7 Misteri Di Korea

Reads
173
Votes
0
Parts
11
Vote
by Titikoma

6. Interogasi Part 1

Masih hari ketiga di Korea, pukul 21.00.
Detektif Tiga Serangkai selama ada di Korea tinggal satu apartemen bersama Devi dan Dimas. Tentu saja Devi dan Dimas tak keberatan dengan hal itu. Mereka justru senang, karena mereka yakin tim Detektif Tiga Serangkai bisa membuat suasana apartemen menjadi ramai.
Sedangkan Om Dhanu begitu mengantar Devi, Dimas dan detektif Tiga Serangkai ke apartemen, dia langsung berpamitan pulang ke Indonesia. Katanya masih banyak pekerjaan lain di Indonesia.
Hari sudah semakin larut, jarum jam yang menempel di dinding ruang tamu apartemen telah menunjukkan pukul sembilan malam waktu Korea. Namun tak ada satu pun di antara Devi, Dimas, dan detektif Tiga Serangkai yang tidur. Mereka lagi asyik mengobrol.
Taufiq, sang ketua detektif menceritakan awal mula terbentuknya Detektif Tiga Serangkai. Awal mula terbentuk tim detektif ini karena Taufiq mengidolakan Kapten Kosasih dan Polisi Gozali, tokoh di novel S Mara GD, maka dari itu ia ingin menjadi polisi sekaligus detektif seperti Kapten Kosasih. Untung ia memiliki sahabat seperti Hambali dan Ilham, cita-cita mereka pun sama dengan dirinya. Sejak saat itu tercetuslah nama’detektif tiga serangkai’ sebagai tim detektif mereka.
Di tengah perjalanan, Detektif tiga serangkai bertemu dengan Letnan Arif. Letnan Arif membutuhkan detektif untuk membantu menganalisa kasus yang ia tangani. Sebagai ketua tim, Taufiq merasa tertarik bekerja sama dengan Letnan Arif. Ia bersedia membantu Letnan menganalisa kasus-kasus kriminal.
Tepat di usia 3 tahun berjalannya ‘Detektif Tiga Serangkai’, ayah Taufiq meninggal dunia. Ayahnya ingin Taufiq menjadi atlet bulu tangkis saja. Demi mewujudkan impian terakhir ayahnya, Taufiq bersedia mundur dari Detektif Tiga Serangkai.
Tapi satu tahun kemudian ada berita di TV tentang penemuan mayat, hal itu membangkitkan hasratnya lagi untuk kembali menangani kasus. Alhamdullilah, sudah sepuluh tahun detektif Tiga Serangkai masih tetap eksis.
Devi dan Dimas menceritakan awal mula mengapa mereka bisa sampai ke negeri ginseng ini. Bukan hanya itu saja, Devi dan Dimas juga menceritakan perjalanan meliput 7 tempat misteri di Korea.
“Aku jadi penasaran gimana sih kronologis kejadiannya sebelum kakak berdua ditahan polisi?” tanya Taufiq.
“Kemarin pagi kami mengunjungi gerbang Sungnyemun bersama Han Jie Eun untuk meliputnya, konon tempat tersebut menyimpan misteri. Setelah Han Jie Eun selesai menceritakan sejarah dan kejadian mistis tentang gerbang Sungnyemun, dia pamit ke toilet karena tak tahan buang air kecil. Satu jam kemudian Jie Han Eun tidak kembali, kami akhirnya memutuskan untuk menyusulnya. Sampai di toilet kami telah menemukan Han Jie Eun dalam kondisi sudah tak bernyawa. Eh, tiba-tiba datang polisi dan menuduh kami sebagai pembunuhnya," Devi menceritakan kronologis yang sebenarnya tanpa ada yang dikurangi atau ditambahi.
“Kakak sudah menceritakan hal itu pada polisi?” kali ini Hambali yang bertanya.
“Tentu saja sudah, tapi Lee Young Jae, kekasih Han Jie Eun tiba-tiba datang ke kantor polisi, dia mengatakan pada polisi bahwa dia melihat dengan kepala mata sendiri bahwa kami membunuh kekasihnya itu.”
Taufiq berpikir keras. “Mendengar cerita kalian aku jadi curiga dengan Lee Young Jae, jangan-jangan dia sendiri yang membunuh kekasihnya, terus dia melemparkan kesalahan ke kalian?” ucap Taufiq.
“Aku juga berpikiran sama sepertimu, Fiq…” Dimas menyahut ucapan Taufiq.
Taufiq mengedarkan pandangan ke arah Ilham. Namun Ilham terlihat sibuk mencari sesuatu di dalam tasnya. Tak lama kemudian ia mengeluarkan buku tulis dan bolpen, lalu ia menuliskan sesuatu di buku itu. Ilham itu tunawicara alias bisu, cara Ilham berkomunikasi dengan orang adalah dengan menulis kata-kata di buku atau kertas.
Dalam kasus pembunuhan, siapapun bisa jadi pembunuh. Kita tidak boleh dengan mudahnya mengklaim Lee Young Jae pembunuh Han Jie Eun. Kita harus selidiki dulu.
“Benar juga apa yang dikatakan Ilham. Gimana kalau esok kita mulai menginterogasi beberapa sahabat atau orang terdekat Han Jie Eun? Interogasi part 1 alias orang pertama yang kita interogasi adalah Lee Young Jae,” Hambali memberikan usul.
“Setuju,” ucap Devi, Dimas dan Taufiq secara bersamaan.
“Kak Devi, Kak Dimas… kalian punya nomor Lee Young Jae?” tanya Taufiq.
“Punya, kamu mau aku menghubungi dia?” tanya Devi balik.
“Biar aku saja yang menelepon dia, soalnya kalau Kak Devi yang nelepon bisa-bisa dia langsung menolak ketemu.”
Devi kagum dengan kecerdasan Taufiq, dia bisa berpikir ke arah sana. Dia pun meraih smartphone-nya di laci meja. Lalu dia telusuri buku telepon di nomornya, begitu menemukan nomor Lee Young Jae, dia menyerahkan smartphone-nya pada Taufiq. “Nih, nomornya.”
Taufiq menekan nomor sesuai yang tertera di smartphone, ketika dirasa nomor sudah komplit, dia langsung menekan tombol yes/oke.
Tuuuut… Tuut
“Aduh, siapa nih? Ganggu orang tidur aja nelepon malam-malam,” orang di seberang telepon mengomel.
“Maaf, mengganggu waktu tidur Anda. Saya dari kepolisian, besok bisakah saya bertemu dengan Anda? Saya ingin meminta keterangan Anda sebagai saksi pembunuhan Han Jie Eun.”
“Tentu bisa.”
“Oke, kapan dan di mana kita ketemu?”
“Gimana kalau di kampus saya saja, University of Seoul? Soalnya besok seharian full tak ada di rumah.”
“Oke, baiklah.”
Taufiq memutuskan sambungan telepon.
“Nah, sekarang lebih baik kita tidur, biar besok kita lebih fit dalam interogasi part 1.”
“Kali ini aku setuju lagi dengan idemu.”
Hari keempat di Korea
Pagi-pagi sekitar jam sembilan waktu Korea, Devi, Dimas dan Tim Detektif Tiga Serangkai sudah tiba di University of Seoul, tempat Lee Young Jae kuliah. Universitas of Seoul adalah sebuah universitas terkemuka di Korea Selatan. Terletak di Seoul, universitas ini didirikan pada 22 Agustus 1946 dengan menggabungkan 10 perguruan tinggi di sekitar wilayah Seoul dan sering dianggap sebagai perguruan tinggi paling prestisius di Korea Selatan. Lebih dari 30.000 mahasiswa belajar di Universitas Nasional Seoul, sementara jumlah staf universitas mencapai 1.900. Mottonya adalah Veritas lux mea, bahasa Latin artinya, "Kebenaran adalah cahaya saya."
Begitu memasuki gerbang kampus mereka berpencar. Tim Detektif Tiga Serangkai ke arah kanan menemui sosok Lee Young Jae, sedangkan Dimas dan Devi ke arah kiri.
Mereka menyusuri kampus untuk meliput kampus ini yang konon berhantu. Devi merasa ada yang berbeda dengan liputannya kali ini. Tanpa adanya pemandu wisata. Mau tak mau untuk mengetahui misteri apa yang ada di kampus ini, Devi langsung menanyakannya pada mahasiswa, mahasiswi atau dosen di kampus ini.
Devi celingak-celinguk mencari orang yang tepat untuk diwawancarai. Akhirnya matanya tertuju pada seorang gadis yang duduk di bawah pohon beringin sambil membaca buku. “Sepertinya dia orang yang tepat buat kuwawancarai.”
“Dim, aku ke sana dulu ya. Ingin mewawancarai gadis itu,” ucap Devi minta izin pada suaminya.
“Oke, nanti kalau wawancaranya selesai, sms aku ya.”
“Sip.”
Devi melangkahkan kaki mendekati gadis itu. Begitu sudah berada di depannya dia menyapa gadis itu dengan ucapan, “Annyeong Haseyo.”
“Annyeong Haseyo,” jawab gadis itu membalas sapaan Devi.
“Do you speak English?"
“Yes, little by little I could."
"Thank goodness. I'm from Arsha Magazine, curious about this campus. Can I interview you?"
"Yes, it should. Please sit down," Gadis itu mempersilakan Devi duduk di sebelahnya. Devi pun memenuhinya.
"I hear this campus a lot of ghosts? Really?"
"Yes, that is so."
"Can you tell me the history of this campus so many spirits?”
"If I do not know the story of its history, but certainly this campus is an old building that was built since colonial times."
"There is a mystical events what often happens on this campus?"
“Not least also the student or the student who often accosted by spirits. Sometimes also occur poltergeist phenomena or goods that move by themselves. But not all ghosts here is an evil ghost. For example, in several rooms of the campus that often signifies a fragrant smell good ghosts are all around us. But there is also in some campus room smell rancid blood disturbing occupants. Interestingly, treatment of these ghosts terhapa the students depending on the nature of his students. If the recalcitrant student, then the ghost would like to bully them. But if the good student, ghost also not hesitate to help them.”
Devi merasa wawancaranya cukup sampai di sini. Dia pun bangkit dari tempat duduk lalu mengucapkan terima kasih banyak pada gadis itu menggunakan bahasa Korea. “Gamsahamnida.” [2]
“Cheonmaneyo.”[3]
Sesuai janjinya ketika selesai wawancara, Devi mengirimkan sebuh SMS untuk Dimas.
Sayang, aku sudah selesai mewawancarai mahasiswi nih. Kamu sudah selesai belum memotret?
Baru beberapa menit smsnya terkirim, smartphone-nya sudah bergetar. Ternyata ada satu pesan diterima. Dia menyentuh icop amplop pada layar smartphone untuk membaca pesan tersebut
2= terima kasih
3=Sama-sama
From : My Husband Dimas
Iya, aku sudah selesai kok. Oke, aku segera ke sana sambil menunggu kedatangan tim Detektif Tiga Serangkai kembali.
***
Tugas meliput University of Seoul dan menginterogasi Lee Young Jae semua berjalan dengan lancar. Tak ada hambatan apapun. Devi, Dimas dan Detektif Tiga Serangkai merasa tak perlu berlama-lama di kampus ini, jadi mereka memutuskan langsung pulang saja.
Sebelum pulang ke apartemen, mereka mampir ke restoran Agra dulu untuk mengisi perut, kebetulan sekarang sudah jam makan siang. Agra merupakan perpaduan restoran India dan China. Restoran ini pun dilengkapi dengan design aksesori nan cantik yang makin menambah semangat keinginan untuk makan.
Jenis makanan yang terkenal di sini ialah The Tandoori Chiken dan menu makanan terbuat dari kari. Agra Berlokasi di Itewon 1-dong, Yongsan-gu, Seoul. Ketika memasuki restoran, mereka memilih duduk di kursi bagian tengah paling depan.
“Taufiq, Hambali… aku penasaran deh kalian bertiga menginterogasi Lee Young Jae itu seperti apa?” tanya Dimas.
“Iya, nih aku juga penasaran akan hal itu. Ceritain dong kalian ngomongin apa aja! Oh iya saat kalian interogasi Lee Young Jae, dia ada jelek-jelekin aku dan Dimas nggak?” tanya Devi bertubi-tubi.
“Kalian mau tau aja apa mau tau banget nih?” Taufiq menggoda Devi dan Dimas dengan menirukan gaya bicara anak-anak alay zaman sekarang.
“Ih, nyebelin deh ditanya serius jawabnya gitu,” ujar Devi sambil memanyunkan bibirnya. Itu artinya lagi mengambek.
Hambali angkat bicara. “Kak Devi dan Kak Dimas, kalau kalian penasaran dengan apa yang kami omongin sama Lee Young Jae, kalian tak perlu khawatir. Aku sudah merekam pembicaraan tadi di smartphone. Kalian mau dengar?”
“Mau bingit, mau bertubi-tubi,” giliran Devi menirukan gaya bicara anak-anak alay zaman sekarang.
Hambali merogoh saku celananya, tak lama kemudian dia mengeluarkan smartphone. Benda itu langsung diserahkannya pada Devi, “Rekaman pembicaraan dengan Lee Young Jae, ada di folder rekaman. Nama file rekamannya interogasi part 1 with Lee Young Jae.”
Devi menerima smartphone itu, lalu tangannya menari lincah mengotak-atik isi smartphone mencari file yang dimaksud Hambali. Akhirnya menemukannya, dia klik play.
“Permisi, apakah kau yang bernama Lee Young Jae?”
“Iya, betul. Kalian Detektif Tiga serangkai?”
“Yups, boleh interogasinya langsung mulai saja untuk menghemat waktu.”
“Baiklah.”
“Pertanyaan pertama sebenarnya kau siapanya Han Jie Eun?”
“Pacar sekaligus calon suami. Aku baru saja melamarnya, kami akan menikah sebentar lagi, eh Han Jie Eun keduluan diambil Tuhan.”
“Berapa lama kau menjalin cinta dengannya?”
“Sekitar delapan tahun.”
“Apa pekerjaan kau?”
“Pemandu wisata, sama seperti Han Jie Eun. Ke mana-mana kami selalu berdua.”
“Jadi saat Han Jie Eun menghembuskan napas terakhir, kau ada di dekatnya?”
“Tidak. Waktu itu saya sakit, tapi ketika siang hari perasaan saya tak enak, maka saya memutuskan menyusul Han Jie Eun. Eh pas tiba di sana saya melihat Devi dan Dimas dengan sadisnya membunuh kekasih saya.”
“Apakah kau punya barang bukti?”
“Tidak. Sebelum polisi datang pasti mereka sudah terlebih dahulu menyembunyikan atau membuang barang barang tersebut.”
“Kapan kau terakhir kali bertemu dengan kekasihmu?”
“Kemarin lusa.”
“Satu pertanyaan terakhir, apakah di Korea, Han Jie Eun mempunyai sahabat terdekat? Kalo ada, Siapa namanya?”
“Choi Hanna.”
Smartphone Hambali tak ada suaranya lagi, itu artinya rekaman sudah habis, “Gimana, kalian puas mendengar percakapan kami dengan Lee Young Jae?” tanya Hambali.
“Belum. Dari percakapan itu kami sama sekali tak menemukan petunjuk bahwa Lee Young Jae pembunuh Han Jie Eun,” jawab Dimas.
“Menemukan pembunuh yang sebenarnya itu nggak bisa langsung. Harus step by step. Walaupun sekarang kami tak menemukan petunjuk bahwa Lee Young Jae pembunuh Han Jie Eun, setidaknya kami sudah mendapatkan informasi tentang sahabat terdekatnya Han Jie Eun. Besok rencananya kami akan mendatangi rumah sahabatnya itu untuk melakukan interogasi part 2,” jelas Taufiq.
Ilham tiba-tiba menarik lengan baju Devi, sontak dia menoleh ke Ilham. Ilham menyerahkan selembar kertas. “Hey, kalian ini dari tadi ngobrol saja. Kapan kita makan? Aku sudah lapar tau,” ujar Devi membaca tulisan di kertas yang diberikan Ilham.
“Oh iya, saking asyiknya ngobrol kita sampai lupa pesen makanan. Kita pesen makan sekarang ya,” ucap Dimas.
Dimas melambaikan tangan. “Waiters.”
Restoran ini berbeda dari restoran lainnya. Waiters di restoran ini bisa berbahasa Indonesia. Tak lama kemudian waiters datang menghampiri meja mereka. Dan waiters itu menyerahkan buku menu pada Devi, Dimas dan Detektif Tiga Serangkai.
Selain ada menu The Tandoori Chiken, di restoran ini juga menyajikan menu Gimbap, Bulgogi, Ramyeon, dan semua makanan khas Korea ada. “Kalau aku pesen Gimbap dan es teh aja,” ucap Devi.
“Kalau aku pesen Bulgogi dan es jeruk,” ucap Dimas.
“Kalian bertiga pesan apa?” tanya Devi pada Detektif Tiga Serangkai.
“Kami pesan makanan yang sama kayak Kak Devi dan Kak Dimas aja,” ucap Taufiq dan Hambali bersamaan.
“Jadi pesanannya Bulgogi, Gimbap, es teh, es jeruk semua serba 5 buah kan ya?” tanya waiters.
“Yups, benar sekali.”
“Baiklah, tunggu sebentar.”
Gerbang Sungnyemun
Namdaemun atau Sungnyemun itu sebuah pintu gerbang bersejarah yang berlokasi di jantung Kota Seoul, ibu kota Korea Selatan. Bangunan ini disebut juga dengan nama Sungnyemun, yang berarti Gerbang Upacara Agung, yang tertulis pada papan gerbang.
Penyebutan Namdaemun secara luas digunakan karena letaknya yang berada di bagian selatan dari gerbang-gerbang yang melindungi Hanyang (nama Seoul pada waktu itu). Namdaemun berarti "Gerbang Besar Selatan".
Gerbang ini terletak di wilayah Jung-gu, Namdaemun St 4-Ga 29, antara Stasiun Seoul dan Plaza Kota Seoul. Di dekatnya adalah pasar Namdaemun, sebuah pasar tradisional 24 jam yang sejak berabad-abad telah beroperasi.
Namun ternyata tempat ini menyimpan misteri. Sebelum menceritakan misteri gerbang ini, terlebih dahulu kami menceritakan tentang sejarah gerbang ini.
Namdaemun adalah bangunan kayu tertua di Seoul. Dengan arsitektur dari kayu dan batu dengan atap 2 tingkat, gerbang ini diselesaikan tahun 1398 dan dipergunakan sebagai pintu masuk ke pusat kota, juga untuk penyambutan tamu-tamu negara, serta untuk melindungi kota dari harimau Korea yang sejak lama punah dari Korea Selatan. Konstruksi dimulai pada tahun 1395 selama tahun ke-4 masa pemerintahan Raja Taejo dan diselesaikan tahun 1398. Strukturnya dibangun lagi tahun 1447 dan direnovasi beberapa kali sejak itu. Pada awalnya Namdaemun adalah salah satu dari 3 buah gerbang utama, yang lainnya adalah Dongdaemun (Gerbang Timur), dan Seodaemun (Gerbang Barat) yang sudah lama hancur.
Pada awal abad ke-20, tembok kota yang mengelilingi Kota Seoul dihancurkan oleh pemerintah kolonial Jepang dengan dalih untuk melancarkan aliran lalu lintas di wilayah tersebut. Kunjungan putra mahkota dari Kekaisaran Jepang diduga menjadi alasan penghancuran tersebut. Pada saat putra mahkota tersebut melewati gerbang, penyambutan yang dilakukan sangat berlebihan. Namdaemun tertutup untuk publik pada tahun 1907 setelah pemerintahan kolonial Jepang membangun jalur tream listrik di dekatnya. Pada masa perang Korea, Namdaemun rusak berat dan diperbaiki secara besar-besaran pada tahun 1961, dengan upacara penyelesaian pada 14 Mei 1963. Namdaemun dijadikan sebagai Harta Nasional Korea Selatan nomor 1 pada tanggal 20 Desember, 1962.
Pada sekitar pukul 20:50 tanggal 10 Februari 2008, api membakar Namdaemun dan meluluhlantakkan atap dan struktur kayunya, namun struktur temboknya masih utuh. Api terus berkobar tak terkontrol sehingga sampai tengah malam menghancurkan atapnya, walaupun telah dikerahkan 360 pemadam kebakaran yang berusaha memadamkan apinya.
Sejak saat itu masyarakat yang lewat gerbang ini di malam hari sering mendengar suara tangisan, jeritan minta tolong bahkan mencium bau gosong. Mungkin kebakaran itu memakan korban jiwa. Namun, kisah mistis tersebut hanya terjadi di masa lalu, Akhirnya Sungnyemun dibuka pada tanggal 4 Mei 2013 oleh Presiden Korea Selatan, Park Geun-hye dengan diiringi tradisi Cheondo, parade militer, musik, penari dan upacara doa. Setelah itu tak ada lagi kejadian-kejadian aneh.
University of Seoul
Universitas of Seoul adalah sebuah universitas terkemuka di Korea Selatan. Terletak di Seoul, universitas ini didirikan pada 22 Agustus 1946 dengan menggabungkan 10 perguruan tinggi di sekitar wilayah Seoul dan sering dianggap sebagai perguruan tinggi paling prestisius di Korea Selatan. Lebih dari 30.000 mahasiswa belajar di Universitas Nasional Seoul, sementara jumlah staf universitas mencapai 1.900. Mottonya adalah Veritas lux mea (Latin untuk "Kebenaran adalah cahaya saya").
Universitas of Seoul termasuk tempat paling angker. Tempat ini jadi angker karena kampus ini bangunnnya sudah tua. Tak sedikit juga mahasiswa dan mahasiswi di kampus ini yang sering disapa oleh makhluk halus. Kadang juga terjadi fenomena poltergeist atau barang-barang yang bergerak sendiri.
Tapi tak semua hantu di sini adalah hantu yang jahat. Misalnya di beberapa ruangan kampus yang satu sering tercium bau wangi yang menandakan hantu baik berada di sekitar kita. Namun ada juga di beberapa ruangan tercium bau darah anyir yang mengganggu penghuninya. Uniknya, perlakuan hantu-hantu ini tergantung pada sifat mahasiswa atau mahasiwi. Kalau mahasiswa itu mahasiwi bandel, maka si hantu pun akan suka menjahili mereka. Tapi kalau mahasiswa atau mahasiwi baik, si hantu juga nggak segan-segan nolong mereka.
Devi memandangi tulisan artikel yang baru saja diketiknya. “Nggak kerasa, sudah enam tempat misteri yang aku liput.”
Harusnya dia senang karena sebentar lagi tugasnya selesai. Tapi yang dirasa Devi justru sedih. Air mata pun keluar dengan sendirinya. Dimas, sang suami, tiba-tiba terbangun. Dia bingung. “Sayang, malam-malam kok nangis? Ada apa?”
“Nggak kerasa, sudah enam tempat misteri yang kita liput. Harusnya besok kita sudah pulang ke Indonesia, tapi gara-gara kasus ini kepulangan kita tertunda.”
Dimas membelai rambut Devi. “Sayang, selalu ada hikmah di balik kejadian. Nah, hikmah di balik kasus ini adalah kita bisa lebih lama Di Korea, jadi kita bisa jalan-jalan ke tempat wisata yang indah.”
“Iya, juga ya,” batin Devi. Tangisnya mereda, hatinya pun sudah tak sedih lagi.
“Nah, sekarang sudah malam. Kamu tidur gih, biar besok makin fit jalani aktivitas.”
“Oke, aku matiin laptop dulu ya?” ucap Devi.

Download Titik & Koma

* Available on iPhone, iPad and all Android devices