by Titikoma
15. Epilog
Tenda yang tadi siang didirikan ayah di halaman belakang, kini ambruk diterjang hujan yang tiba-tiba menderas. Rencana mereka untuk berkemah dan melihat bintang dari halaman belakang gagal total karena kedatangan hujan.
Kini, Rasi dan ayah malah sibuk di loteng, membuat lampu tidur berbentuk bintang untuk ulang tahun kedua belas Maya minggu depan. Ya, Rasi memutuskan tetap berteman dengan Maya meski gadis itu pernah menjebaknya dalam satu kejadian yang tidak menyenangkan.
Kalau bukan karena Maya juga menyukai bintang, sama seperti dirinya, mungkin Rasi akan sulit memaafkan anak itu. Oh, bukan hanya karena alasan itu sih Rasi memilih memaafkan Maya. Karena memang ini bukan sepenuhnya salah Maya. Dia juga ikut andil dalam memancing kekesalan dalam diri seorang Maya yang terkenal kalem dan tenang.
“Nih, minum dulu cokelat panasnya.” Mama menyajikan dua mug besar berisi cokelat panas—benar-benar panas karena uap yang mengepul masih cukup tebal.
Rasi buru-buru meninggalkan pekerjaannya. Hobi lain yang sebenarnya dimiliki gadis itu adalah: meniup uap cokelat panas dan merasakan aromanya. Rasi senang karena aroma cokelat buatan mamanya kembali manis.
Lusi dan suaminya memutuskan untuk rujuk setelah melakukan beberapa kali mediasi. Rasi adalah alasan terbesar mereka tidak jadi bercerai. Tugas menjaga dan memberikan perhatian pada Rasi adalah tugas keduanya, tidak bisa dibagi-bagi. Apalagi beberapa bulan lagi Rasi akan memasuki masa SMP, lalu mengalami pubertas.
Lusi tak dapat membayangkan bagaimana jadinya Rasi kalau dia dan suaminya memilih ego mereka dan memutuskan tetap berpisah.
“Nah! Lampunya udah jadi!” seru ayah sambil mengangkat lampu buatannya dan Rasi. Melihat ayahnya bersorak, Rasi segera meletakkan mugnya dan ikut melonjak riang.
Keduanya saling berpegangan tangan dan menandak-nandak sambil berputar-putar mengelilingi ruangan yang tak begitu luas itu. Lusi tertawa melihat tingkah anak dan suaminya. Meski begitu, wanita itu lalu ikut menggenggam tangan Rasi dan suaminya, kemudian menandak-nandak bersama mereka.
Sekilas, Rasi jadi teringat ketika pertama kali akhirnya dia dan Maya berteman dan memutuskan memberi nama Laskar Bintang, mereka juga melakukan ini.
***
Minggu ini, Rasi sekeluarga sengaja datang mengunjungi nenek. Kali ini mereka tidak menumpang kereta seperti terakhir kali. Ayah memutuskan untuk menyetir sampai ke Jombang. Tujuan mereka tak lain adalah untuk memberikan kado kepada Maya.
Maka, tepat di hari ulang tahun Maya, Rasi diantar ke pondok dan menemui Ustaz Faruq. Pertemuannya dengan Ustaz Faruq segera menyeruakkan rindu. Gurunya itu bisa menjadi teman terbaik di saat yang paling dia butuhkan. Karena Ustaz Faruq-lah Rasi kembali mendapatkan kedua orangtuanya, kebahagiaannya, dan kepercayaan dirinya.
Rasi lalu menyampaikan maksudnya ingin membuat kejutan ulang tahun untuk Maya yang langsung disambut dengan baik. Ustaz Faruq mempersilakan Rasi menemui Maya di kamarnya. Rasi juga meminta beberapa teman asrama untuk membantunya menyiapkan kejutan.
Meski sudah berlalu beberapa bulan, Rasi masih ingat kamar yang dia tempati selama dua minggu di pondok itu. Ustaz Faruq tadi bilang Maya masih di perpustakaan. Berbekal kunci yang dipinjamkan Septa kepadanya, Rasi memulai kejutannya.
***
Rasi tak dapat melihat ekspresi Maya saat mendapati kamarnya berantakan karena lampu yang sengaja dia matikan sehingga kamar menjadi gelap gulita. Meski begitu, dia yakin Maya akan tetap dapat merasakan ketidakberesan di kamar itu. Mengingat gadis itu tidak suka sesuatu yang tidak teratur, maka Maya pasti tahu kalau saat ini kamarnya sedang tidak dalam keadaan rapi sekalipun dalam gelap.
Rasi yang bersembunyi di celah antara dipan dan lemari, dapat mendengar Maya terus menggerutu. Kenapa lampunya mati, kenapa baju ada di lantai, lalu mengaduh saat dia tersandung sesuatu. Saat itulah tiba-tiba kamar menjadi sedikit terang dengan cahaya warna-warni berbentuk bintang yang bertebaran memenuhi dinding dan langit-langit.
Ekspresi pertama yang ditangkap Rasi di wajah Maya saat dia menunjukkan dirinya adalah keterkejutan. Mata Maya yang bulat dan belo melotot, mulutnya menganga lebar, hingga sebuah onde-onde berukuran besar pun bisa masuk dalam sekali hap.
“Selamat ulang tahun, Maya!” seru Rasi yang langsung menghambur memeluk Maya. Gadis yang dipeluknya itu masih bengong hingga beberapa saat lamanya. Setelah itu Rasi merasa Maya membalas pelukannya. Mereka berpelukan cukup lama sebelum Maya merenggangkan tubuhnya terlebih dulu.
“Kamu udah nggak marah sama aku?” tanyanya setelah benar-benar berhadapan dengan Rasi. Pertanyaan itu dijawab dengan sebuah gelengan oleh Rasi.
“Marah buat apa?” Rasi malah balik bertanya.
“Karena kejadian pencurian itu?”
Rasi tersenyum. “Aku tahu kamu nggak berniat melakukannya. Kamu cuma mau membalasku karena nyembunyiin sandal kesayanganmu. Iya, kan?”
Maya menunduk, waktu itu dia memang keterlaluan. Tidak seharusnya dia melakukan itu pada Rasi. Waktu itu dia hanya merasa kesal saja pada Rasi, tidak memikirkan akibat atau apa yang akan Rasi terima selanjutnya. Tetapi semakin lama rasa kesalnya justru berubah menjadi rasa bersalah, apalagi ketika tidak sengaja dia menguping pembicaraan Ustaz Faruq dengan Rasi malam itu. Sejak saat itu dia bertekad akan mengatakan semuanya dan membebaskan Rasi dari semua tuduhan—meski sudah terlambat.
“Udahlah, lupain yang kemarin. Kita tetep teman, kan?” Rasi mengacungkan kelingkingnya. Maya lalu mengangkat wajah, memberikan seulas senyum untuk Rasi, kemudian menautkan kelingkingnya pada kelingking Rasi. Senyum di wajahnya semakin melebar saat Rasi juga tersenyum.
“Tentu aja. Laskar Bintang akan selamanya berteman!”
SELESAI.