Bahagiakan Ibu

Reads
259
Votes
0
Parts
4
Vote
Report
Penulis Titikoma

Ujian Allah

Malam hari gelap, cahaya bulan tidak ada. Ibu Faiz melongokkan kepalanya ke dalam kamar Faiz.

Alhamdulillah, tidur Faiz pulas,” hati Ibu Faiz agak lega.

Ibu pindah kamar menemani tidur Faiz. Ella di temani ayah, tidur di kamar sebelah.

Ibu memandangi terus wajah buah hatinya dengan rasa khawatir. Sepuluh menit berlalu, Faiz mulai membuka mata.

“Bu! Aku sulit bernafas!” eluh Faiz sembari memposisikan badan untuk duduk.

Ibu langsung membangunkan Ayah, yang tidur di kamar sebelah.

“Ibu! Tolong aku!” rengekan Faiz.

Ayah dengan tenang mendampingi Faiz untuk selalu ingat Allah.

Asy-taghfi-rulloh, Yah, sulit!” sambil berkali mengucapkan kalimat istighfar, mohon pertolongan Allah SWT.

Beberapa kali Faiz menarik nafas dengan berat.

“Yang sabar, ya, Nak,” sembari mengambil obat oles yang ada di meja dekat tempat tidur. Ayah Faiz membeli obat oles itu, tadi malam saat sesak nafas Faiz mulai kambuh.

Ibu menghela nafas dalam.

“Faiz hanya tidur dua jam,”

Pagi gasik sekitar jam lima pagi, tepat di hari Rabu ayah Faiz menelphon teman sekantornya.

Assalamu’alaikum, Pak Anton!” Ayah membuka pembicaraan.

Wa’alaikum salam, Pak! Pak Saeful, ada apa?” tanya Pak Anton rekan satu kantornya.

“Maaf, Pak, saya mau ke Dokter anak gasik jam 5 pagi,” ijin Ayah ke Pak Anton.

“Iya, Pak, silahkan!” jawab Pak Anton.

“Terimakasih, Pak!” sembari cepat menutup HP, ayah bergegas membunyikan mobil yang masih berada di garasi.

Ayah Faiz melangkah kembali ke dalam kamar Faiz.

“Bu, dah siap?” tanya Ayah.

“Entar, Yah!”

Ibu lekas mempersiapkan apa-apa yang akan dibawa. Bantal, obat-obat yang tadi diberikan ke Faiz dan baju, semua sudah dimasukkan ke dalam tas rangsel. Ella kecil dibopong ibu dalam posis masih tidur.

“Dah siap, Yah!” Ibu Faiz memberi kode ke Ayah.

Ayah menghampiri Faiz, yang masih tiduran di kasur.

“Tenang, ya, Nak! Allah SWT pasti akan menolong!” Ayah menenangkan Faiz.

Dengan impian tinggi, Ayah menggendong Faiz menuju mobil. Harapan sembuh juga tertananam di pikiran Ayah dan Ibu.

“Ya, Allah! Tolonglah anak hamba!” jerit hati Ayah.

Di balik udara pagi yang sejuk, Ayah melajukan mobilnya dengan kecepatan lumayan tinggi menuju rumah sakit terdekat, yaitu rumah sakit ANNA. Doa selalu dipanjatkan di hati mereka berdua.

Faiz duduk bersebelahan dengan Ibunya. Ella di mobil asih tertidur di pangkuan ibu. Tangan Ibu mengelus-elus dada Faiz terus-menerus. Penyakit sesak nafas, mulai Faiz alami semenjak semester genap TK B Yayasan Perguruan Islam Darul Hikmah (YAPIDH) .

Ayah Faiz masih kelihatan serius mengenderai mobil sambil mengamati jalan di daerah Bekasi. Jarak ke Rumah Sakit ANNA sekitar 2,5 km. Dekat tapi dalam keadaan seperti ini jarak Rumah Sakit ANNA jauh.

“Ga usah keburu-buru, Yah,” suara Ibu Faiz memecah kesepian di mobil.

“Ya, Bu,” jawab Ayah sembari menghentikan mobil di depan lampu lalu lintas yang menyala merah.

Ayah menoleh ke belakang, ke arah Faiz. Faiz masih tertidur di dalam kehangatan dekapan Ibu. Lampu lalulintas menyala hijau, ayah Faiz melaju dengan mobilnya. Tak lama, mobil berhenti di area parkiran rumah sakit ANNA. Mobil parkir di bagian UGD. Faiz, Ella dan Ibu menuju ruang doker di ruang unit gawat darurat.

Ayah Faiz berjalan di belakang mereka bertiga. Suhu udara mulai naik, terasa hangat di badan. Faiz juga minta dilepaskan jaket yang dikenakannya.

“Bu! Jaketku tolong buka!” pinta Faiz.

“Ya, Nak,” jawab Ibu sembari melepas jaket biru dari badan Faiz.

Ibu langsung mendaftar ke petugas yang ada di loket pendaftaran.

“Faiz!” Petugas memanggil nama Faiz.

Ibu dan Faiz berjalan menuju ruang dokter. Ayah melangkah mengikuti Faiz dan Ibu.

“Hallo, Nak Faiz kenapa?” tanya dokter anak.

Faiz hanya terdiam.

“Ini dokt! Napasnya kelihatan sesak! Mulai kambuh tadi malam,” keluh Ibu.

Dokter langsung memerintahkan Faiz untuk tiduran di tempat tidur. Dengan cekatan Dokter memeriksa semua bagian badan Faiz, khusus yang berhubungan dengan pernafasan.

Dokter mulai menuliskan semua obat yang harus diberikan ke Faiz. Ayah memangku ella. Bertiga duduk di samping Ibu dengan diam. Hanya memperhatikan perlakuan Dokter. Dalam hati Ayah, selalu bersuara dengan keras, semoga Faiz sembuh.

“Pak, Bu, Faiz dirawat di sini aja ya, biar pemantauannya lebih mudah,” ucap Dokter Fahri.

“Ya, Dokt, ga apa-apa! Semoga anak kami bisa lekas sembuh!” Doa Ibu.

“Amin,” Ayah Faiz dan Dokter sama-sama mengaminkan.

“Silahkan untuk kamar berhubungan dengan petugas,” saran Dokter.

“Ya, Dokt, terimakasih,” ucap Ibu Faiz.

Ayah dan Ibu Faiz segera mengurusi kamar inap dengan petugas.

“Mau pilih kamar apa, Bu?” tanya petugas.

“Kamar kelas I,” jawab Ibu Faiz.

Petugas melanjutkan menulis semua kebutuhan di kamar kelas I, yang akan ditempati oleh Faiz. Ayah dan Ibu menunggu dengan sabar.

“Sesak lagi, Bu!” seru Faiz.

Ibu langsung mengambil obat oles untuk mengurangi sesak nafas di dada Faiz.

“Sabar ya, Nak, kita lagi nunggu petugas,” nasihat Ibu sambil mengoleskan obat oles.

Sekitar lima menitan, petugas selesai.

“Pak, Bu! Silahkan mengikuti petugas untuk masuk ke kamar kelas I,” petugas selalu memberikan arahan pada pasien.

Sebelum masuk ke kamar kelas I, Ibu meminta kursi dorong pada petugas. Faiz menempati kursi dorong itu, lalu Ibu mendorong dari belakang sampai ke kamar kelas I. Ella digendong oleh ayah.

“Silahkan, Bu,” petugas menyilahkan bapak, ibu dan Faiz untuk masuk kamar.

“Terimakasih, Mas,” balas Ibu.

Petugas keluar dari kamar inap Faiz, datanglah dua orang perawat masuk ke kamar Faiz. Perawat langsung mengukur tensi Faiz, alhamdulillah normal.

“Mas Faiz, istirahat dulu, ya,” dua perawat melangkah keluar kamar.

Faiz memposisikan dirinya tidur terlentang di atas kasur berseprei kain berwarna putih. Pernafasannya masih sulit, Ibu selalu memberi obat oles pada dada Faiz. Sembari meletakkan tubuh Ella dikursi, ayah masih memandangi buah hatinya dengan rasa was-was.

“Anakku! Kau hebat! Tanpa mengeluh!”

Beberapa tetes air mata mengalir dari mata Ayah. Ayah tertegun dengan tingkah laku Faiz yang selalu membuat bangga kedua orang tuanya dalam posisi sedih maupun senang.

“Ayah berjanji akan menjaga dirimu di dunia dengan baik, “ sambil mengambil tissu untuk mengeringkan air matanya.

Ibu masih sibuk dengan Faiz, hingga keduanya tertidur karena kelelahan. Udara di kamar inap Faiz tidak terlalu panas, ada AC terpasang. Alhamdulillah, bisa untuk menurunkan hawa udara yang begitu panas.

Ayah membiarkan kedua insan kesayangannya tertidur pulas. Penglihatan Ayah tertuju pada Faiz. Faiz mulai membuka kedua matanya.

“Yah, pingin minum!” pinta Faiz.

Ayah segera mengambil air putih yang tersedia di meja.

“Ini Nak,” Ayah menyodorkan gelas putih ke Faiz.

Suasana kamar sepi. Beda dengan kamar inap sebelah. Di kamar sebelah tangis bayi terus-menerus terdengar. Sehabis minum air putih, Faiz memposisikan diri untuk duduk. Faiz diam sebentar. Ella kecil mulai bangun. Ayah menjaga Ella, ibu masih tertidur.

“Yah! Kamar sebelah menangis terus!” tanya Faiz.

“Anak kecil baru beberapa bulan diinfus, ya pasti tidak betah, Nak,” Ayah memberikan penjelasan.

Faiz memandangi Ibu yang mulai bergerak bangun. Ibu mulai membuka mata.

“Jam berapa sekarang, Yah?” tanya Ibu sambil bangun duduk di samping Faiz.

“Jam 9, Bu,” sahut Ayah.

Malam yang gelap datang menghampiri. Ayah selesai menunaikan sholat Maghrib di masjid komplek Rumah sakit An-Nida. Faiz masih menonton acara TV, film anak Islam.

“Gimana filmnya, bagus?” Ibu selalu pingin tahu hasil pemahaman anaknya tentang sebuah tontonan.

“Bagus sekali, Bu! Seorang anak Islam yang selalu siap membantu teman dalam keadaan susah, aku pingin seperti itu!” pinta Faiz.

“Ya, Nak, selama kita diberi kesehatan, kewajiban kita adalah membantu sesama. Ibu setuju sekali dengan cita-citamu Nak,” hati Ibu berbunga-bunga mendengar harapan anaknya.

“Obatnya di makan dulu, ya?” Ibu membuka bungkus obat untuk diberikan ke Faiz.

Ibu memberi mainan untuk Ella, majalah anak bergambar.

Tak lama kemudian, Ayah kembali melangkah ke kamar inap.

“Assalamu’alaikum,” Ayah masuk dengan ucapan salam.

“Wa’alaikum salam,” jawab Ibu dan Faiz.

Ayah mendekati Faiz, sembari memposisikan duduk di depan wajah Faiz.

“Gimana sekarang, agak membaik?” tanya Ayah sambil mengusap rambut Faiz dengan penuh kasih sayang.

Alhamdulillah, Yah! Mulai ringan untuk bernafas, Yah,” jawab Faiz.

Alhamdulillah, Allah Maha Penyayang, Nak!” wajah Ayah ceria mendengar penjelasan Faiz.

Mereka asyik bercerita, menjadikan suasana kamar hangat. Seorang Ayah bercanda akrab dengan anaknya, bak langit dan bumi selalu berdekatan. Langit bumi tidak bisa terpisahkan. Tetap menyatu selamanya.

Langkah kaki beberapa orang, terdengar dari dalam kamar. Mereka berpakaian putih semua.

“Selamat malam!” sapa Dokter.

“Selamat malam juga Dokt!” jawab Ayah sembari berdiri.

“Gimana, sudah ada perbedaan?” tanya Dokter sambil mulai memeriksa badan Faiz.

Semua mengamati Dokter, dengan mulut membisu. Dokter mencatat semua hasil pemeriksaan. Kamar sunyi, semua menunggu penjelasan dokter.

Dokter duduk di kursi plastik yang disediakan Ibu. sembari masih sibuk menulis hasil pemeriksaan dan resep obat.

“Pak, Bu, menurut hasil pemeriksaan saya, anak Bapak terkena gangguan pernafasan serius. Silahkan, ada tambahan obat satu lagi.

“Semoga lekas sembuh!” Sambil menyerahkan hasil pemeriksaan, Dokter berdiri untuk pamit.

Faiz dirawat di rumah sakit ANNA selama satu minggu. Satu minggu waktu yang sangat lama bagi Faiz. Dengan penuh kesabaran keluarga Faiz menjalani ujian Allah. Ujian Allah menjadikan insan manusia lebih kuat

Other Stories
Kasih Ibu #1 ( Hhalusinada )

pengorbanan seorang ibu untuk putranya, Angga, yang memiliki penyakit skizofrenia. Ibu rel ...

Hujan Yang Tak Dirindukan

Mereka perempuan-perempuan kekar negeri ini. Bertudung kain lusuh, berbalut baju penuh n ...

Love Of The Death

Cowok itu tak berani menatap wajah gadis di sampingnya. Pandangannya masih menatap pada ...

Ada Apa Dengan Rasi

Saking seringnya melihat dan mendengar kedua orang tuanya bertengkar, membuat Rasi, gadis ...

Autumns Journey

Akhirnya, Henri tiba juga di lantai sepuluh Apartemen Thamrin. Seluruh badannya terasa p ...

Kk

jjj ...

Download Titik & Koma