mauren, lupakan masa lalu
Mauren, Lupakan Masa Lalu

Mauren, Lupakan Masa Lalu

Reads
81
Votes
0
Parts
12
Vote
by Titikoma

Persaingan

Dan sepertinya Mauren sudah tidak bisa mengingkari rasa yang begitu menggodanya, sebuah rasa yang berbeda dengan adrenalinya terpacu ketika pertandingan karate atau mendaki gunung. Adrenalinnya lebih berpacu penuh dengan rasa campur aduk. Sepanjang pulang ketika biasanya mulutnya bisa berkata bebas, sekarang lebih banyak terdiam. Begitu banyak pertanyaan berkecamuk dalam hatinya akan apa yang dia rasakan tadi di dalam studio tiga. Film Frozen yang menyentuh dan sebuah kebebasan untuk tidak selalu takut terhadap kaum adam sedari lalu karena melihatnya mereka hanya akan mebuat sedih hati. Tapi Nico menyuruh untuk lepaskan dan jujur saja apa adanya. Nyatanya beberapa hari mengenal Nico memang semakin hari menimbulkan rasa debar yang tidak jelas, antara benci, gengsi, melihat ada kebaikan juga dalam hatinya. Ternyata dia artis dan foto model terkenal, ketampanan, ada kerendahan hati, ada rasa emphati, kedekatan dengan mama dan semua yang mendukung untuk tidak merasa berdebar hatinya sejak semakin banyak mengenalnya. “Kok jadi diam Mauren?” Nico berkata lembut. “Hmmm aku merasa aneh saja, aku tidak pernah menyukai laki-laki tapi entahlah sebenarnya aku juga masih merasa penuh rasa ragu nggak jelas gitu. Tapi aku juga tidak mau bohong kalau hatiku sangat berdebar di dekatmu lama-lama Nico. Yah pokoknya aku bingung saja dengan apa yang terjadi antara kita,” Mauren bicara terbuka dengan perasaan bingung yang tengah dia rasakan. “Itulah jatuh hati dan dicintai seseorang Mauren, aku jatuh cinta padamu dan aku mencintai kamu sejak lama ketika Tante Rafika mulai bercerita tentang kamu, sesekali memperlihatkan foto kamu dari hp nya. Mungkin ini kedengarannya gila ya aku menyukai kamu dengan cerita-cerita Tante Rafika, dan apalagi sejak aku ketemu langsung dengan kamu yang sangat tomboy aku memang bnear-benar suka makanya aku mencari akal biar bisa dekat dengan kamu. Maafkan aku Mauren kalau kamu merasa tidak suka dengan kegiatan modeling ini kamu tidak usah teruskan, tapi ijinkan  aku mencintaimu dan di sampingmu,” Nico setengah memohon. “Hmmm aku sudah janji dengan mama akan membuktikan aku bisa menjadi cewek yang diharapkan, setidaknya aku mulai sedikit belajar merubah penampilan. Yah gimanapun aku kan cewek, nggak selamanya juga aku berpenampilan seperti cowok. Dan satu lagi yang harus aku buktikan pada mama kalau aku gadis normal adalah punya pacar.” “Aku sudah tahu hal itu Mauren, maukah kamu menerima aku jadi pacar kamu?” Mauren menatap tajam Nico yang tengah memandangnya dengan cemas. “Hmmm, gimana ya? Sepertinya menjadi pacar orang tenar nggak enak deh! Apalagi kalau di setiap jalan aku harus melihat pacarku foto dengan narsis dan mesra dengan penggemar-penggemarnya yang hampir 90% adalah perempuan,” Mauren tersenyum riang, jujur dalam hatinya Mauren ingin mencoba untuk melepaskan semua ketakutan tentang cowok yang hanya akan menyakiti hati. “Jadi aku diterima ya jadi pacar, aku janji setiap jalan dengan kamu aku akan menyamar. Hmmm kamu belum tahu aja perlengkapan menyamarku,” Nico meraih tangan Mauren dan menggenggamnya erat. Mauren tidak bisa menahan semuanya berhenti dan membiarkan larut dalam rasa jatuh cinta pertama kali yang menyenangkan.  Pukul 18.30 sampai di rumah Mauren, mama Rafika menyambut mereka dengan senyum mengembang. “Maaf Tante seharusnya pulang jam 17.00 tapi tadi ada sedikit keribetan jadi nontonnya jadi mundur deh,” jelas Nico. “Yah Mama tahu kamu pasti dikerubungin ama fans-fans kamu ya Nico,” Mauren tahu mamanya pasti memaafkan Nico. “Ayo masuklah ini kan malam Minggu, Nico kamu nggak kemana-kemana?” tanya mama Rafika. “Nggak Tan, kan aku lagi ngapelin Mauren ... kita sudah jadian lho Tan?” Mauren membelalakan matanya, Nico memang percaya diri sekali. “Wah, beneran Mauren?” mama Rafika mencari kebenaran di mata putri kesayangannya. “Ehem, iya Mam ... tadi Nico bilang suka dengan aku,” Mauren menatap ragu mamanya. “Baiklah Nico ... Tante setuju tapi tentu saja dengan syarat kalian dekat untuk saling mendukung kuliah kalian dan masa depan. Tante nggak mau kalian melakukan hal-hal yang negatif apalagi dunia kamu Nico sangat rawan dengan persaingan dan pergaulan yang bebas. Tentu saja Tante ingin kamu menjaga Mauren dari hal-hal yang negatif,” Mama Rafika menasehati panjang lebar. “Iya Tante, saya janji akan menjaga Mauren seperti yang selalu saya katakan pada Tante saat bercerita tentang Mauren. Saya akan tepati janji saya Tante.” Nico berkata pasti. “Hmmm Tante percaya, terima kasih ya Nico kamu banyak bantu Tante termasuk membuktikan kalau Mauren adalah cewek yang normal,” senyum Tante Rafika terlihat bahagia penuh arti. Diam-diam Mauren searching di google sisa perjalanan pulang Plaza Semanggi ke rumah saat masing-masing terdiam. Mauren banyak temui berita kekaguman, prestasi, penghargaan dari insan media dan juga beberapa gosip miring juga ada tentang Nico Dirgantara. Dan malam Minggu yang terlewati dengan canda tawa, ternyata Nico tidak sombong walaupun dia seorang model dan artis yang sedang naik daun.  Ternyata jatuh cinta itu menyenangkan, meskipun SMS, chatingan dan telepon mewakili kehadiran Nico tetapi bertemu langsung lebih mendebarkan. Mauren membaca banyak sosok kekasihnya lewat internet, terbesit rasa kagum dengan segudang prestasinya di dunia entertainment dan juga pendidikannya. Tapi hatinya resah juga dengan berita miring yang menyindir kalau Nico mempunyai pacar seorang cowok bahkan sudah hampir tiga tahun berpacaran. Saat baca berita ini Mauren ingin muntah. “Perlu klarifikasi nih berita ngacau kalau Nico suka dengan sesama jenis,” gumam Mauren yang tengah membawa mobilnya menuju latihan modelling. Semalam mama mempersiapkan sebuah baju semi you can see bahan kaos warna kuning kunir dengan paduan kardigan hitam dan jeans ketat model pensil juga sepatu high heel silver mempermanis tampilan Mauren yang tinggi langsing. Hari ini Mauren beranikan diri memoles wajahnya tipis dan sangat natural, ternyata hasilnya luar biasa. Saat keluar dari mobilnya, biasanya semua orang yang biasanya cuek dan tidak perhatian tapi sekarang baru beberapa langkah keluar mobil sudah beberapa pasang mata terkagumkagum. Dan ketika memasuki ruang latihan yang on time, baru ada Marsya, Lolita, dan Trisna tiga model yang menjadi icon Ratna modeling. Marsya tampak acuh buang muka, Lolita tersenyum ramah sementara Trisna menatap dingin. Hanya Boy dan Nico yang juga tengah ngobrol. Tanpa rasa bersalah Boy langsung komentar, “Ya ampuuun Mauren kamu hari ini kereeen banget! Gila semakin hari si tomboy semakin keren aja! Pantesan Om Roki bernafsu nggembleng kamu. Perfect kamu jadi model dengan tinggi 175. Gila! Sebenarnya aku agak malu nih jadi pasanagn kamu di baju santai resepsi berpasangan, sepertinya aku kebanting apalagi lo pakai sepatu tinggi tambah kebanting aja deh aku!” “Boy! Seharusnya aku yang jadi pasangan Mauren. Lihat cocok kan kita pacaran,” Nico tiba-tiba merangkul Mauren dengan spontan. “Ihh apaan sih Nico?” Mauren melepas tangan Nico yang menempel erat di pundaknya. “Iyee yang jadian !” tiba-tiba Marita yang barusan datang menggoda Mauren dan Nico. Jelas terpeta wajah Mauren yang memerah sementara Nico tersenyum penuh arti. Semua yang ada biasa-biasa saja hanya Marsya yang tampak berubah wajahnya menjadi jutek dan merah padam. Mauren sempat melihat kekesalan Marsya gara-gara Marita mengumumkan jadian dirinya dengan Nico. “Oh iya Marsya aku bawain sepatu pengganti yang kemarin aku patahin, maaf ya. Ini kemarin aku dan Nico sempatin cari penggantinya.” Mauren menyodorkan tas plastik Centro dan sepatu cantik dalam kardus silver. “Oh jadi dianterin Nico hari Sabtu, pantesan ada yang menolak jalan bareng aku ajakin cari kado ternyata sudah janjian ama anak baru,” Marsya bicara cuek sembari menerima tas dari Mauren setengah merampas. “Oh sorry masalah itu aku nggak tahu,” Mauren menjawab tegas. “Ehe selamat ya! Kamu terpilih jadi pacar si ganteng ini ...” Marsya menatap tajam Nico dan ngeloyor menjauh bergabung dengan model lain yang sudah ngumpul semua. Om Roki juga sedang mencoba-coba musik mengiringi jalan model di panggung catwalk. “Guys siap kita mulai latihan ... oke sip musik! Ya ... jalan ...” Om Roki dengan semangat mengkomando para model yang mulai berlatih. Mauren melangkah dengan pelan dan pasti dari kemarin dia berlatih keras memakai sepatu tinggi dan melihat DVD khusus menjadi model dan ternyata tidak ada yang mustahil bila dipelajari dengan keras. Lagu Cinta Indonesia Guruh Soekarno Putra mengiringi langkah Mauren, hatinya berdegup mulai merasakan dirinya seolah sudah menjadi model yang berjalan penuh percaya diri. Dari video yang bolak-balik diputar dan dipelajari, tak peduli apa yang terjadi seorang model harus melangkah penuh percaya diri dan keyakinan diri. “Bagus Mauren! Sekarang hidupkan tatapan mata kamu jangan hanya tersenyum tapi pandangan kosong. Kamu harus menatap lebih tajam tatapan-tatapan pengunjung yang memelototi kamu!” teriak Om Roki. Mauren mencoba menatap Om Roki dengan senyum dan tatapan tajamnya dan Om Roki mengacungkan ibu jarinya. Mauren semakin mantap melangkah dengan sepatu tinggi baru pemberian mamanya. Nico juga tersenyum mengambang sambil mulutnya komat-kamit,”Kereen! kereeen!” Dan latihan hari ini melelahkan tapi Om Roki sudah tidak banyak marah-marah pada Mauren. Malah sebaliknya Om Roki malah tampak mengacuhkan dan tidak seperti hari-hari kemarin antusias memarahi. “Ada apa dengan Om Roki ya? Kenapa hari ini dia tampak lebih pendiam. Padahal kemarin dia semangat mengomeli dirinya yang dikatain seperti robot, bebek yang mau pub jalannya, seperti preman pokoknya menyakitkan deh kasih julukan. “Ok istirahat dulu!” Om Roki menyuruh para model istirahat. “Mauren nanti aku antar ya pulang, ada yang ingin aku omongin,” Nico menghampiri Mauren yang tengah ngobrol dengan Marita. Dari sekian banyak model Marita cocok jadi teman ngobrol, tampaknya Marita netral tidak seperti tiga icon yang tampak sibuk dengan gadget-nya masing-masing. Sambil ber-gadget Marsya masih sibuk sendiri dengan tas bawaannya,  Lolita dan Trisna sesekali ngobrol dan tertawa bersama dan lainnya sih biasa saja seperti Marita yang mau ngobrol dengan dirinya sebagai new comer. “Mauren kamu beruntung lho! Bisa jadi orang dekat Nico. Dia tuh sangat dingin lho! Sampai-sapai ada berita miring kalau dia punya pacar cowok! Honestly di dunia kita nih yang dibilang orang awam dunia glamour, mau homo, lesbi itu adalah hal yang biasa. Oh ya kamu jangan salah ya Om Roki itu statusnya juga nggak jelas jadi aku sebagai teman mengingatkan kamu saja jangan tanya-tanya masalah keluarga dengan Om Roki dia akan marah bahkan ill feel dengan kamu! Dan sepertinya Om Roki juga mulai cuek denggan kamu, pasti karena kamu dekat dengan Nico,” suara Marita di telinga Mauren setengah berbisik. “Oh ya kenapa?” Mauren mengerutkan keningnya, sungguh dia tidak tahu dunia macam apa yang sekarang harus dilalui demi pembuktian pada mamanya kalau dirinya bisa seperti cewek dan sekarang bergeser dirinya yang penasaran dengan dunia model. Jiwa petualangannya memaksa dirinya untuk terjun ke dunia model. “Nico itu kesayangan Om Roki lho! Sangat disayang dan sangat dekat mereka, tapi jelaslah Nico hanya menanggapi sebatas pelatih dan anak buah. Nggak mungkin juga Nico mau menjadi budak nafsunya Om Roki yang menurut berita sudah ada beberapa korban model menjadi pacarnya akhirnya kabur atau dikeluarkan dari agensi sini.” Marita tetap berbisikbisik. “Oh ya ... pantesan hari ini Om Roki dingin banget padahal biasanya di senang sekali mengomeli aku dari A sampai Z dari penampilan aku yang preman sampai cara jalanku yang masih saja kaku dan di bilang robot, preman macem-macemlah!” sekarang Mauren sadar kalau keacuhan Om Roki karena ada rasa cemburu kepada dirinya gara-gara Nico terangterangan menyatakan jadian. “Makanya selamat datang ke dunia abu-abau ya darling ...” Marita mengedipkan matanya juga penuh misteri. Pembicaaraan berakhir karena mulai dengan latihan lagi dan sore ini ada juga latihan memakai make up bagi para model agar tidak ketergantungan juga dengan para penata rias.  Didatangkan seorang pelatih make up profesional cara berdandan untuk tampilan malam yang glamour, walau nanti ada ahli rias tersendiri tapi tetap menjadi model profesional juga harus bisa berdandan bila tidak ada perias atau setidaknya untuk riasan sehari-hari. Mauren mencatat yang dianggap penting sekarang yang ada dalam hatinya bukan saja rasa pembuktian terhadap mamanya tapi rasa ingin tahu tentang dunia model yang datang kesempatan ini tanpa terduga. Mauren teringat waktu di awal memulai sempat ngobrol dengan Salsa dan Salsa mendukung untuk mencoba hal baru yang mungkin saja menjadi jalan hidupnya. “Hai coba kamu yang paling jangkung maju, saya akan mendandanin kamu,” penata rias yang biasa dipanggil mbak Martha menunjuk pada Mauren. “Sa ...ya ...” Mauren agak kaget. “Iyalah kamu model paling jangkung, siapa nama kamu?” tanya mbak Martha lanjut. “Mauren Mbak,” Mauren sudah ke depan dan memperkenalkan dirinya. Mauren melihat Marsya dan Trisna yang melotot, Lolita setengah mencibir, seperti biasa yang lain netral saja, Marita tampak senang melihat Mauren maju dengan percaya diri. Mauren tahu Nico terus menatapnya, tapi semakin kemari Mauren semakin bisa menguasai hatinya. Mauren belajar untuk bersikap tenang mengendalikan apa yang bergejolak dalam hatinya. Dia tahu sekarang dia merasa ingin memiliki hati cowok yang banyak membuat cewek jatuh hati. Wajah Mauren dirias oleh mbak Martha, semua seperti terhipnotis memperhatikan detail dan setelah selesai semua berkomentar, “Wah ... keren ....” Mauren sendiri tidak percaya dengan wajahnya yang sangat berbeda, yakin pasti mama atau sahabat-sahabatnya tidak akan mengenali dirinya lagi. “Coba jalan Mbak Mauren,” Mbak Martha mempersilakan Mauren untuk berjalan memperlihatkan hasil riasannya.  Mauren berjalan perlahan pasti, dirinya mulai terbiasa untuk berjalan dan melenggok di hadapan orang. Mauren tersenyum manis saat Nico memfoto memberikan jempolnya. Semua tidak luput dari tatapan mata Marsya yang sangat kesal. Selama ini hati Marsya sangat mendambakan cinta balasan dari Nico tapi sepertinya harapan tinggal harapan. Nico dengan mudahnya jatuh hati pada model baru yang menjadikan dirinya benar-benar terancam. Apalagi porsi tubuh jangkung Mauren dan wajahnya yang unik tidak membosankan menjadi daya tarik utama. Sementara dalam otak Lolita dan Trisna adalah ancaman baru, apalagi Mauren sangat polos dan fisikinya sangat sempurna hanya saja dia belum tereksplor saja. Dan ini menimbulkan was-was. Mauren bagai ancaman yang akan membuat mereka tersingkir.  Tanpa terencana sengaja, Lolita, Trisna, dan Marsya saling mendekat. Ada segumpal kebencian menyesak di hati mereka. Saling menjauh dari perkumpulan para model lain yang juga tengah ada jam latihan. Ternyata model di bawah Ratna modelling hari itu mengumpul karena ada kelas tambahan make up, hampir ada seratus model mengumpul dari yang ABG dan juga yang senior. “Sya, kamu lihat tuh si Nico sepertinya tergila-gila dengan pacar barunya, dasar si homo! Ternyata bisa juga dia jatuh cinta dengan cewek. Kasihan si Mauren kalau tahu cerita lalu sebenarnya si ganteng,” Lolita membuka percakapan yang ditunjukan langsung pada Marsya yang jelas patah hati. “Dari dia awal datang dan bergabung di grup kita, aku sudah merasa tidak suka! Apalagi dia sempat mematahkan sepatu tinggi aku! Lo tahukan aku harus ngumpulin uang buat beli segala macem wadrobe buat tampil,” Marsya mulai mengungkapkan kesebalannya pada Mauren. “Sya gue tahu yang bikin elo tambah mangkel! Ternyata dia belikan sepatu pengganti jalan dengan Nico dan semakin dekat saja! Terus jadian sepertinya. Nico tuh! Kaya nggak pernah tahu aja ya banyak cewek yang tergila-gila dengan dia malah memilih cewek cupu tomboy nggak jelas! Aku sih setuju kalau Nico jadi pacar kamu meskipun gue juga pernah suka juga! tapi gue lebih gak ikhlas banget dia sama si Mauren!” Trisna mengungkapkan kesebalannya. Lolita dan Trisna tahu betul kalau Marsya cinta mati dengan Nico, karena Nico Marsya tidak mau ikutan Lolita dan Trisna bekerja di luar jam hanya sebagai model. Makanya kalau Marsya pelit akan barang-barang propertinya itu hal yang wajar. Marsya mengandalkan pendapatan jadi model murni. Sementara Lolita dan Trisna mempunyai kerjaan sampingan yang lebih menjanjikan dan menggiurkan dalam pendapatan. Bukan hal yang tabu di dunia model dibalik glamournya kehidupan mereka, persaingan dan keinginan untuk bisa menikmati keduniawian kadang membuat mereka terseret pada dunia yang membuat dunia model kadang menjadi negatif. Padahal model adalah sebuah profesi yang bagus, sayang sekali kalau harus mendapat image negatif karena ulah beberapa model yang tertaik menyambi menjadi wanita simpanan, wanita penghibur dan wanita pemuas para kaum lelaki yang ingin mencicipi kecantikan mereka dengan timbal balik uang. Awalnya Lolita yang mulai banyak orderan job di luar agensi Ratna yang memayungi awal dia mulai terjun dengan bimbingan Om Roki dan Nico yang hanya dilihatnya di televisi. Lolita belajar keras dan mulai menemukan akses-akses untuk menambah tabungannya. Jadi setelah acara peragaan biasanya ada yang menyamperi lalu mengajak jadi teman kencan. Awalnya Lolita risih juga tapi melihat yang sudah terjun terlebih dahulu dan tajirnya bukan main diapun tertarik. Bahkan sekarang bisa membawa Trisna juga melakukan job side ang menghasilkan uang bisa tiga kali lipat dari model biasa yang hanya menunggu kalau ada event. Kalau sepi padahal kebutuhan hidup terus merongrong mau tidak mau harus punya kerjaan lain. Apalagi Trisna juga butuh untuk membiayai pacarnya yang tengah skripsi. Janjinya setelah lulus lalu diwisuda dan dapat kerjaan mereka menikah. Parahnya sepertinya pacar Trisna tutup mata dari mana Trisna jungkir balik dapat uang. Lolita dan Trisna tahu Marsya tidak mau melakukan hal serupa seperti mereka karena Marsya mempunyai keyakinan kalau Nico akan menjadi pelabuhan cintanya. Marsya sudah suka sejak awal pertemuan dengan Nico di butiknya. Marsya sempat berharap banyak, apalagi sikap Nico yang sepertinya juga membuka hati dia untuknya. Sampai suatu saat Marsya kaget akan pengakuan Nico yang belum bisa sepenuhnya mencintai cewek. Marsya juga tahu Nico suka ngobrol dengan seorang Tante pelanggan butik mamanya yang membuat Marsya sebal, karena Nico suka merasa penasaran dengan cewek yang diceritakan tante-tante yang cantik. Dan sekarang semua penasaran Marsya terjawab kalau tante-tante yang dipanggil Rafika adalah mamanya Mauren yang sekarang menajdi saingannya tidak hanya model tapi dalam merebut hati Nico saat ini. Marsya merasa lemas dan putus asa, dia tahu tidak bisa akan mengalahkan Mauren yang telah bisa mencuri hati Nico. Marsya menggeram dalam hati,”Kalau aku tidak bisa memiliki Nico maka Mauren juga tidak akan bisa memilikinya! Selamanya! Bagaimanapun caranya!  “Sya aku tahu kamu sangat kecewa dengan Nico yang sepertinya sudah jadian dengan Mauren, hmmm walau kamu tidak mau mengikuti jalan kita berburu kaum adam yang mengincar kecantikan kita dengan imbalan yang lumayan banget lho! Aku dan Trisna akan membantu kamu agar Nico tetap jatuh dalam pelukan kamu,” Lolita berkata serius. “Iya aku juga lama-lama sebal dengan kemajuan Mauren yang sepertinya banyak yang terpesona, padahal banyak gaya gitu. Huh belum apa-apa sudah bisa merebut cowok high quality jomblo!” Trisna bersungut-sungut, dia ingat penolakan jelas-jelas Nico pada dirinya. Padahal kalau Nico menerima maka dia akan memutuskan Rico yang hanya memeras dirinya. Tapi sekarang dia tidak ada pilihan laki-laki yang mau menerima dirinya yang sudah entah dengan berapa laki-laki tidur hanyalah Rico. Yang membuat Trisna bertahan juga janji Rico yang akan segera selesaikan kuliah lalu mencari kerjaan dan menikahinya. “Tenang aku punya bukti-bukti kalau Nico pernah menjadi simpanan Firman, sini gue bisikin ... pstpstpstpst ....” Trisna membisikan sesuatu yang bisa membuat hubungan Nico dan Mauren hancur lebur, sebuah bukti-bukti yang akan mereka perlihatkan pada Mauren saat yang tepat. Berita yang barusan dibisikan Trisna membuat Lolita dan Marsya mengangguk-angguk. Genderang persainagn mulai dimulai. “Psst mendingan kita bicarakan nanti saja di luar sambil hang out, mau kita apakan si Mauren dan Nico agar mereka tidak pernah bahagia. Setuju?” Lolita memberikan saran. Yang disambut anggukan Marsya dan Trisna.  “Setelah selasai salat asar dan make up juga sudah dihapus bersih, Mauren bergegas menuju mobilnya tapi tiba-tiba dicegat mbak Martha. “Mbak Mauren maaf bisa ngobrol sebentar kebetulan ini mak Valen beliau ini Produk Manajer kosmetik yang barusan mbak Mauren pakai sebagai model. Nah mbak Valen ini tertarik untuk menjadikan mbak sebagai salah satu modelnya. Ini kesempatan bagus lho Mbak.” Mauren bersalaman dengan wanita yang dipanggil Mbak Valen, usianya sekitar tiga puluh tahunan. Tampak seorang yang cerdas dari kacamatanya dan gasture tubuhnya juga anggun panteslah bila dia menjabat sebagai Produk Manajer. Mauren tampak bingung, untung tiba-tiba Nico mendekat. “Mauren aku anterin ya pulang sekalian aku ambil titipan mama katanya ada titipin dari Tante Rafika buat mama. Eh mbak Martha ada apa nih kok sepertinya ada urusan serius ya ama Mauren?” “Ini Nico, Mbak Valen tertarik untuk menjadikan Mauren sebagai salah satu ambasador kosmetik Maharani. Tadi kamu lihatkan Mauren cantik banget pakai produk punya perusahaan Mbak Valen. Oh ya Nico mbak Valen ini produk Manajernya. Kebetulan kita sering ketemu bila ada demo kecantikan seperti ini,” Mbak Martha menjelaskan panjang lebar. “Wah senang bisa berkenalan dengan Mbak Valen,” Nico mengulurkan jabat tangannya. “Saya yang sungguh surprise bisa ketemu denagn Mas Nico yang keren banget kemarin main film Senja di Manhattan semoga menjadi salah satu film terbaik apalagi peran mas benar-benar sangat menghayati. Two thumbs!” Mbak Valen mengacungkan dua jempol pada Nico. Sementara Mauren ngggak tahu sama sekali kalo Nico menjadi aktor yang lagi digemari. Mauren hanya bisa meremas-remas tangan untuk mengurangi nervous betapa banyak yang dia belum tahu mengenai Nico Dirgantara yang telah menembaknya untuk menjadikan dirinya pacar. “Wah Mauren belum apa-apa kamu udah dapat tawaran jadi model, saranku terima ini pengalaman luar biasa lho! Apalagi kosmetik Maharani salah satu brand asli Indonesia yang sedang melakukan penetrasi sampai  manca negara. Siapa tahu kamu ada kesempatan pemotretan sampai ke luar negeri,” Nico memberikan semangat dan pendapatnya. “Oh itu sudah pasti, kita sedang mencoba pasar kosmetik ke India, Malaysia, Singapura, Vietnam, Bangladesh, Belanda, dan Hongkong. Pasti kalau ini berkembang baik buat para ambasador ada kesempatan jalan ke salah satu negeri eksport produk kami selain pemotretan sekaligus liburan,” Mbak Valen menerangkan dengan gesture yang penuh percaya diri. Nico maklum pasti dengan jabatan sebagai Produk Manajer beliau sudah terbiasa dengan presentasi. “Mauren ini kesempatan emas,” Nico menegaskan, melihat Mauren yang hanya terbengong-bengong. “Tapi aku belum pengalaman sama sekali,” Mauren dengan polos mengucapkan ketakutan dalam hati, jujur dia takut mengecewakan kalau ternyata hasilnya nanti tidak memuaskan. “Ehem begini saja mbak Valen boleh kita minta nomor handphone Mbak, saya dan Mauren akan berdiskusi dan besok paling lambat Mauren kasih jawaban bersedia atau tidak. Yah bagaimanapun Mauren harus minta persetujuan mamanya terlebih dahulu,” Nico berusaha mengambil jalan tengah terlebih dahulu. “Oh tentu Mas Nico pasti saya setuju kalau Mauren minta ijin dulu dengan mamanya. Sepertinya mas Nico sayang sekali ya dengan Mauren, kalian cocok lho jadi sepasang kekasih,” Mbak Valen malah meledek Nico dan Mauren yang tidak bisa menyembunyikan senyumnya. Harus Mauren akui memang Nico tidak segan menunjukan rasa sayang pada dirinya dan tidak berusaha menutupi kalau dia memang menyukai Mauren. Sungguh Mauren merasa tersanjung, tidak pernah terlintas dia akan memiliki pacar sebaik, setenar, dan setajir Nico. Nico datang tiba-tiba dan menyentuh hatinya tanpa ragu seperti dia sudah mengenal dirinya lama. Memang cukup lama tapi hanya dari curhatan mamanya tentang dirinya dan membuat Nico jatuh cinta berdasarkan curhatan sang mama yang banyak memberikan informasi pada Nico. Sepanjang perjalanan pulang Nico membagi pengalamannya selama menjadi ambasador beberapa produk. Konsekuensi apa saja bila sudah menjadi ambasador produk yang pasti harus pintar jaga image, jangan  sampai melakukan tindakan tercela yang membuat produk yang mempercayakan kita sebagai icon jatuh. Karena bila kita terkena kasus maka akan merugikan produk yang kita bawa juga. Omset mereka jatuh di pasaran gara-gara runtuhnya citra mereka yang dibangun oleh modelnya juga. Nico membagi pengalamannya juga tentang perjanjian tertulis untuk semuanya termasuk masalah honor dan lama kontrak menjadi ambasador. “Hmmm aku sih merasa ini tantangan tapi aku khawatir juga kalau sampai mengecewakan,” Mauren tampak ragu. “Yang penting sebenarnya dalam menjalani kehidupan sehari-hari kita baik-baik saja, nggak usah berbuat yang macam-macamlah. Apalagi dunia model yang dianggap orang glamour sebanarnya tergantung kita menyikapi juga.” “Gitu ya ... nanti coba deh diskusi dengan mama soalnya ini sudah diluar konteks tujuan awal aku belajar jadi model hanya agar aku tidak terlalu berpenampilan seperti cowok, belajar ber make up dan membuktikan aku cewek normal yang mama khawatirkan aku selamanya takut dengan cowok dan menjadi wanita lajang seumur hidup.” “Oya coba nanti kita ngobrol dengan mama, don’t worry aku selalu bersamamu Mauren Sayang ...”Nico menarik Mauren agar sejenak menyandar di bahunya. Aroma tubuh Nico sejenak merebak dan membuat tubuh Mauren merasa nyaman bersandar sejenak di bahunya, tanpa sadar Mauren melingkarkan kedua tangannya ke pinggang Nico. Seperti yang sudah Nico duga kalau Tante Rafika tidak keberatan Mauren menjadi model kosmetik Maharani bahkan mendorongnya, ini adalah kesempatan yang tidak akan datang untuk kedua kali tapi mama Rafika mensyaratkan Mauren tidak melalaikan kuliahnya. Mauren dengan dukungan Nico yang meyakinkan semuanya akan baikbaik saja tersenyum senang dan besok akan menelpon mbak Valen untuk melakukan prosedur selanjutnya.


Download Titik & Koma

* Available on iPhone, iPad and all Android devices