after honeymoon
After Honeymoon

After Honeymoon

Reads
44
Votes
0
Parts
2
Vote
by Titikoma

Chapter 2

Mutia

“Aku melihat sendiri kamu masuk ke hotel dan memesan kamar, setelah itu kalian berdua tidak keluar-keluar lagi! Teganya kamu Lan, berbohong dengan aku!” Mutia menatap tajam Rolan yang masih mencoba mengelak akan perselingkuhannya dengan Teres, yang sudah berlangsung tiga bulan ini di hadapan Mutia.

            “Kamu pasti salah lihat Tia! Aku sama sekali tidak jalan ke mana-mana, bagaimana mungkin aku sempat ke hotel bersama Teres? Lebih baik aku mengajak kamu yang sudah empat tahun jadi pacarku daripada harus dengan Teres!” Rolan masih mencoba bersikukuh kalau dia tidak melakukan kesalahan apapun, walau dalam hati kecilnya membenarkan apa yang Mutia tuduhkan barusan.

            Teres teman kantor yang baru dua bulan bergabung di perusahaan hukum tempat Rolan menjadi pengacara, memang gadis yang manis, walau Mutia juga tidak kalah manis dengan Teres.

Tapi sepertinya kebersamaan menjadi pemicu kedekatan hati. Atau memang dengan gampangnya Teres memasuki hati Rolan yang sudah empat tahun ini sepenuhnya milik Mutia.

            Empat tahun dengan Mutia, Rolan juga bukan lelaki yang gampang jatuh hati dan bergonta-ganti pasangan sejak memiliki Mutia. Bahkan tidak pernah! Tapi kenapa setelah empat tahun tiba-tiba ada Teres yang perilakunya begitu manja, seakan Teres lebih membutuhkan dirinya ketimbang Mutia yang mandiri dan tangguh hingga merubuhkan kesetiaan hati Rolan.

            Sebenarnya yang membuat dirinya merasa jatuh cinta pada sosok Mutia yaitu sikapnya yang sederhana, wajahnya manis, sportif dan santai. Bersama Mutia, Rolan merasa cocok. Mutia sangat mengerti dirinya yang perfectionist dalam segala hal dan Mutia mendukungnya, bahkan Mutia jadi ikut apa yang membuat dirinya nyaman.

            Sepertinya kehadiran Teres dalam tiga bulan ini menguji kesetiaan Rolan akan hatinya terhadap Mutia. Teres yang terang-terangan menunjukkan sikap manja dan posesif, seolah tiba-tiba menguasai seluruh hatinya, bahkan perlahan menggeser Mutia.

***

Awalnya Mutia tidak bisa langsung percaya ketika Linda, sahabatnya yang satu kantor bercerita melihat Rolan bersama seorang wanita tampak mesra di salah satu food courts di Plaza Semanggi.

            Kali ini sifat usil Linda mengambil gambar dengan telepon genggamnya saat Rolan bersama seorang wanita harus Mutia hargai sebagai bukti untuk mendesak siapa cewek yang bersikap mesra saat mereka makan bersama.

            Mutia tahu Rolan baru saja berbohong dengan dirinya, empat tahun mengenal Rolan cukup membuat Mutia peka kalau Rolan tengah berbohong. Yang menyakitkan sepertinya Rolan tengah menduakan dirinya.

            Dengan meminta bantuan Linda, Mutia ingin mencari tahu kebenaran yang sebaiknya lebih cepat terungkap. Karena sejak dua minggu ribut akan penemuan dari foto Linda, firasat Mutia merasa tidak enak dengan apa yang terjadi dengan kekasihnya.

            “Lan… nanti siang bisa temani aku makan siang? Ada yang perlu kita bicarakan akan hubungan kita...” Mutia menelepon Rolan dua jam sebelum jam makan siang.

            “Siang ya, sepertinya aku enggak bisa Tia, karena aku ada janji dengan klien untuk menangani kasus sengketa tanah,” jawab Rolan.

            “Oh ya sudahlah, aku tahu pasti klien yang sangat penting buat kamu. Aku ajak Linda saja kalau gitu. Bye...” Mutia mematikan telepon genggamnya.

            “Gimana? Pasti Rolan enggak bisa kan?” tebak Linda di belakang setir mobil yang mereka parkir tidak jauh dari mobil Rolan yang ada di halaman kantor.

            “Pssst… tuh Rolan keluar!” Linda meminta Mutia mengamati Rolan yang ceria dengan Teres, wanita yang difoto Linda.

            “Huh… dasar cewek kecentilan, lihat saja tuh gayanya, norak!” hati Linda ikutan meradang melihat pacar sahabatnya digandeng cewek yang dari cerita Mutia bernama Teres.

            Mutia memilih diam menahan rasa sakit dalam hatinya, setelah empat tahun kenapa begitu mudahnya Rolan tergoda dengan wanita lain yang lebih muda lagi dari dirinya. Jelas lebih muda karena dari cerita Rolan, dia baru lulus dan diterima di kantor pengacara tempat Rolan bekerja.

            Tanpa banyak bicara Linda mengikuti perlahan mobil Rolan berdua bersama Teres.

            Mutia masih berdoa kalau mereka berdua memang tengah bersama menangani klien yang menghadapi sengketa tanah. Tapi ternyata tempat yang mereka tuju adalah sebuah hotel. Mutia dan Linda hanya bisa menjaga jarak agar tidak ketahuan. Setelah mereka sepertinya dapat kamar dan tidak keluar-keluar lagi, entahlah apa yang terjadi di sana. Pastinya sebuah pengkhianatan yang bukan sekedar pengkhianatan biasa.

            “Aku dan Linda memang tidak tahu apa yang kamu dan Teres lakukan di sebuah kamar hotel, tapi cukup ini sebuah bukti kamu telah menduakan aku. Hubungan empat tahun kita membangun kepercayaan dan kesetiaan kandas begitu saja. Terima kasih Lan, hadiah terindah dari kamu pas di hari jadian kita empat tahun lalu kamu berselingkuh dengan wanita lain. Kamu bahkan lupa sama sekali kalau ajakan makan siang aku sebenarnya adalah untuk merayakan hari jadi kita ke empat tahun dan membicarakan hubungan kita ke arah yang serius.”

            Rolan tidak bisa berkata-kata, baru kali ini dia melihat Mutia begitu terluka setelah dua minggu lalu dia juga sudah membohonginya. Ternyata memang susah sekali lepas dari jerat Teres yang memang berusaha keras menaklukan hatinya dengan segala kemanjaan. Sepertinya seorang pria merasa sangat berharga ketika pasangannya sangat manja dan sangat membutuhkan dirinya dibandingkan dengan wanita yang mandiri. Dekat dengan Teres, Rolan merasa nomor satu.

            Saat Rolan memberitahukan kalau Mutia kekasihnya mengetahui hubungan dirinya dengan Teres, tanggapan Teres begitu dingin. Teres tetap bersikeras untuk memiliki Rolan. Segala daya upaya kemanjaan bahkan berurai air mata karena dirinya sudah tidak mungkin lepas dari Rolan, membuat Rolan terjebak dalam siasatnya.

Teres butuh lelaki yang mapan dan menjamin dirinya yang bukan hanya sekedar cinta. Dan Teres menemukannya pada diri Rolan, tak peduli Rolan sebenarnya sudah memiliki Mutia. Nyatanya Rolan bisa tergoda dengan dirinya.

Bahagianya Teres karena Mutia akhirnya yang memutuskan hubungannya dengan Rolan setelah menjadi penguntit mereka berdua di siang hari menghabiskan kebersamaan di sebuah hotel.

***

Milan

            “Sekarang kamu percaya kan Mil! Lihat Meta dan lelaki yang setahuku dia pengusaha muda baru yang sudah punya istri. Tapi cewekmu memang materialistis, abang punya uang abang disayang dan abang enggak punya banyak uang maaf ya jangan pegang-pegang,” perkataan Markis barusan benar-benar menampar Milan berkali-kali setelah sebulan ini dia memilih tidak menanggapi gosip yang beredar akan Meta, foto model yang tengah naik daun dekat dengan seorang pengusaha muda.

            Prinsip Milan hampir dua tahun menjadi pacar Meta adalah kepercayaan dan kebebasan. Milan mengenal Meta tidak sengaja sewaktu Meta dan grup modelling-nya melakukan peragaan di sebuah mal. Saat maju di acara puncak penutupan fashion show, ternyata Fisan, teman Milan sewaktu kuliah maju diperkenalkan sebagai designer-nya baju-baju yang baru saja diperagakan para model.

            Jadilah Milan menyempatkan untuk menyapa Fisan yang masih sama bersikap lembut seperti beberapa tahun lalu, pantaslah sekarang dia terjun total di dunia fashion.

            Meta diperkenalkan oleh Fisan, bertukar telepon dan mulai saling berkomunikasi. Fisan sudah mengingatkan Milan kalau Meta itu model yang berbakat, jadi beri kebebasan  kalau mereka pacaran.

            Buat Milan tidak masalah, dalam hubungan pacaran yang penting adalah kejujuran dan keterbukaan. Apalagi profesi Meta sangat rentan dengan gosip.

           Tapi ini bukan gosip, Meta baru saja keluar dari mobil Mercedes keluaran baru menjinjing banyak sekali belanjaan yang pastinya berisi segala wardrobe untuk acara fashion show.

            Pastinya hasil yang dibelikan oleh Putera Barata, sang pengusaha mapan yang entah sudah seberapa dekat hubungan Meta dengannya.

            Mendengar perkataan Markis membuat Milan langsung keluar mobil dan menghampiri Meta.

            “Ternyata bukan gosip murahan seperti yang kamu bilang, kamu baru saja memeras apa saja dengan dia?” Milan membentak Meta yang bukannya takut malah menatap tajam Milan.

            “Hai Mil, dia itu punya nama... namanya Pak Putera! Sudah berapa banyak yang aku peras itu bukan urusan kamu lagi karena detik ini juga kita putus!”


Download Titik & Koma

* Available on iPhone, iPad and all Android devices