Ada Apa Dengan Rasi

Reads
184
Votes
0
Parts
16
Vote
by Titikoma

14. Rasi Nggak Bohong

“Ada apa, Maya?” Ustaz Faruq memutuskan untuk bertanya setelah cukup lama Maya hanya berdiam diri menatap Rasi.
“Engg… itu, Ustaz. Anuu….”
Ustaz faruq mengernyit dalam. “Apa, Maya? Bilang yang jelas dong.”
“Rasi…, Rasi nggak bohong, kok, Ustaz.” Dengan terbata-bata Maya akhirnya berhasil menyelesaikan kalimat pendek itu. Seketika dia merasa beban di dadanya berkurang banyak sekali. Pundaknya menjadi seringan permen kapas.
“Maksud kamu?”
“Jadi… sebenernya, Rasi emang nggak pernah nyuri uang itu,” kata Maya takut-takut. Gadis itu menggigit bibir bawahnya kuat-kuat, tak berani membayangkan reaksi orang-orang yang ada di sana setelah mendengar kebenaran itu.
Septa maju menghampiri Maya. “Kalau gitu, bisa kamu jelaskan, May, kenapa amplop itu bisa ada di dalam bukunya Rasi?”
Kepala Maya tertunduk semakin dalam. Sebuah keraguan tampak jelas lewat ekspresinya. Sampai Rasi mengambil sebuah langkah untuk mendekat padanya. Tangan Rasi terulur menggapai pundak Maya, menepuknya pelan.
“Nggak perlu kamu katakan kalau emang nggak bisa, May. Toh aku juga udah mau pulang. Iya, kan, Ma? Yah?” Rasi menoleh ke arah mama dan ayahnya. Senyumnya disambut juga oleh senyuman di bibir orangtuanya.
Rasi kembali mengarahkan pandangannya kepada Maya. “Makasih karena kamu udah mau jadi temenku selama di sini, May. Maaf kalau aku sempat bikin kamu marah dan sebal. Makasih juga karena udah mau belain aku dan bilang kalau aku emang nggak bohong soal uang itu.”
Mendengar kalimat panjang Rasi tersebut, Maya meremas tangannya gusar. Dia benci mengakuinya, tapi Rasi memang berjiwa besar. Dia ingin mengucapkan sesuatu yang keren seperti, maaf aku sudah membuatmu dituduh mencuri, atau seperti, tindakanku ini seharusnya layak mendapat hukuman, tapi yang keluar dari mulutnya malah, “Jangan sok keren! Aku nggak butuh dikasihani! Aku yang ambil amplop itu dari kamar Mbak Septa, aku juga yang taruh di dalam bukunya Rasi! Aku emang sengaja, kok, nggak perlu kamu berlagak sok baik hati begitu!”
Sebelum sempat Rasi atau siapa pun menjawab tudingan itu, Maya sudah melarikan diri. Bersembunyi di tempat yang tak seorang pun akan menyangkanya; di dalam lemari. Dia tahu Rasi sudah membereskan barang-barangnya tadi, jadi tidak akan ada orang yang berhasil menemukannya di dalam lemari itu sampai dia sendiri yang akan keluar. Maya sudah bertekad, sebelum Rasi pergi, sampai mati pun dia tak akan keluar dari dalam lemari.
Dia sudah tak punya muka lagi untuk bertemu dengan Rasi. Biarlah, toh setelah ini mereka juga tidak akan berjumpa lagi. Kecuali, ya, kecuali kalau Rasi kembali membuat ulah dan orangtuanya kembali ‘membuangnya’ ke sini. Sampai saat itu tiba, paling tidak Maya masih bisa merasa hidupnya tenang.
***
Rasi terkikik-kikik geli di sepanjang perjalanannya pulang dari pondok ke rumah Mbah Uti, menertawakan tingkah Maya yang sangat lucu menurutnya. Alih-alih tersinggung atau marah, Rasi malah ingin sekali menertawai anak itu tepat di hadapannya tadi. Tetapi, dia yakin sekali kalau dia tertawa, Maya akan semakin marah.
“Kayaknya kamu deket sama Maya ya, Ras?” tanya mama memecah keheningan yang tadinya hanya diisi suara kikikan tertahan dari mulut Rasi.
Rasi mengedikkan bahu. “Gitu deh, Ma.”
“Kok dia bisa tega gitu sih sampai njebak kamu dan bikin kamu dituduh nyuri?”
“Rasi yang salah, kok.”
“Kamu?” Kali ini ayahnya yang bertanya. “Emangnya kamu ngapain?”
Rasi cengengesan. Benaknya langsung mengingat wajah Maya ketika tahu selopnya hilang. “Aku nyembunyiin selop kesayangannya.”
Mama melotot ke arah Rasi, lalu tanpa aba-aba menjewer kuping gadis itu hingga si empunya mengaduh-aduh kesakitan. Seolah belum cukup, jeweran itu masih diikuti dengan omelan panjang kali lebar kali tinggi. Ayah Rasi malah sudah tertawa terbahak-bahak melihat interaksi istri dan anaknya itu.

Download Titik & Koma

* Available on iPhone, iPad and all Android devices