by Titikoma
3. 7 Misteri Korea
Hari Pertama di Korea
Meliput tempat wisata yang indah di Korea sudah biasa banget, pasti sudah banyak majalah-majalah lain yang melakukan hal itu. Makanya Devi dan Dimas memutuskan datang ke Korea bukan untuk meliput tempat wisata yang indah, namun justru meliput tempat-tempat angker yang menyimpan banyak misteri.
Tema majalah edisi spesial yang akan terbit bulan depan adalah 7 Misteri di Korea. Mereka akan mendatangi 7 tempat misteri di Korea. Perjalanan mereka mendatangi 7 tempat misteri itu dimulai dari hari ini.
Rumah Sakit Jiwa Gonjiam, tempat berpijak Devi dan Dimas saat ini. Dimas yang memilih tempat ini sebagai tempat pertama yang dikunjungi. Rumah Sakit Jiwa Gonjiam yang terletak di Kota Gwangju, Korea Selatan ini tak berbeda dengan bangunan tua pada umumnya, namun bangunan yang mulai ditumbuhi jamur dan lumut ini adalah salah satu tempat yang menyimpan sebuah kisah misteri.
Rumah sakit yang saat ini telah terbengkalai dan telah berhenti beroperasi sejak belasan tahun silam dikenal oleh masyarakat Korea Selatan sebagai sebuah rumah sakit berhantu. Bahkan masyarakat sekitar percaya jika rumah sakit ini adalah tempat berkumpulnya para roh-roh jahat. Terlebih lagi setelah rumah sakit yang ditutup sejak 16 tahun yang lalu atau sekitar akhir 90-an tersebut dibiarkan terbengkalai, di mana dinding-dindingnya mulai retak, pintu, lemari, kaca jendela, atap-atap dan seluruh peralatan rumah sakit dibiarkan berserakan, seolah menambah nuansa mistis.
Jujur saat pertama kali Devi menginjakkan kaki di rumah sakit jiwa ini, semua bulu kuduknya berdiri. Dia mulai merasakan adanya energi negatif di sini. Tapi demi kesuksesan liputannya, dia pun memberanikan diri memasuki rumah sakit jiwa ini.
Devi sudah siap menanyakan segala tentang rumah sakit jiwa pada Han Jie Eun dan Lee Young Jae. Dia mengambil smartphone dari dalam tas, kemudian dia menyentuh icon perekam suara di layar smartphone agar apa yang dikatakan Han Jie Eun tersimpan.
Devi melirik ke arah suaminya dulu, ternyata suaminya itu sudah sibuk dengan kamera LDR kesayangannya untuk memotret apa yang ada di sekitar sini. Dia berharap ada sosok penampakan yang tertangkap dalam foto yang diambil suaminya biar makin ngehits.
“Han Jie Eun, coba ceritakan bagaimana awal mula rumah sakit jiwa ini menjadi angker?” Devi mulai melempar pertanyaan pertamanya.
“Rumah sakit yang saat ini telah terbengkalai dan telah berhenti beroperasi sejak belasan tahun silam, dikenal oleh masyarakat Korea Selatan sebagai sebuah rumah sakit berhantu. Bahkan masyarakat sekitar percaya jika rumah sakit ini adalah tempat berkumpulnya para roh-roh jahat. Terlebih lagi setelah rumah sakit yang di tutup sejak 16 tahun yang lalu atau sekitar akhir 90-an tersebut dibiarkan terbengkalai, dimana dinding-dindingnya mulai retak, pintu, lemari, kaca candela, atap-atap dan seluruh peralatan rumah sakit dibiarkan berserakan seolah menambah nuansa mistis.”
“Ada hal mistis apa yang sering terjadi di tempat ini?”
“Aku sering mendengar dari masyarakat sekitar, banyak kejadian aneh yang terjadi di tempat ini, bahkan kabarnya orang-orang yang pernah memasuki tempat itu akan mengalami pengalaman mistis. Mulai dari suara-suara teriakan atau tangisan hingga beberapa luka seperti bekas cakaran. Tidak hanya itu, umumnya mereka yang mencoba masuk juga mengalami trauma yang sangat mengenaskan setelah mereka bertemu dengan sosok makhluk kasat mata yang menghuni rumah sakit.”
“Terus… apakah ada mitos yang tersimpan di tempat ini?”
“Mitos?” Han Jie Eun terlihat menggaruk kepalanya. “Wah, kalau soal itu aku kurang tau. Aku tak pernah mendengar tentang mitos di sini.”
“Mitos yang ada di tempat ini adalah jika sepasang suami istri datang ke tempat ini, maka salah satu di antaranya akan ada yang mati,” terdengar suara mengejutkan dari cowok yang di sebelah Han Jie Eun.
Perasaan Devi campur aduk mendengar ucapannya, antara senang dan takut. Senang karena akhirnya cowok itu mengeluarkan suara juga, dari kemarin dia diam saja, di sisi lain dia takut apa yang diucapkan cowok itu menjadi kenyataan.
Dengan cepat Devi menggelengkan kepalanya. “Aku nggak boleh percaya sama mitos. Aku hanya boleh percaya dengan takdir Allah, aku tak mau kejadian saat meliput di 7 keajaiban dunia terulang kembali,” batin Devi.
Tiga bulan yang lalu saat dirinya meliput tempat 7 keajaiban dunia bersama Dimas, dia terlalu memercayai mitos Arca Urung, mitos yang ada di candi Borobudur. Gara-gara mitos itu hubungannya dengan Dimas retak, bahkan ada pihak yang mencoba memisahkan mereka. Maka dari itu kali ini Devi sekarang mencoba untuk tidak memercayai mitos lagi.
“Eh, perutku laper nih. Kita makan dulu yuk!” tiba-tiba Dimas berkata seperti itu, padahal lagi asyik menyusuri dan mencari tahu tentang rumah sakit jiwa ini.
Devi melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Jarum jam telah menunjukkan pukul dua belas siang. “Oh iya, sudah jam makan siang. Kita makan siang dulu yuk?” ajak Devi.
“Baiklah, kita makan siang dulu.”
Devi, Dimas, Han Ji Eun dan Lee Young Jae melangkahkan kaki keluar dari rumah sakit jiwa ini. Sesampai di luar, mereka langsung masuk ke mobil. Perjalanan selanjutnya adalah ke restoran. Soal restoran mana, biar Han Ji Eun yang menentukan.
***
Devi tak salah memilih Han Jie Eun yang menentukan tempat makan siangnya. Pasalnya tempat yang dipilih Han Jie Eun adalah Baengnyeonok. Restoran ini berlokasi di Seocho3-dog, Seocho-gu, Seoul.
Devi tahu restoran ini terkenal dengan hidangan tofu. Eits, tofu yang dimaksud bukan Tofu grup vocal yang personelnya Uya Kuya, melainkan tofu yang dimaksud adalah salah satu makanan tinggi protein.
Han Jie Eun melambaikan tangan memanggil waiters restoran ini. Tak lama kemudian datanglah waiters dengan membawa buku menu. Buku menu pun diserahkannya pada Devi, Dimas, Han Jie Eun dan Lee Young Jae. Waiters itu tersenyum dan berbicara menggunakan bahasa yang tak dimengerti oleh Devi.
“Eh, Han Jie Eun… waiters itu barusan ngomong apa?” tanya Devi berbisik pada Han Jie Eun.
“Waiters tadi bilang selamat datang di restoran kami. Kalian mau pesan apa?”
Devi mengangguk paham. Dia pun membuka buku menu. Makanan yang tertulis di buku menu: Jayeonsik sundubu baekban, Dubu jeongol, Bimbimbap. Devi garuk-garuk kepalanya, bingung mau makan apa.
“Han Jie Eun, makanan yang halal di restoran ini apa?” tanya Devi sebelum memesan makanan yang dipilihnya.
“Kau tenang saja, restoran ini terkenal sebagai restoran halal di Korea. Tentu saja menu makanan yang ada di sini sudah teruji kehalalannya.”
Devi bernapas lega mendengar penuturan Han Jie Eun. Itu artinya dia terhindar dari apa yang ditakutinya selama ini. Ada dua hal yang paling ditakutinya yaitu memakan hak orang lain dan memakan makanan haram.
Mendengar semua makanan di restoran ini halal, Devi sudah bisa menentukan makanan yang pas untuk lidahnya. “Aku pesen Jayeonsik sundubu baekban, jeongol, dan bingsu.”
Jeongol adalah makanan Korea berupa berbagai sup yang direbus di dalam panci besar, dan dihidangkan di tengah-tengah meja untuk dimakan bersama. Dibandingkan dengan jjigae yang hanya berisi satu jenis bahan utama, bahan untuk isi jeongol biasanya jauh lebih beragam. Berbeda dari jjigae yang bermula dari makanan rakyat, jeongol seperti halnya gujeolpan bermula dari makanan untuk kalangan bangsawan atau anggota keluarga kerajaan.
Makanan ini biasanya berisi irisan daging sapi, jeroan, berbagai jenis makanan laut, dan ditambah berbagai jenis sayuran, jamur, dan bumbu-bumbu lain. Semua bahan direbus bersama di dalam panci dangkal untuk memasak jeongol yang disebut jeongolteul.
Kalau bingsu itu merupakan es campur ala Korea yang merupakan menu dessert terenak di restoran ini. Komposisi bingsu ini adalah es serut yang dilengkapi dengan buah-buahan, wafer atau biskuit, yang kemudian ditambahkan topping es krim di atasnya. Benar-benar menggugah selera, apalagi ketika musim panas di Korea Selatan yang membuat gerah. Bahkan, tak hanya cocok dinikmati saat musim panas saja, musim dingin pun saya tetap dengan senang hati menikmati menu satu ini, karena memang cita rasanya yang enak dan cocok untuk dinikmati di semua musim.
“Kalau kamu mau pesan menu apa, Dim?” tanya Devi.
“Kalau aku pesan menu yang sama denganmu aja deh,” jawab Dimas. Han Jie Eun pun menyampaikan pesanan Devi dan Dimas menggunakan bahasa Korea.
Waiters itu berlalu dari hadapan mereka, mungkin dia ingin menyiapkan pesanan mereka semua. Sembari menunggu kedatangan waiters membawa makanan pesanannya, Devi memanfaatkan waktu dengan mengotak-atik smartphone kesayangannya.
Pertama-tama dia update status di BBM dulu. Isi statusnya, “Lagi makan siang di restoran Baengnyeonok with my husband, dan 2 orang pemandu wisata. Hayo siapa yang mau ikut?”
Ting… Tong
Smartphone Devi berbunyi, ada pesan BBM masuk dari Riana. Isi pesannya. “Wah, enak banget lo bisa makan di restoran Korea. Gue mau dong dibungkusin menu makanan yang ada di sana hehehe…”
Devi membalas pesan BBM Riana, “Oke, wait.”
Devi beralih menyentuh logo kamera di layar smartphone-nya. Diarahkannya smartphone pada buku menu. Saat dia merasa posisinya sudah pas, dia pun menyentuh icon gambar kamera yang terletak di bagian bawah smartphone. Klik, tersimpanlah foto buku menu tersebut. Foto buku menu itu dikirimkan Devi ke Riana lewat pesan BBM. Di keterangan foto, “Nih, pesanan lo gue kirim tapi foto buku menunya aja ya hahaha…”
Dimas memasang wajah bête, dia tampaknya tak suka dengan apa yang dikerjakan Devi. “Dev, kamu deso banget sih buku menu aja pake difoto segala.”
“Biarin, siapa tau berguna buat tambahan tulisan artikel yang aku bikin nanti.”
“Arsha Magazine itu majalah pariwisata, bukan majalah kuliner!”
“Bodo amat, kamu lupa kalo Om Dhanu kan bilang kita meliput segala tentang Korea? Berarti termasuk kulinernya juga dong?”
“Terserah kamu deh,” Dimas akhirnya mengalah. Dari zaman pacaran, dia memang tak pernah menang jika debat tak penting dengan Devi.
Waiters datang membawa pesanannya. Devi sudah tak sabar mencicipi menu Jayeonsik sundubu baekban, jeongol. Namun sebelum mencicipi dua menu tersebut, dia terlebih dahulu melakukan ritual. Ritual pertama berdoa sebelum makan, ritual kedua adalah foto selfie.
“Ya, ampun Dev. Kamu itu ribet banget sih jadi orang, dikit-dikit foto,” Dimas mulai mengomel.
“Ya, nggak apa-apa dong. Mumpung di Korea, ini itu kenang-kenangan kalau kita pernah makan di restoran Korea.”
Devi mengambil tongkat narsis dari tasnya lalu memasang smartphone pada tongkat narsisnya tersebut. Dia mengatur self-timer lima menit. Yang memegangi tongkat narsisnya si Han Jie Eun. Gaya yang dipakainya kali ini tak aneh-aneh, hanya memasang senyum manis dan tangannya memegang piring berisi makanan Jayeonsik sundubu baekban.
1… 2… 3
Kilatan blitz terlihat di smartphone-nya, itu artinya foto tadi sudah tersimpan. Langsung saja Devi meng-upload foto tersebut di akun Instagram-nya. Setelah itu barulah dia menyantap semua makanan yang ada di depannya. Hmmm… yummy.
***
Setelah puas makan di restoran Baengnyeonok, Devi dan Dimas kembali melanjutkan perjalanan. Tepat jam dua siang mereka telah tiba di Rumah Hantu Yeongdeok. Devi lah yang menentukan tempat ini sebagai tempat liputan keduanya. Devi tahu Rumah Hantu Yeongdeok, tempat paling seram Di Korea Selatan.
Dari situs internet yang pernah dibaca Devi, Rumah Hantu Yeongdeok ini berdiri tegak menghadap ke arah laut. Rumah angker yang tidak terurus dan berada di tepian air laut, dipercayai sebagai tempat hantu berbaring untuk menunggu.
Devi, Dimas, Han Jie Eun dan Lee Young Jae memberanikan diri memasuki rumah hantu Yeongdeok. Sontak Devi menutup hidung, banyak sekali debunya. Bukan hanya itu saja, Rumah Hantu Yeongdeok ini sangat kumuh, gelap, dan lembap.
“Devi, Dimas… kalian harus waspada, di rumah ini benar-benar berbahaya karena ada lubang yang bisa membuat orang terjatuh dan menyebabkan kematian,” Han Jie Eun memberikan peringatan pada Devi dan Dimas.
Alat perekam sudah siap. Sekarang Devi tinggal menanyakan tentang tempat ini ke Han Jie Eun. “Han Jie Eun, apa yang kau ketahui tentang tempat ini?”
“Yang aku tahu rumah ini dulunya digunakan sebagai restoran dan pernah ramai sekitar tahun 1980. Siapapun yang usaha di tempat ini selalu bangkrut, kabarnya bangunan ini panas dan tidak cocok untuk ditempati. Berganti empat kali kepemilikan selalu saja pemiliknya bangkrut dan gagal. Tidak pengaruh meski lokasinya strategis berada di atas bukit dan bisa melihat pemandangan indah ke pantai timur Korea Selatan. Akhirnya bangunan dikosongkan dan ditinggalkan.”
“Terus apa yang menyebabkan rumah ini berhantu? Apakah benar ada gadis bunuh diri di basement?” tanya Devi lagi.
“Tidak, Cerita tentang gadis bunuh diri di basement hanya buah bibir warga setempat saja, tidak pernah ada kejadian seperti itu. Hasil penyelidikan menyebutkan rumah Yeongdeok adalah lokasi pemakaman ratusan tentara pelajar yang dikorbankan oleh tentara sekutu yang berusaha mengalihkan perhatian pasukan lawan, Korea Utara. Dikuburkan dengan keadaan seadanya di bukit tersebut. Semua jenazah tidak pernah dipindahkan ke makam yang wajar. Tidak ada penghargaan atas pengorbanan yang telah dilakukan. Padahal mereka berperan dalam kemenangan pasukan Korea Selatan. Arwah-arwah tentara pelajar inilah yang tidak tenang dan sering menampakkan diri. Maka ini bisa disambungkan dengan cerita dua orang paranormal yang pernah bertapa di rumah ini dan katanya didatangi pemuda berpakaian tentara.”
Detik demi detik terus berlalu. Tanpa terasa sudah dua jam berada di sini. “Devi, Dimas… sebaiknya kita pulang ke apartemen saja, hari sudah senja, sebentar lagi matahari akan tenggelam. Seorang paranormal setempat pernah menerawang isi rumah hantu ini, dia menjelaskan penunggu rumah ini sering menampakkan diri kepada para pengunjung yang berada di sekitar rumah hantu Yeongdeok, terlebih bila nekat masuk ke dalam.”
“Ya sudah, kita pulang.”
Seharian full Devi dan Dimas jalan-jalan menyusuri tempat-tempat angker di Korea. Melelahkan memang, namun mereka dapat pengalaman dan pengetahuan baru. Devi tak menyesal pergi ke Korea.
***
Sudah jam 12 malam, Devi masih saja terjaga. Dia terjaga karena masih sibuk mengetik artikel pariwisata, hasil liputannya tadi siang. Bagaimana dengan Dimas? Tak usah ditanya lagi, si Dimas sudah ngorok.
“Dev, jam segini kok belum tidur? Tidur gih, ntar kamu sakit loh,” Dimas menasihati Devi.
“Iya, sebentar. Lagi nanggung nih.”
Devi itu memiliki karakter yang tidak suka menunda pekerjaan. Jika sudah melakukan suatu pekerjaan, dia harus menyelesaikannya. Tak menunda sampai esok hari. Hal itu karena dia sadar, besok belum tentu bisa bernapas.
Detik demi detik silih berganti. Tanpa terasa sudah satu jam Devi mengetik pariwisata. “Huft, akhirnya selesai juga artikel yang kutulis.”
Dia pun membaca ulang hasil ketikannya.
7 Misteri di Korea.
Seperti yang kita tahu Negara Korea Selatan itu penuh dengan tempat wisata yang indah, Drama yang keren, dan boy band/girl band. Tapi tahukah kamu di Korea juga memiliki tempat-tempat angker? Arsha magazine edisi spesial ini menjabarkan 7 tempat misteri di Korea. Apa aja sih? Cekidot:
1. Rumah sakit jiwa Gonjiam
Rumah sakit yang saat ini telah terbengkalai dan telah berhenti beroperasi sejak belasan tahun silam, dikenal oleh masyarakat Korea Selatan sebagai sebuah rumah sakit berhantu. Bahkan masyarakat sekitar percaya jika rumah sakit ini adalah tempat berkumpulnya para roh-roh jahat. Terlebih lagi setelah rumah sakit yang ditutup sejak 16 tahun yang lalu atau sekitar akhir 90-an tersebut dibiarkan terbengkalai, di mana dinding-dindingnya mulai retak, pintu, lemari, kaca jendela, atap-atap dan seluruh peralatan rumah sakit dibiarkan berserakan, seolah menambah nuansa mistis.
Masyarakatt sekitar sering mengalami kejadian aneh. Mulai dari suara-suara teriakan atau tangisan hingga beberapa luka seperti bekas cakaran. Tidak hanya itu, umumnya mereka yang mencoba masuk juga mengalami trauma yang sangat mengenaskan setelah bertemu dengan sosok makhluk kasat mata yang menghuni rumah sakit ini.
Tempat ini juga menyimpan mitos misteri. Mitos yang ada di tempat ini adalah jika sepasang suami istri datang ke tempat ini, maka salah satu di antaranya akan ada yang mati.
2. Rumah Hantu Yeongdeok
Rumah Hantu Yeongdeok ini berdiri tegak menghadap ke arah laut. Rumah angker yang tidak terurus dan berada di tepian air laut, dipercaya sebagai tempat hantu berbaring untuk menunggu.
Orang yang mencoba memasuki rumah hantu ini harus ekstra hati-hati karena ada lubang yang bisa membuat orang terjatuh dan menyebabkan kematian.
Dulu rumah hantu ini digunakan sebagai restoran dan pernah ramai sekitar tahun 1980-an. Siapapun yang usaha di tempat itu selalu bangkrut, kabarnya bangunan ini panas dan tidak cocok untuk ditempati. Berganti empat kali kepemilikan selalu saja pemiliknya bangkrut dan gagal. Tidak pengaruh meski lokasinya strategis berada di atas bukit dan bisa melihat pemandangan indah ke pantai timur Korea Selatan. Akhirnya bangunan dikosongkan dan ditinggalkan.
Cerita tentang gadis bunuh diri di basement hanya buah bibir warga setempat saja, tidak pernah ada kejadian seperti itu. Hasil penyelidikan menyebutkan rumah Yeongdeok adalah lokasi pemakaman ratusan tentara pelajar yang dikorbankan oleh tentara sekutu yang berusaha mengalihkan perhatian pasukan lawan, Korea Utara.
Dikuburkan dengan keadaan seadanya di bukit tersebut. Semua jenazah tidak pernah dipindahkan ke makam yang wajar. Tidak ada penghargaan atas pengorbanan yang telah dilakukan. Padahal mereka berperan dalam kemenangan pasukan Korea Selatan.
Arwah-arwah tentara pelajar inilah yang tidak tenang dan sering menampakkan diri. Maka ini bisa disambungkan dengan cerita dua orang paranormal yang pernah bertapa di rumah ini dan katanya didatangi pemuda berpakaian tentara
Devi tersenyum puas membaca artikel yang diketiknya. Mendadak rasa kantuk menyerang matanya. Dia pun memutuskan untuk segera tidur. Sebelum mematikan laptop, dia terlebih dahulu menyimpan file ketikannya itu ke sebuah grup khusus di Facebook. Buat jaga-jaga siapa tahu laptop eror dan harus diinstal ulang, jadi file yang diketiknya masih bisa diselamatkan.