by Titikoma
5. Bergabung Dengan Geng Kunti
Sebuah pohon beringin yang menjulang kekar terlihat begitu rindang dan sudah sangat berumur berada tepat di tengah sebuah areal pemakaman umum. Kesan angker yang kentara sekali dari pohon tersebut bukanlah sebuah mitos tanpa bukti. Bahkan pada siang hari pun pohon beringin satu ini kerap dijauhi anak-anak yang masih senang bermain petak umpet di area yang sangat luas dan tidak berpenjaga ini. Secara kasat mata memang belum pernah ada orang yang mengatakan pernah melihat kuntilanak yang santer dikabarkan tinggal di pohon nan tua itu.
Namun kenyataannya, mereka memang tinggal dan menjaga areal pemakaman tersebut dari orang-orang iseng yang hendak mencuri tali pocong, atau sekedar numpang buang air kecil di pohon tersebut.
Tersebutlah seorang kuntilanak senior yang menjadi salah satu penghuni pohon beringin tersebut bernama Mbah Kunti Ashley. Dan beberapa juniornya yang sering ia panggil dengan Kunti Shina, Kunti Loli, dan Kunti Nirma. Mereka semua sedang bergosip ria malam ini di dahan pohon beringin, ditemani hembusan angin malam yang melayangkan rambut hitam nan panjang mereka.
“Mbah...” Kunti Nirma yang memiliki mata belok memulai pembicaraan, “Mas Gen Georgie penghuni pohon jati di kompleks sebelah itu katanya baru putus lho, Mbah!” ucapnya dengan nada riang. Padahal sifat aslinya sangat dewasa dan pendiam, namun jika terkait masalah cowok, sifat aslinya berbalik 180 derajat. Gen adalah singkatan dari genderuwo.
“Wah...” Kunti Loli yang terkenal sangat ganjen seantero dunia perkuntian yang sedari tadi hanya merapikan rambut panjangnya pun segera menolehkan wajahnya, “Berarti kesempatan buat gue deketin dia sudah terbuka, Mbah! Mbah merestui gue sama dia, kan?!” ucapnya memelas pada Mbah Kunti Ashley yang bergeming menatap wajahnya yang terpantul di cermin. Ia sedang mengolesi wajahnya dengan bedak yang baru saja ia beli di mal dekat areal itu.
“Halaaah… Akang Gen Georgie itu mah ogah sama lu, Lol! Dia teh pasti lebih memilih gue. Soalnya teh nanti bisa gue ajak jalan-jalan ke Jepang,” Kunti Shina yang merupakan kunti indo blasteran Subang-Jepang itu ikut buka suara.
“Lu nama aja yang kayak orang Jepang, ngomong kayak orang Pasar Citayeum!” celetuk Kunti Loli yang tidak terima ucapan saingannya itu.
“Ssssstttt….” Mbah Kunti Ashley yang merupakan Mbah kunti asli dari Amerika itu menempelkan jari telunjuknya tepat di tengah bibirnya.
“Apaan sih, Mbah?” tanya Kunti Shina penasaran.
“Ada suara tangisan ya, Mbah?” Kunti Nirma angkat suara lagi. Mbah Kunti Ashley hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan Kunti Nirma. Mereka semakin mempertajam indra pendengar masing-masing.
Mbah Kunti Ashley segera melesat cepat menuju arah suara yang tidak diketahui oleh ketiga juniornya. Sampailah Mbah Kunti Ashley di sebuah pohon yang cukup rindang, mata tajamnya bisa melihat sesosok perempuan cantik dengan pakaian tidak layak pakai tengah duduk sambil menangis tersedu-sedu. Pasti cewek baru mati, pikirnya. Ia segera menghampiri perempuan tersebut.
“Ehem!” Mbah Kunti Ashley mencoba membuat perempuan tersebut menyadari akan kehadirannya. Perempuan tadi pun menoleh.
“Kyaaaaaaaaaa!!!” perempuan dengan wajah nan cantik itu kaget bukan kepalang hingga tubuhnya jatuh melayang dari dahan yang tadi ia duduki. Ia segera berjongkok dan menutupi wajah cantiknya dengan kedua telapak tangan. Tidak ada apapun yang terjadi, maka ia sedikit membuka jemarinya sehingga ada celah yang bisa digunakannya untuk melihat sosok yang begitu menyeramkan di matanya tadi.
Tidak ada siapapun, pikirnya. Ia kembali berdiri dan membiarkan wajahnya terlihat lagi. Belum sampai tegak berdiri, sosok menyeramkan tadi tiba-tiba sudah ada tepat di depan wajahnya. Dan sebelum sempat ia berteriak, sebuah tangan pucat telah menggandengnya melayang membumbung tinggi melewati tingginya pohon-pohon di sekitarnya.
“Sudah jangan takut. Lihatlah pemandangan di bawah lo!” ucap Mbah Kunti Ashley. Ia segera berhenti dan berdiri sangat tinggi di atas permukaan laut. Perempuan tadi yang juga berdiri di sampingnya segera mengedarkan pandangannya.
“Wooooowwww! Kereeeeen!!!” ujar perempuan itu seraya menyunggingkan senyuman manis di wajah pucatnya.
“What’s your name?? Kalau lo gak ngerti, siapa nama lo?” tanya Mbah Kunti Ashley kemudian.
“Reisha,” jawabnya singkat tanpa memalingkan wajahnya dari kerlap-kerlip cahaya lampu di kota yang sekarang berada tepat di bawahnya.
“Baru mati ya?”
“Iya. Kok tahu?”
“Yes, I knew,” jawab Mbah Kunti Ashley dengan aksen Inggris-Melayunya yang kental. “Masih ada bau manusia di roh lo,” lanjutnya lagi. Perempuan yang ternyata bernama Reisha tadi segera mencium rohnya sendiri.
“Gue tahu, karena gue ini sudah berabad-abad jadi kuntilanak, makanya gue dipanggil Mbah Kunti Ashley. Lo juga boleh panggil gitu sama gue.”
“HAH?!!” kaget Reisha. “Lo kuntilanak??!! Gue lagi ngobrol sama kuntilanak. Hiiiiiyyy!” roh Reisha segera bergetar takut.
“Halaaaah! Pakai acara takut segala lo! Lo ini juga sudah mati, ngapain takut lagi sama kuntilanak?! Sekarang lo sudah sama kaya gue, sama-sama sudah gak punya raga alias mati, is dead, you undertstand?!”
“Yes, I understood!” jawab Reisha ragu. Sejenak ia perhatikan wajah Mbah Kunti Ashley yang sangat dekat di sampingnya. Ia terlihat begitu lembut dan tidak lagi menyeramkan di mata Reisha.
“Kenapa lo mati?” tanya lagi Mbah kunti Ashley. Sekarang mereka sedang asyik melayang-layang lincah di atas sebuah awan yang terlihat kelabu karena suasana malam.
“Ceritanya panjang,” ujar Reisha lesu. Kemudian ia menceritakan seluruh kejadian yang ia alami hari ini. Mbah Kunti Ashley dengan sabar mendengarkan cerita Reisha, sesekali terlihat ia menganggukkan kepala dan matanya begitu lekat menatap wajah pucat Reisha.
“Begitu ceritanya, Mbah!” Reisha mengakhiri ceritanya.
“Kalau begitu you harus ikut jadi junior gue, biar lo bisa balas dendam sama preman dan sahabat lo itu. You mau?” tawar Mbah Kunti Ashley. Sesaat Reisha termenung, lalu dengan jawaban yang mantap ia menerima tawaran dari Mbah Kunti Ashley.
“Yes, I accept your tawaran,” ucap Reisha seraya nyengir kuda, ia sengaja berbicara mengikuti aksen Mbah Kunti Ashley. Lalu mereka tertawa lepas bersamaan dengan turunnya mereka dari atas awan kelam tadi. Tangisan dan ketakutannya yang tadi begitu menggelayuti roh Reisha kini telah menguap entah ke mana.
@@@
Reisha benar-benar menikmati perannya sebagai seorang kuntilanak, saat ini ia sedang melakukan latihan. Panggilannya juga berubah menjadi Kunti Reisha. Anggota kelima dari kuntilanak penghuni pohon beringin tua. Ia begitu disayang oleh keempat kuntilanak lainnya. Terutama Mbah Kunti Ashley yang selalu mengajarinya berbagai macam hal sehingga menjadi begitu dekat dengannya.
Ia teringat kembali kejadian beberapa saat yang lalu ketika ia baru pertama kali diperkenalkan oleh Mbah Kunti Ashley kepada teman-teman kuntinya.
“Nih, suara tangisan yang tadi lo-lo pada dengar,” Mbah Kunti Ashley menarik pelan tangan Reisha sehingga posisinya tepat di hadapan para kunti yang masih asing di mata Reisha. Reisha yang masih mengamati tempat yang ia datangi itu tidak banyak bicara. Ia hanya berusaha menyunggingkan senyuman termanisnya untuk para kunti itu. Tidak berapa lama kemudian.
“Waaaah… cantiknyaaaa!!” teriak Kunti Loli dan Kunti Shina seraya berhamburan memeluk Reisha yang terlihat kaget.
“Hei... sudah, sudah!” Kunti Nirma menyelamatkan roh Reisha dari pelukan kedua kunti lainnya. “Jangan begitu, nanti dia takut sama kalian. Kalau dia gak jadi bergabung dengan kita, bagaimana hayoo?!” ujar Kunti Nirma memberi pengertian.
“Jangan! Lu teh mau gabung kan sama kita-kita di sini?” tanya Kunti Shina yang masih saja menempel di bahunya Reisha.
“I... i… iya.” jawab Reisha yang masih kikuk dengan kedua kunti yang begitu senang berada di dekatnya.
“Nah, inilah rumah kami juga rumah lu nantinya,” ujar Kunti Nirma memberikan sambutan hangat bagi anggota baru mereka.
“Nirma, Shina, Loli, perkenalkan ini Reisha yang nantinya akan menjadi anggota kuntilanak pohon beringin yang kelima,” ucap Mbah Kunti Ashley.
“Reisha ini Kunti Nirma,” Mbah Kunti Ashley menunjukkan tangannya ke arah kunti yang berdiri tepat di hadapan Reisha. “Yang lagi nempel di bahu lo itu Kunti Shina, kalau kunti yang lagi pegangin tangan lo namanya Kunti Loli,” Mbah Kunti Ashley memperkenalkan Reisha kepada para kunti penghuni pohon beringin. Reisha menjabat tangan mereka semua. Semoga ini merupakan awal yang baik, doanya.
“Eh, kok lu teh bajunya robek-robek gitu?” celetuk Kunti Shina dengan wajah polosnya. Kunti Loli segera menjitak kepala Kunti Shina.
“Ssssstt... gak sopan, lu!” bisik Kunti Loli di telinga Kunti Shina. Ia hanya nyengir kuda mendapat jitakan dari temannya itu.
“Oke. Kalau begitu…” Kunti Loli sengaja menggantung ucapannya.
“Time’s for shopping!!” serentak mereka berteriak dalam kurun waktu yang hampir bersamaan. Mbah Kunti Ashley hanya tersenyum lebar melihat para kunti juniornya begitu bergembira malam ini.
Dengan berbekal mata uang yang berlaku di dunia mereka, pergilah mereka menuju tempat shopping paling terkenal seantero jagad dunia perhantuan. Mbah Ashley tidak ikut ber-shopping ria malam itu. Ia sedang menjalani terapi kesehatan kulit, karenanya ia tidak boleh terlalu sering keluyuran pada malam hari apalagi jika pada siang hari, ia benar-benar harus terhindar dari sinar matahari.
Demi mendapatkan kulit yang putih dan terlihat lebih segar layaknya kulit roh yang baru saja meninggal itulah ia harus rela membiarkan para kunti juniornya meninggalkannya seorang diri. Toh masih bisa besok atau kapan-kapan pergi ke malnya, pikir Mbah Kunti Ashley.
Mbah kunti Ashley juga harus mempersiapkan ritual penyambutan anggota baru. Ia mendekorasi pohon beringin, ia membuat beberapa ayunan dari akar-akar pohon beringin yang memang menjulang ke atas. Ia juga membuat hiasan dengan rambut-rambut pohon beringin yang menjuntai sampai ke tanah.
Tibalah para kunti beserta Reisha di sebuah gudang tua bekas pabrik kertas yang sudah lama sekali tidak digunakan lagi. Tampak beberapa makhluk halus berupa kuntilanak ataupun selainnya yang sedang melakukan hal serupa, yaitu berbelanja. Mereka semua tampak sibuk dengan urusannya masing-masing. Reisha melihat banyak toko-toko di dalam mal itu, ada yang menyediakan makanan, minuman, pakaian, alat-alat rias, bahkan ada salon juga di sana. Komplit, seperti di dunia manusia saja, pikir Reisha. Hanya tidak ada tempat parkir mobil atau motor.
Karena mereka tidak membutuhkan semua itu, cukup dengan kemampuan terbang dan melayang dari masing-masing roh.
“Reisha, sini!” panggil Kunti Loli. Reisha yang masih mematung di depan pintu masuk mal tersebut segera menolehkan wajahnya.
“Rasanya gue tahu tempat ini,” celetuknya seraya melangkahkan kaki menghampiri ketiga teman kuntinya yang sedang memilihkan baju untuknya.
“Ini gudang tua bekas pabrik kertas dahulunya. Kalau manusia biasa cuma lihatnya layaknya gedung tua, tapi karena lu sudah masuk dalam dunia kita, makanya lu bisa lihat kalau ini adalah mal tempat pada dedemit berbelanja keperluan sehari-hari atau hanya sekedar tempat untuk bermain dan bersenang-senang,” jelas Kunti Nirma panjang lebar. Reisha teringat ia pernah melewati gudang tua ini beberapa waktu yang lalu bersama Lidya ketika akan memberi santunan kepada warga yang tidak mampu di desa ini.
“Berarti ini gedung ada di desa yang letaknya persis di samping kompleks perumahan gue, ya?” tanyanya lagi.
“Mungkin. Gue gak tahu rumah lu,” jawab Kunti Nirma seraya memamerken deretan giginya yang rapi.
“Woi, Cepetan! Ini ada baju bagus,” ucap Kunti Loly. Ia menyodorkan tiga stel dress putih yang sekilas sangat mirip design-nya ke arah Reisha.
“Ini semua buat gue?!” kaget Reisha.
“Satu aja atuh. Nanti kalau sudah jelek baru beli lagi,” ujar Kunti Shina lagi.
“Oh, kirain semuanya,” cengir Reisha. Mereka segera membawa Reisha ke sebuah kamar ganti yang letaknya di pojok kiri mal tersebut.
“Gue ganti baju sekarang nih?” tanya Reisha bingung. Kunti Loli segera bersuara, “Iya. Mau kapan lagi?! Gak ada tempat ganti baju lagi, kalau di rumah nanti lu bisa diintipin sama mas pocong centil yang sering lompat sana lompat sini di sekitar pohon beringin kita. Mau lu?” Reisha hanya menggelengkan kepalanya dan segera masuk ke dalam kamar ganti. Setelah menanggalkan baju lamanya yang robek-robek, ia pakailah long dress putih ala kunti yang sangat lebar itu. Lekuk-lekuk indah tubuhnya yang semula terlihat begitu jelas sekarang benar-benar tidak terlihat sama sekali. Setelah selesai, ia segera keluar dari kamar ganti.
“Wow!” Kunti Nirma pangling dengan Reisha yang kini berdiri di hadapannya.
“Cantiknyaa!” serempak mereka berkomentar sama terhadap Reisha.
“Tapi…” sejenak Kunti Nirma terlihat mengerutkan dahinya, “Kayaknya ada yang kurang. Apa ya?” Reisha celingukan mencari-cari apa yang kurang dari dirinya.
Plak! Kunti Shina menepuk pundak Kunti Loli. Yang empunya pundak segera menoleh dan bersiap marah, akan tetapi sebelum sempat ia membuka mulut, Kunti Shina sudah mengeluarkan suara khasnya yang berlogat Sunda itu.
“Ah! Itu teh yang kurang rambutnya si Reisha. Atuh rambutnya kurang panjang!” serentak mereka yang tengah mengerutkan dahi melihat rambut Reisha yang panjangnya hanya sebahu. Jauh sekali jika dibandingkan dengan rambut mereka yang hampir mencium tanah.
“Terus gue harus gimana?” Reisha menatap bingung ketiga teman kuntinya secara bergantian.
“Hmmmm…” Kunti Loli menyunggingkan sebuah senyuman dan segera melirik ke arah Kunti Shina dan Kunti Nirma bergantian. Lalu seolah mengerti isi pikiran dari Kunti Loli, kedua kunti lainnya segera mengembangkan senyuman dan melirik secara misterius ke arah Reisha. Reisha semakin bingung dibuatnya. Sedetik kemudian tangan lembut Reisha sudah dibawa melayang menuju sebuah tempat yang akan merubah penampilan Reisha. Sebuah salon, salon khusus kuntilanak.
“Selamat datang kunti-kunti yang cantik-cantik dan mungkin calon kunti yang tidak kalah cantiknya ini,” sapa seorang perempuan yang juga seorang kuntilanak namun berpenampilan necis dengan daster putih yang bermotif warna-warni memakai kalung yang terbuat dari manik-manik mutiara, sehingga penampilannya lain dari kuntilanak pada umumnya.
“Permisi Tante kunti, bisa tolong panjangin rambutnya cewek cantik ini?” Kunti Loli segera menyodorkan Reisha ke hadapan tante kunti pemilik salon kecantikan khusus kuntilanak itu.
“Oh, bisa. Cream pemanjang rambut masih banyak stoknya. Tenang saja,” jawab jante kunti.
“Ayo Sayang, sini ikut Tante,” tante kunti segera meraih tangan Reisha dan akan segera membawanya. Reisha sejenak menolehkan wajahnya ke arah ketiga kunti lainnya, ia menatap ketiganya dengan tatapan ragu. Setelah mendapatkan anggukan dari ketiganya, ia segera melangkahkan kakinya mengikuti Tante kunti yang membawanya kian masuk ke dalam ruangan salon yang ternyata memiliki lahan yang cukup luas. Ketiga kunti lainnya tidak hanya duduk menunggu, mereka juga memilih ikut bersalon seperti halnya Reisha. Kunti Loli segera meng-crembath rambutnya. Kunti Nirma lebih memilih facial untuk perawatan wajahnya. Lain halnya dengan Kunti Shina yang sedang merawat kukunya, ia sedang manicure dan pedicure.
Di dalam ruangan tempat Reisha harus memakai cream pemanjang rambut seketika, ia merasakan hawa dingin yang merasuk sampai ke tulangnya. Ia menggigil kedinginan. Tante kunti yang masih asyik memijat rambut Reisha segera menyadari perubahan clien-nya itu.
“Dingin ya, Sayang?” tanya Tante kunti pada Reisha. Wajah Reisha tampak semakin pucat.
“I… ii… iiya, Tan,” jawabnya dengan suara yang ikut menggigil kedinginan.
“Iya, memang harus seperti ini,” ujar Tante kunti. Reisha hanya mendengarkan tanpa mampu untuk menggerakkan bibirnya.
“Soalnya roh kamu ini belum terbiasa dengan air di dunia kami, jadi prosesnya memang seperti ini. Tenang saja ya,” tambah Tante kunti masih memberi penjelasan.
Satu jam kemudian, Reisha sudah tidak menggigil kedinginan lagi. Kepalanya terasa sangat aneh, rasanya ada yang mengganjal ketika ingin berdiri. Ia melihat cermin yang berada persis di sampingnya.
“Tante kunti!” panggil Reisha. Tante kunti segera menolehkan wajahnya.
“Kenapa Sayang?” heran Tante kunti.
“Kenapa rambut gue jadi begini?” tanya Reisha sambil menunjuk rambutnya yang terlihat begitu aneh. Rambutnya tidak diluruskan seperti rambut-rambut kuntilanak pada umumnya. Tapi rambutnya keriting sehingga terlihat sangat tebal dan bergelombang. Belum pernah Reisha memiliki rambut setebal, sepanjang dan sekeriting itu selama hidupnya.
“Itu model yang lagi trend,” cengir Tante kunti, “Kemaren Tante lihat di televisi milik warga di sekitar sini, ada artis cantik yang rambutnya lurus terus dikeritingin persis sama kayak rambutnya kamu sekarang ini,” tambah Tante kunti lagi.
“Gue gak mau punya rambut keriting! Lurusin lagi rambut gue!” perintahnya pada Tante kunti. Teriakan Reisha terdengar ketiga kunti lainnya yang telah selesai dengan urusannya. Mereka segera berhamburan masuk ke dalam ruangan di mana Reisha dan Tante kunti berada.
“Belum bisa, Sayang. Tunggu sampai tujuh hari baru itu rambut kamu bisa di- rebonding.”
“Apa?! Tujuh hari, seminggu dong?!” Reisha menatap kesal pada Tante kunti yang telah seenaknya membuat rambutnya menjadi keriting seperti ini. Ia tidak menyadari ketiga temannya sudah berada di dalam ruangan yang sama.
“Kenapa, Rei?” tanya Kunti Nirma menghampiri Reisha.
“Kunti Nirma, lihat! Rambut gue jadi gimbal begini!” Reisha memajukan bibirnya beberapa senti.
“Gak apa-apa atuh. Lu mah diapain juga tetap kelihatan cantik,” Kunti Shina membuka mulut. Tetapi masih belum bisa membuat senyuman di wajah Reisha.
“Cantik dari Belanda?!” gerutu Reisha.
“Belanda?” tanya Tante Kunti. Kunti Loli segera menjawab, “Belanda Tante, belakang dapur,” sontak Tante kunti dan kedua temannya tertawa mendengar celetukan Kunti Loli tadi. Reisha sedikit menyunggingkan senyuman di wajahnya.
“Nah… gitu atuh, senyum.”
“Mau rambut lu gimbal atau baju lu robek-robek kayak tadi tapi kalau lu tersenyum, lu akan terlihat sangat cantik, percaya deh sama gue!” Kunti Nirma berusaha memberi pengertian kepada Reisha.
“Iya,” Kunti Loli ikut bicara, “Nanti kalau sudah seminggu, terus lu mau rebonding ke sini lagi, gue ikhlas nemenin lu ke salon lagi.”
“Gue juga mau ke salon lagi mah,” sambung kunti Shina.
“Sudah jangan marah-marah lagi ya, Rei. Kita pulang yuk! Mbah Kunti Ashley pasti sudah nungguin kita,” ucapan ketiga kunti tadi membuat Reisha pasrah dengan rambut yang kini dimilikinya. Akhirnya mereka berpamitan kepada Tante kunti dan bergegas meninggalkan mal yang masih dikunjungi banyak dedemit itu.
Ketika mereka sedang melayang-layang menuju pohon beringin tempat mereka tinggal, mereka bertemu dengan Kakek pacul yang merupakan ketua RT di daerah mereka.
“Kunti-kunti cantik habis dari mana nih?” tanya Kakek pacul sang ketua RT.
“Eh, Kakek pacul, kita habis dari mal nih, Kek.” jawab Kunti Nirma.
“Kakek teh mau ke mana?” Kunti Shina bertanya balik pada Kakek yang selalu membawa pacul di pundak kurusnya itu ke mana pun ia pergi.
“Biasa, mau jalan-jalan sekalian mau mengontrol keadaan warga sini,” setelah berkata demikian mata Kakek pacul berarah pada sosok Reisha, “Itu kunti artis dari mana? Kakek baru lihat,” tambah Kakek pacul kemudian.
“Tuh kan, Rei. Lu dibilang artis. Berarti model rambut lu itu gak jelek,” bisik Kunti Loli di telinga Reisha.
“Iya...” Reisha menolehkan wajahnya, “Tapi tetap aja kepala gue berat rasanya. Aneh!” sambungnya lagi.
“Oh... ini teh anggota baru kuntilanak pohon beringin, Kek!” Kunti Shina dengan suara yang ceria menjawab pertanyaan Kakek pacul.
“Kenalin, Kek. Namanya Reisha. Sebentar lagi jadi Kunti Reisha,” Kunti Nirma menimpali ucapan temannya. Reisha segera menjulurkan tangan dan menyunggingkan senyuman ke arah Kakek pacul. Kakek pacul pun menyambut tangan halus Reisha dengan senyuman yang tidak kalah lebar.
“Sudah lepasin, Kek!” Kunti Loli menarik tangan Reisha dengan gerakan yang sangat cepat. “Nanti kena omelannya Nenek gayung lho, Kek!” Kunti Shina menambahkan. Kakek pacul hanya tersenyum lebar memamerkan deretan giginya yang sebagian sudah tidak nampak lagi.
“Kakek duluan, ya! Sampai ketemu lagi kunti-kunti dan calon kunti yang cantik-cantik,” setelah berkata demikian Kakek pacul segera melajutkan langkahnya, begitu pun Reisha beserta kunti lainnya yang kembali melayang menuju pohon beringin mereka.
Pemandangan berbeda mereka jumpai manakala mereka sampai di pohon beringin tempat mereka tinggal. Kini pohon itu nampak lebih hidup dibandingkan sebelumnya. Sebelumnya pohon tersebut hanyalah pohon tua yang akarnya menjuntai tidak karuan dan memiliki rambut yang tidak pernah diurus. Namun sekarang, sudah nampak banyak ayunan yang terbuat dari akar-akar pohon tersebut sehingga terlihat lebih rapi dan menyenangkan. Rambut-rambut pohon itu juga dijadikan sebagai hiasan oleh Mbah Kunti Ashley, semakin mempercantik penampilan pohon nan kekar itu.
“Wow! Amazing! You’re so beautiful!” Mbah Kunti Ashley setengah berteriak demi melihat penampilan baru dari Reisha.
“Mbah kunti bisa aja. Padahal gue yang punya kepala aja gatel sama ini rambut gimbal yang tiba-tiba tumbuh di sini,” Reisha masih tetap pada pendapatnya mengenai rambut gimbalnya.
“Yes, I was serius, you benar-benar cantik dengan dress ala kuntilanak and your hair yang berbeda dari rambut kuntilanak pada umumnya,” Mbah Kunti Ashley berusaha meyakinkan Reisha. Untuk kesekian kalinya Reisha harus ikhlas menerima pendapat roh lain yang berbeda dengan pendapatnya.
“Nah, Reisha…” Mbah Kunti Ashley memulai ritual penyambutan anggota baru, “Mulai malam ini lo sah menjadi anggota kelima dari kuntilanak pohon beringin. Your name jadi Kunti Reisha,” lanjut Mbah Kunti Ashley membuat banyak senyuman yang tercipta dari tiap wajah para kuntilanak yang ada.
“Horeeee!! Seneng gue bisa punya temen lagi, nanti kita nyari cowok ganteng barengan ya!” ujar Kunti Loli pada Reisha.
“Cowok ganteng?” gumam Reisha. Pikirannya langsung tertuju pada kekasihnya di dunia manusia, Edward. Ia hanya menganggukkan kepalanya menanggapi ucapan Kunti Loli tadi.
“Mbah Kunti Ashley, gue bisa punya kekuatan untuk menampakkan diri di hadapan manusia atau sekedar membuat gelombang suara gue terdengar oleh telinga mereka gak, Mbah?” tanya Reisha antusias.
“Hmmm…” Mbah Kunti Ashley terlihat berpikir sejenak, “Bisa aja. Tapi you harus latihan untuk mendapatkan kekuatan sendiri.”
“Bagaimana caranya gue bisa dapatin kekuatan gue sendiri, Mbah?”
“Lo ambil energi dari alam, langit dan bumi. Tapi lo gak boleh menampakkan diri atau membuat suara lo terdengar sama manusia melebihi tujuh kali dalam semalam, kalau lo melanggar aturan itu, lo akan kehilangan kekuatan lo dan butuh waktu yang lama sekali buat balikin lagi kekuatan itu, loe paham?” jelas Mbah Kunti Ashley panjang lebar. Reisha mengangguk mantap dan berkata, “Iya, gue paham, Mbah!”
Pletak! Mbah Kunti Ashley melempar biji buah asem ke arah Reisha.
“Konsentrasi!” perintah Mbah Kunti Ashley. Reisha tersadar dari lamunannya. Ia sedang latihan menghirup energi dari alam untuk kekuatannya nanti. Ketiga kunti lainnya juga ikut latihan bersama Reisha. Ia segera memusatkan pikirannya lagi agar cepat terkumpul kekuatannya sebagai kuntilanak.
@@@