mengamati Mauren sikapnya semakin ramah. Sepertinya cowok ini tahu persi kiat-kiat menghadapi berbagai orang yang mengunjungi butiknya. “Kalau boleh tahu nama mama kamu siapa, biar aku cek di daftar pengunjung tamu.” Tanyanya ramah. Mauren mengamati sekeliling butik dan ada foto besar memasang wajah cowok yang tengah ngomong dengannya dengan baju yang sangat modis, baju batik glamour dipadu dengan celana kain hitam. Wajahnya sepertinya didandanin memakai bedak dan sedikit lipstik, di mata Mauren seperti cowok genit, tapi dengan apa yang dilihat dihadapannya cowok itu biasa saja bahkan tampak macho tanpa harus berdandan. “Mbak kok ngeliatin foto saya terus sih... kaya orang bingung lagi? gantengan aslinya ya?” cowok di depan Mauren tersenyum sumringah, menampakan deretan giginya yang putih terawat dokter gigi sepertinya. “Heh aneh aja Mas! Kok mau sih cowok kok di make up kaya cewek aja!” kata Mauren agak ketus, malu juga dia ketahuan ngamatin dirinya. Soalnya selama ini Mauren terlalu cuek dengan yang namanya cowok, boro-boro mengamati, tertarik saja tidak! Sekarang secara tidak sengaja dia jadi membandingkan seorang cowok yang tersenyum ramah di foto dengan cowok yang berwajah sama sedang berbicara di depannya. “Jaman sekarang nggak ada yang anehlah, aku cowok bisa saja ber make up demi kepentingan pekerjaan, kamu sendiri sorry ya kamu cewekkan? Tapi kenapa kamu seperti cowok ya?’ tatapan cowok di depan Mauren serasa menelanjangi Mauren yang berubah merah padam. Mauren sadar ternyata cowok di hadapannya baru saja membalas komentar dia yang sepertinya menyakitkan hati. Mauren terperangah, belum sempat bicara lanjut cowok di depannya melanjutkan informasinya. “Oh ya Tante Rafika sedang ngobrol dengan mamaku di ruang tamu, kamu jalan lurus lalu belok kanan ada tempat ganti dan ruang tamu. Mama kamu itu sangat baik dan ramah tidak sejutek putrinya. Permisi!” Matanya menatap tajam ke Mauren dan sesaat Mauren merasakan debar di jantung dan tangannya bergetar lalu Mauren kepalkan menahan amarah. Belum sempat Mauren membalas omongan yang benar-benar menohoknya, cowok yang belum Mauren tahu namanya ngeloyor pergi meninggalkannya. Mauren semakin memasang wajah jutek dua kali lipat lebih sangar dan berjalan sesuai petunjuk cowok yang baginya sangat menyebalkan. “Sial!” Mauren mengumpat. Ruang tamu yang bersampingan dengan ruang ganti butik Ratna juga tidak kalah rapi, sebenarnya Mauren suka sekali menikmati tempattempat yang artistik. Demikian juga dengan butik Ratna ini tertata dengan nilai seni yang tinggi. Mauren mencoba tersenyum ketika mamanya yang sedang menikmati teh dalam cangkir sambil tangannya menggenggam baju berwarna kuning kunyit berbordir bunga sambil berbicara dengan seorang wanita yang sebaya mamanya, seorang laki-laki yang berkisar berumur tiga puluh tahun modis dan ganteng dan juga cowok yang barusan membuat Mauren dongkol ternyata sudah bergabung dengan mamanya. Demi tidak melihat cowok yang menambah suasana hatinya panas, Mauren mengurungkan menemui mamanya dan memilih balik badan, tapi mamanya memanggilnya dan menghentikan langkah Mauren yang sudah balik badan. “Maureeen sini Sayang ...” suara khas mama memanggilnya membuat Mauren kembali menghadapkan badannya dan melihat mamanya melambaikan tangan agar dia mendekat. Dengan langkah gontai Mauren mendekat kerumunan mama dan temantemannya yang sedang memilih-milih baju sambil menikmati kue-kue yang membangun selera perut Mauren yang tanpa sadar keroncongan. “Mauren sini kenalin, ini Tante Ratna pemilik butik, ini putranya Nico dan ini Om Roki seoranng perancang busana terkenal sekaligus pengajar modelling di sini.” Mama Rafika memperkenalkan satu persatu yang sedang duduk bersamanya. Mau tidak mau Mauren meskipun berwajah masam menyalami satu persatu dari Tante Ratna yang sangat cantik, Om Roki dan terakhir Nico yang tetap memasang wajah senyum menawannya. Tatapan Om Roki dan Nico sepertinya penuh arti mereka saling bertatapan sekilas dan Mauren bisa melihat dari ekor matanya. Kedua cowok itu sepertinya diam-diam sudah melakukan sebuah kesimpulan. “Ternyata benar lho kata Nico, Mauren tinggi langsing dan hmmm sangat proporsional dijakadikan model, wajahnya juga unik! Aku setuju penilaian cepat kamu Nico kali ini.” Tiba-tiba Om Roki tanpa basa-basi mengagumi Mauren yang jadi grogi dengan kekaguman tanpa basa-basi. Baru kali ini ada yang mengatakan dirinya menarik bahkan cocok jadi model. Mauren jadi bergidik sendiri kalau sampai kenyataan menjadi model. Apa kata dunia? Mauren tersenyum geli sendiri membayangkan wajahnya berubah menjadi ondel-ondel. “Tuh kan Sayang, Mama kan berulang kali sudah bilang kalau kamu itu sebenarnya cantik malah Om Roki bilang wajah kamu unik! Tuh Om Roki dan Nico menawarkan kamu jadi salah satu model asuhannya. Ini kesempatan langka lho Mauren,” mata mama Rafika tampak berbinar cerah. Mama Rafika bagai dapat angin segar memecahkan masalah untuk mengubah anak gadisnya menjadi seorang putri. Mama Rafika menjadi merasa beruntung berlama-lama curhat di butik sehingga membuat Mauren turun dan menampakan dirinya di butik Ratna yang telah banyak menghasilkan model-model profesional. Terjadilah pertemuan tidak sengaja. Tentu saja kesempatan langka ini amat sayang bila disia-siakan apalagi jaminan Om Roki yang akan mengubah Mauren benar-benar menjadi cewek yang sempurna, sesuai keinginan yang terpendam sudah lama oleh Tante Rafika, kalau Mauren Malala Putri akan berubah menjadi putri sebenarnya. Membayangkan Mauren berdandan dan memakai rok membuat mama Rafika bersemangat untuk memaksa Mauren mengikuti modelling, apalagi ini kesempatan tak terduga. Nico kaget karena Mauren membalasnya dengan tatapan mata sengit, Mauren tahu sebentar lagi mamanya akan memaksa dirinya dengan berbagai cara untuk bisa menjadi model. Mauren paling tidak bisa mengelak untuk mengikuti kemauan mamanya karena ini permohonan mamanya yang berjanji sekali untuk terakhir bahkan papa mendukungnya seratus persen. Dan yang utama ini terjadi pasti karena cowok yang bernama Nico tadi untuk pertama kali berkomentar atas fisiknya dan mendapat perhatian Om Roki atas komentarnya sehingga Om Roki jadi mengamati dirinya seperti melihat setan langsung memberikan penilain atas fisik dirinya juga. Mauren benar-benar merasa sial siang ini telah mengantar mamanya ke butik Ratna, andai saja dia tadi bersabar menunggu di mobil saja pasti musibah yang merubah penampilannya yang nyaman tidak akan pernah terjadi. Sisa percakapan hanya membuat Mauren berdenyut, bagaimana tidak Om Roki mulai mengkritik tampilannya yang sekarang, dari baju kaos Albert Enstainnya, jeans belel, sepatu kets yang di kritik habis, hanya tindikan dua di kuping kanannya yang dianggap unik. Selain itu buat wadrobe* yang sekarang dikenakan dikasih jempol terbalik. Mauren bagai orang yang jelas-jelas ditelanjangi, membuat kupingnya panas. Tapi cowok yang ternyata selain putra pemilik butik, foto model dan asisten Om Roki tersenyum penuh kemenangan. “Roki jadi gimana Mauren putriku ini jamin ya akan kamu make over, aku percaya kemampuan kamu Roki. Apalagi sudah melihat buktinya pada Trisna yang awal dulu juga tomboy sekarang sudah berubah menjadi model terkenal. Sepertinya ini hari terbaik aku bisa mempertemukan putriku dengan kamu juga Nico. Nico ... tolong nanti bimbing Mauren ya, bantu dia biar jadi cewek. Tante nggak muluk kok asal dia berubah dan bersikap sesuai kodratnya saja.” Mauren benar-benar mati kutu, rasanya dia akan memasuki dunia mimpi buruk, apalagi jelas-jelas barusan mamanya menyetujui untuk dirinya diterima jadi salah satu agensi model besar yang telah memunculkan model-model besar dari cerita mamanya. Untung mama tidak berlama-lama lagi setelah Om Roki sekilas memberi jadwal mulai kapan latihan dan mekanisme serta aturan menjadi model di Agensi Model Ratna. Mama Rafika puas mendengarkan semua penjelasan Om Roki sesekali Nico menambahi dan aturan-aturan membuat kepala Mauren berdenyut. Sepanjang perjalanan pulang mama sudah mulai melancarkan bujukan untuk mencoba memasuki dunia model yang baru saja disetujui dengan Om Roki dan Nico. “Pokoknya sekali dan terakhir saja Mauren, ini menjadi permintaan Mama. Setelah ini Mama tidak akan meminta apa pun darimu Sayang. Mama hanya ingin merasakan punya anak cewek yang sesungguhnya bukan seperti sekarang seperinya Mama mempunyai anak cowok dua. Dan sekaligus menguji apakah kamu bisa punya pacar di dunia yang penuh dengan cowok dan cewek cakep. ” Mauren cuek saja dan pura-pura tidak mau mendengar. Pokoknya tidak akan ada yang bisa merubah dirinya meskipun itu mama yang amat dikasihi. “Mam, pokonya Mauren tetap ingin menjadi Mauren apa adanya. Lagi pula Mauren tidak suka dengan segala sesuatu yang kecewean! Itu saja kok! Tapi Mauren tetap anak gadis Mama. Mauren juga berharap nantinya akan menemukan laki-laki yang paling tepat untuk menjadi pasangan sampai akhir hayat! Itu saja Mam! jadi Mama jangan berpikir macemmacem tentang Mauren, Mauren masih normal Mam! Mauren tidak tertarik sesama cewek! Tidak sama sekali!” Mauren membela diri dan menolak keinginan mamanya untuk bergabung dengan Ratna’s Modelling Agency. Apalagi kalau mengingat tadi akan pulang ada senyum kemenangan dari wajah Nico sembari menyeletuk,”Welcome to my world, I’ll waiting for you darling.” Rasanya Mauren ingin menonjok wajah tampannya berdarah-darah atau mengajak duel agar dirinya langsung di black list dan tidak jadi direkrut menjadi salah satu model di agensinya. “Mauren pokoknya Mama mohon kamu pikirkan tawaran Om Roki, semua cewek memimpikan jadi model kamu beruntung mendapat kesempatan langka ini. Kalau kamu memang cewek normal buktikan pada Mama! Kamu sudah berumur sembilan belas tahun tapi belum pernah ada teman cowok dekat denganmu ... Mama khawatir kamu ... kamu ....” Mauren melirik mamanya yang mulai berair mata, ini paling tersulit Mauren tolak kalau mamanya sudah memohon sambil menangis. “Iya Mama ... Mauren akan pertimbangkan,” tidak ada pilihan Mauren memilih membuat mamanya tenang daripada konsentrasi menyetirnya jadi buyar akan membahayakan. “Terimakasih ya Sayang ... Mama berharap sekali kamu akan berubah menjadi gadis Mama yang cantik, bukan macho seperti sekarang.” Dan sebuah kecupan mendarat di pipi Mauren, membuat Mauren malu tapi sekaligus bahagia bagaimanapun hal yang membahagiakan hatinya adalah bila mamanya tersenyum bahagia. Tapi ingat permintaan kali ini sangat berat, Mauren memutar otak bagaimana agar bisa menolak tapi mamanya tidak terluka. Semakin nyata denyutan kepalanya sesampainya di kamarnya, tapi janji menemani Salsa memaksa Mauren untuk tetap segar.