
by Titikoma

Pemutar Benda
Pagi yang cerah di hari Selasa.Entahlah apa yang seharusnya terjadi maka terjadilah, itu saja yang saya pikirkan. Perasaan saya sejak awal bertemu dengan sikap bundanya yang acuh,jujur, membuat saya agak terbebani dengan jadi guru pendamping buat Ramzy.
Karena sangat enak bila bertemu dengan orang tua yang baik, menghargai dan mau bekerja sama dengan kami sebagai guru pendamping yang akan selama 7 jam dalam sehari¾kecuali hari libur¾bersama putra-putri mereka.
Semalam ada WA dari mamanya Ramzy yang nadanya lebih cenderung memerintah. Seperti Ramzy jangan dibiarkan memegang benda-benda di sekelilingnya, dijauhkan dari botol minuman, makan jangan tercecer-cecer, jangan dikasih makanan apa pun yang mengandung cokelat dan terigu.
Saya hanya bisa jawab ... “Baik Mam ...” dari sekian banyak aturan di hari pertama saya mendampingi Ramzy.
Dari awal saya lebih baik berterus terang dengan mamanya kalau saya juga bukan ahlinya, dan hanya akan coba bantu untuk mendampingi kakak agar lebih baik. Pastinya dengan kemampuan Ramzy yang ada, mari bersama membuat apa yang terbaik buat Ramzy. Dan point harapan saya… mari bekerjasama.
Kembali saat anak-anak sudah masuk kelas, hampir setengah jam, baru Ramzy datang. Digadang-gadang dan sepertinya tidak mau sekolah. Saya memilih untuk berjarak dulu membiarkan Bu Dedeh yang interaktif dengan ayah dan bundanya Ramzy yang membujuk Ramzy untuk masuk sekolah.
Setengah paksa dan ditarik sementara di tangan Ramzy ada bola basket kecil yang di putar-putar. Dan wajah Ramzy menatap tajam Bu Dedeh, seolah mengatakan‘aku tidak mau diajak ke kelas’.Tapi Bu Dedeh yang memang background pendidikannya Sekolah Luar Biasa, bisa memaksa Ramzy dan masuk ke sekolah.
Ayah dan bundanya diminta untuk meninggalkan Ramzy, memberi kami ruang dan waktu untuk mulai mengobservasi Ramzy.
Ramzy menolak diajak ke kelas, anak-anak lain sempat bengong melihat Ramzy yang mulai terlihat memang berbeda. Dari tatapan matanya yang tak peduli dan mulai tangannya memutar botol minumannya.Bila kita ambil, apa saja yang ada di dekatnya diambil lagiuntuk diputar-putar.
Oh jadi ini mengapa bundanya semalam mewanti-wanti jangan dikasih mainan terutama botol minuman.Juga seperti sudah tahu saja, bukannya berkenalan dengan teman-teman barunya, Ramzy memilih lari masuk ke kamar mandi lalu dia mulai mengacak-acak barang yang ada di sana. Dari sabun, sikat gigi, odol, dan botol sampo dicoba-coba untuk diputar dengan tangannya.
Bu Dedeh langsung melarang, “Tidak! Taruh!” Ramzy hanya menatap nanar dengan mulut agak dimajuin pertanda kesal. Tapi tetap saja ngotot ngambil botol sampo dan diputar-putar lagi. Sesaat terjadi rebutan antara Bu Dedeh dan Ramzy yang akhirnya dimenangkan Bu Dedeh.Ramzy kesal, mendadak dia memukul-mukul wajahnya karena dilarang memutar-mutar botol sampo.
“Plak-plak-plak,” ringan tangannya menampari wajahnya. Aku hanya bisa meringis, wah kalau aku yang ditamparin seperti itu? Aduuuuh… ketakutan saat bersama Lintang melintas lagi. Setahun lalu pun Lintang yang saya pegang, kalau marah, tangan dan kakinya siap untuk melukai orang yang ada di sekitarnya. Bersyukur setahun memegangnya, tak sekalipun tangan Lintang melukai badan saya.
Dan ini Ramzy terhadap dirinya saja begitu ringan tangan, bagaimana terhadap orang lain? Kali ini sama seperti tahun lalu, saya memohon pada Allah semoga tidak babak belur saat harus menjadi guru pendamping Ramzy.
“Bu Nenny, ambil odolnya!Jangan sampai diputer-puterin Si Ramzy,” kata Bu Dedeh. Dengan sigap saya ambil botol di tangannya, dengan marah dia menatap saya sambil memonyongkan bibirnya… dan plak!plak!plak! Ramzy memukul kepalanya lalu lari tak terkendali ke halaman belakang sekolah, atau biasa sering kita sebut sebagai playground.
Di halaman playground, tanpa alas kaki Ramzy lari berputar-putar sambil tangannya sudah menyahut botol mainan yang ada di rak sepatu. Sambil samar berbicara entah tak jelas, dia tertawa sendiri asyik memutar mainan baru yang ditemukan.
Sekilas seperti orang yang tengah siul-siul sambil asyik mengangguk-angguk kepala saat mendengar musik.Sementara tangannya cekatan memutar-mutar benda tanpa jatuh,walaupun sambil setengah berlari kesana-kemari tak jelas dan matanya bukan ke arah barang yang diputar.
Saya hanya bisa mengamati dari jarak beberapa meter, tiba-tiba Bu Dedeh berteriak memanggil, “Ramzyy… sini! Pakai sandal!”
Yang diteriakin bukannya mendekat malah lari menjauh, seolah mengejek sambil tertawa-tawa dan bicara entah tak jelas. Bu Dedeh gemas lalu berlari menangkap dan menyuruh Ramzy memakai sandal.
Lagi-lagi Ramzy memberontak, wajahnya penuh amarah. “Pakai sandal!” teriak Bu Dedeh.
Dia tidak mengerti perintah, hanya diam mematung dan melamun lalu tiba-tiba menolak sambil tertawa-tawa.
“Ya ampuuun...” desis Bu Dedeh.
“Ramzy, pakai sandalnya...” kata Bu Dedeh melembut.
Ogah-ogahan Ramzy mencoba memakai sandal dan ternyata kesulitan. Sandal kanan dipakai kiri dan sebaliknya.
“Ramzy, terbalik,” kata Bu Dedeh.
Tapi Ramzy cuek saja, saya berinisiatif menarik sandal dan memakaikan dengan benar. Ramzy menurut dan mulai jalan bolak-balik, ternyata dia tidak bisa memakainya. Sandal selalu terlepas dan ditinggal begitu saja, lalu hanya memilih memakai satu sandal.
Lagi-lagi Bu Dedeh atau aku yang teriak, “Ramzy, pakai sandalnya yang benar!” dia mau kok, hanya harus berulang kali mengingatkannya. Tapi ternyata memang Ramzy tidak bisa memakai sandal.
Matanya selalu mencari benda yang bisa diputar oleh tangannya. Dia juga tidak mau masuk ke kelas.Hari pertama, catatan yang saya bisa tulis…Ramzy, si pemutar benda yang handal.
Ramzy berhenti memutar barang saat snack time, dia lapar. Kardus teh celup yang dia peroleh saat masuk ke dapur yang sepanjang jam dari pukul 08.00 – 10.00 diputar-putar, digeletakkan.
Ramzy menolak diajak ke kelas. Dia malah tidur-tiduran di pinggir playground, tepatnya di depan dapur. Saat ini bersama saya saja, Bu Dedeh sudah harus meng-handle anak-anak kelas baru Abu Bakar.
“Ramzy mau makan?” tanyaku.
Dia menatap melotot, tapi ya gitu wajahnya tetap ganteng dan lucu. Ramzy memang ciptaan Allah yang sempurna.
Saya buka bekalnya yang ternyata ada dua kotak makan, satu berisi kentang goreng dan satunya berisi nasi goreng.
Ramzy menutup kentang goreng dan melihat nasi goreng dengan tatapan kosong, melamun.
“Hai Ramzy, ayo makan...”
Ramzy diam saja,dia malah memilih mengambil kardus teh celup dan memutar-mutarnya lagi, sambil berdiri lalu berjalan di list tembok yang ada di playground. Kegiatan itu butuh keseimbangan, dan Ramzy bisa! Saya sendiri pun tak bisa! Memutar benda di tangan saja butuh perhatian ekstra dan tidak bisa cepat, ditambah sambil jalan dilist tembok yang pas kaki.
“Ramzy, makan!” teriak aku.
Lagi-lagi dia cuek dan yah… begitulah autis, tidak mau diperintah dan tidak peduli.Maunya semau Ramzy.
Saya turun dan menarik Ramzy yang tidak memakai sandal. Yah pastilah habit di rumah tidak mengajarkan dia terbiasa memakai sandal, sepertinya akan banyak PR yang harus dibenahi saya dan Bu Dedeh untuk Ramzy.
Fakta hari pertama, Ramzy hanya tertarik memutar barang dengan tangannya.Sejujurnya kemampuan motorik tangannya luar biasa. Memutar tanpa harus melihat barang yang dia putar sambil melewati list tembok yang butuh keseimbangan, tapi buat Ramzy itu hal yang gampang.
Bersyukur Ramzy yang sepertinya lapar, mau saya dudukkan.Pertama coba saya suap dengan sendok, ternyata dia menolak. Ramzy memilih makan sendiri. Makan dengan gayanya yang sangat cepat tanpa mengunyah lama, makanannya langsung ditelan. Wah… PR lagi.
Perjumpaan dengan Ramzy berakhir di pukul 10.30 pas dia selesai memakan nasi gorengnya yang satu penuh kotak makan. Bagaimana tubuh Ramzy tidak gemuk, snack-nya saja semua berkarbohidrat. Padahal seharusnya dia belajar diet. Lagi-lagi sepertinya akan sulit mengubah pola kebiasaan Ramzy yang terpola dari keluarganya.
Makanan bercecer-cecer karena Ramzy maunya duduk di depan dapur, dia menolak makan tertib di bangku. Entahlah apakah di rumahnya seperti ini? Ramzy anak laki-laki yang empat bulan lagi akan berumur 9 tahun.Dari info yang saya terima, dia pindahan dari sekolah yang memang menerima anak-anak luar biasa, dan di sana tidak mau menaikkan Ramzy ke kelas 1, padahal umurnya sudah 9 tahun.
Kalau mau jujur, saat ini pun memang seharusnya Ramzy masih di TK A.Perasaanku mengatakan kalau Ramzy tidak bisa apa-apa, kecuali memutar mainan dengan kedua tangannya.