Mutia dan Milan sekarang memilih untuk bicara dengan hatinya. Semua seakan berputar dengan sendirinya. Pertemuan mereka setelah pasca putus dengan masing-masing pasangan mereka yang berkhianat.
Pulau Bali yang hangat dan petualangan dengan Bounty Cruises bersama. Saat tatap mata pertama kali breakfast menjelang keberangkatan ke Bali di Awura restoran cepat saji. Saat itu hati mereka sama-sama berbisik hal yang sehati.
Hati Milan berbisik, “Wanita itu sederhana tapi menarik, semoga aku bisa bertemu dengan wanita seperti dia, sederhana. Tidak perlu glamour seperti Meta, cewek pengkhianat!”
Harapan di hati Mutia, “Semoga nanti bertemu dengan pria baru yang tampan seperti dia dan tengah menatapku dengan sepotong deluxe cheese burger.”
Ajaib! Harapan adalah doa yang menjadi kenyataan. Mutia dan Milan bertemu kembali saat ada acara penangkaran penyu di tepi Pantai Kuta.
Di antara peserta yang ikut melepaskan anak-anak penyu dengan cara balapan, Mutia tampak menikmati acara ini. Dari balik topi yang Mutia pakai, Milan bisa melihat wajahnya yang manis dan tampak kaget juga karena saling bertatapan untuk ke sekian kalinya.
Kemenangan penyu kecil milik Mutia yang setengah merayap setengah berlari lebih cepat mencapai bibir laut membuat Mutia berteriak girang. Dan penyu kecil Mutia memenangkan race anak-anak penyu yang baru menetas dari penangkaran berlari bebas ke lepas Pantai Kuta untuk menjadi penyu yang bebas lepas.
“Selamat ya!” Milan menyalami sekaligus membantu menepi menjauhi bibir Pantai Kuta. Saat itu tak terpikir sedikitpun dalam otak Mutia tentang cowok yang ke empat kali ditemuinya tanpa sengaja bertemu kembali.
Mutia tanpa ragu menyambutnya. Bahkan memberikan senyum manis yang paling menawan dan tersadar ini pertama kalinya bisa tersenyum dengan sosok pria setelah beberapa hari lalu syok karena Rolan, kekasihnya, ketahuan selingkuh di hadapannya.
Milan juga memang ingin segera menghapus kenangan terburuk dengan Meta, kekasihnya, sang foto model yang memilih pengusaha mapan sebagai selingkuhan barunya. Sama sekali Milan tidak mau berlama-lama mengenangnya, apalagi dirinya cowok yang notabene menurut teori, jumlah cowok dibandingkan cewek di muka bumi satu berbanding lima, jadi seharusnya menurut Milan, cewek harus berhati-hati bermain api dengan pria, jangan sampai membuat cowok yang sudah di tangan meninggalkannya karena belum tentu dia akan cepat menemukan cowok yang jumlahnya sedikit dan berstatus bebas.
Sama-sama tengah menyembuhkan rasa sakit hati, bertemu dengan nuansa Pulau Dewata yang selalu menghadirkan chemistry tersendiri bagi pribadi yang sama-sama hampa tanpa kekasih. Di sini hati Mutia dan Milan bisa dekat dan merasa nyaman mengekspresikan apa yang ada dalam diri mereka.
Di sinilah mereka duduk di bibir pantai menikmati sebotol es teh dan sama-sama geli dengan tingkah para bule yang tengah berpesta bir dengan baju bikini bercorak unik-unik. Tapi yang lebih membuat tersenyum, tingkah anak-anak bule tak jauh dari Mutia dan Milan, duduk mencari tempat yang teduh dari terik matahari yang mulai meninggi. Polah anak-anak bule yang menanamkan tubuhnya berbalut pasir hingga hanya wajah mereka yang tampak.
Milan dan Mutia seakan mereka berbincang dengan sahabat lama yang bertemu kembali. Tapi dalam pikiran masing-masing terngiang pesan Linda dan Markis, dua orang yang telah menjadi sahabat mereka di Jakarta.
“Mut… jangan cepat terlalu percaya dengan cowok, apalagi kamu baru saja putus. Lebih baik cooling down baru memikirkan pasangan baru! Karena itu sudah pasti hanya pelarian kamu sesaat!” nasihat Linda mengingatkan Mutia akan hatinya yang baru saja terluka karena Rolan yang menduakan hatinya.
“Mil… kamu mau tahu cara untuk membalas sakit hati kita akan pengkhianatan cewek? Adalah melakukan hal yang sama dengan cewek yang setelah ini kita jumpai! Setelah cewek itu dekat, kita tinggalin saja!” saran Markis, sahabat Milan yang playboy sejati.