Ada Apa Dengan Rasi

Reads
183
Votes
0
Parts
16
Vote
by Titikoma

6. Laskar Bintang

“Rasi, kenapa kamu suka bintang?” tanya Maya tanpa mengalihkan pandangannya dari buku Dongeng Bintang Kutub dari India. Ini sudah hari ketiga Rasi berada di pesantren. Adaptasi dengan lingkungan relijius bukanlah hal yang mudah bagi Rasi, tetapi Maya selalu membantunya.
Maya bersedia menjadi alarm-nya setiap pagi sebelum mereka berangkat ke masjid untuk shalat berjemaah. Saat Rasi tak mengerti tentang satu pelajaran, Maya-lah tempatnya bertanya. Begitu pun dengan Maya. Kedatangan Rasi membawa suasana baru baginya.
Rasi membawa pengetahuan yang selama ini tidak pernah terbayangkan oleh benak Maya. Kalau Rasi tak datang ke sini, selamanya Maya tak akan pernah tahu ada puluhan gugusan bintang di langit sana. Selamanya dia pasti akan menganggap kalau bintang-bintang itu terletak tak beraturan, seperti meises cokelat kesukaannya yang ditaburkan di atas donat.
“Kamu sendiri kenapa tertarik sama buku yang kubawa?” Rasi malah balik bertanya. “Buku itu kan tentang bintang, apa ada kemungkinan kamu juga suka bintang?”
Maya menurunkan buku yang tengah dibacanya hingga ke pangkuan. Kemudian tangannya menyibakkan rambut sepunggungnya yang hitam kemilau. Rasi meringis melihat rambut Maya. Saat digerai seperti itu, rambut Maya tak kalah bagus dengan rambut para model iklan shampoo di televisi. Ah, Rasi jadi ingat, rasanya sudah berabad-abad dia tak menonton televisi.
“Aku tertarik sama bukumu karena memang aku suka membaca,” sahut Maya kemudian. “Buku yang kamu bawa ini memberi pengetahuan baru buatku. Soal aku suka bintang sih, aku emang suka lihat bintang.”
“Wah, beneran?” Rasi yang duduk di lantai langsung berdiri dan mendekat ke arah Maya yang sedang duduk di tepian tempat tidur.
Melihat reaksi Rasi, Maya hanya bisa meringis. “Cuma suka lihat, Rasi. Bukan tergila-gila kayak kamu.”
Rasi tersenyum lebar. “Oohh… nggak masalah. Kalau kamu sekarang baru sekadar suka, dua atau tiga bulan lagi kamu pasti akan tergila-gila,” ucap rasi percaya diri.
Maya mencibir. “Masa?”
Rasi lalu duduk di ranjang di samping Maya. “Nanti deh, kapan-kapan aku mintain izin sama Ustaz Faruq buat ngajak kamu ke rumahku.”
“Eh?”
Nyaris saja Rasi terpingkal-pingkal melihat ekspresi terkejut yang ditunjukkan Maya barusan, lalu dia ingat, kalau ada yang memergoki mereka masih belum tidur di jam selarut ini pasti mereka berdua akan dihukum keesokan paginya. Karena itu, Rasi berusaha keras menahan tawanya.
“Iiihh… kamu bercanda ya?” Maya pura-pura merajuk ketika melihat tawa Rasi terbit tanpa suara.
Rasi menggoyang-goyangkan kelima jarinya. “Enggak, enggak. Aku serius.” Gadis itu lalu mencondongkan tubuhnya lebih dekat ke arah Maya. “Aku punya observatorium mini di loteng rumahku. Kita bisa lihat bintang pakai teleskop di sana!”
Mata Maya membelalak tak percaya. Hampir saja gadis kecil itu mengeluarkan sebuah pekikan. “Teleskop? Kamu punya teleskop bintang?” tanyanya kemudian dengan mata penuh binar.
Yang ditanya mengangguk antusias. Ada perasaan bahagia yang menyelubungi hati Rasi. Baru kali ini ada yang tampak begitu senang saat dia menceritakan tentang observatorium dan teleskop bintang yang dimilikinya. Apalagi saat Maya turun dari tempat tidur dan mengajaknya berputar-putar sambil bergandengan tangan, Rasi merasa beginilah teman seharusnya.
Mereka menandak-nandak gembira. Memekik dan tertawa tanpa suara. Menyembunyikan kikikan di balik bekapan tangan, lalu kembali menandak-nandak memutari kamar yang tidak begitu luas.
Tiba-tiba Rasi berhenti, membuat Maya terhuyung dan nyaris menabraknya.
“Laskar Bintang! Aku mau menamai pertemanan kita ini dengan Laskar Bintang!” seru Rasi yang disambut senyuman lebar di bibir Maya yang menandakan persetujuannya.

Download Titik & Koma

* Available on iPhone, iPad and all Android devices