Kuntilanak Gaul

Reads
179
Votes
0
Parts
16
Vote
by Titikoma

12. Diary Shara

“Rei… aku baru bisa merasakan cerita kamu tentang Edward. Dan jujur padaku Rei, apa yang membuat kamu jatuh cinta padaku?” Mandala selepas aksi perampokan langsung pulang ke rumah Reisha. Berhubung Mandala sudah sah jadi suami Reisha, maka Mandala langsung masuk ke kamar Reisha. Reisha yang tengah memakai baju tidur tampak terperanjat akan pertanyaan Mandala. Memang ada satu kalimat yang dia pendam, Reisha pikir semua demi kebaikan. Reisha takut bila terucap kalau Mandala mirip dengan Edward walau lebih ganteng karena faktor kematangan usia, Mandala akan menganggap kalau dirinya hanya sebagai pelarian karena putus dengan Edward. Reisha takut Mandala marah dan tidak terima disamakan dengan mantannya. Reisha takut Mandala cemburu pada Edward. Jadi selama ini Reisha tidak mau memberi tahu salah satu alasan dia menyukai Mandala. Mandala mengingatkannya pada Edward. Wajah Mandala membuat Reisha masih dekat dengan Edward walau Reisha sadar itu bukan Edward.
“Karena aku memang mencintaimu Mandala, Kenapa kau tanyakan hal yang aneh? Sudah sangat larut lebih baik kita...” Reisha menguap ngantuk.
“Rei, aku tadi bertemu dengan Edward! Dia sangat sedih dengan kematianmu. Dia tengah menangisi kebersaman kalian saat menatap slide demi slide foto kalian. Rei, tahukah kamu saat semua itu? Aku seperti menjadi diri Edward! Sadarkah kamu kalau wajahku mirip dengannya?” Reisha tercekat, tidak menyangka Mandala akan bertemu Edward.
“Man, Maafkan aku… memang kamu mirip dengannya, tapi aku sadar kalian tetap beda. Hanya sama-sama menjadi orang yang aku cintai dengan alam dan masa yang berbeda bahkan mungkin waktu,” Reisha mengelus wajah Mandala. Mandala mengecup bibir Reisha dengan hangat, dan Mandala yakin Reisha jujur apa adanya. Semua terselesaikan dengan romantis.
“Tidurlah… besok aku ceritakan semuanya termasuk siapa Rico, Lydia yang telah membuat kamu menderita Sayang. Aku sudah tahu semua pelaku yang membuatmu meninggal dengan ke…. j… i… sllllllllllllep...” belum Mandala selesai bicara, bibirnya terkunci dengan ciuman Reisha yang penuh gairah sesaat.
“Man, sudah jangan diungkit lagi, aku bahagia sekarang karena aku bersamamu. Kita akan selalu bersama bukan? Semua ini karena Lydia dan Rico bukan? Yang telah menyuruh preman-preman menghabisiku beramai-ramai. Man! Tadinya aku sungguh sangat dendam dengan dusta sahabatku. Dengan ketegaannya. Man! Kamu pernah share balas dendam ternyata tidak membuat kita puas bukan? Aku semakin mengerti Mandala kita harus segera berbuat baik. Tujuan akhir kita bukan di alam sini Mandala. Mbah Ashley telah banyak bercerita tentang hukum di alam ini. Dendan dan kejahatan yang kita buat di alam ini hanya akan membuat kita semakin terpuruk. Aku tidak mau Mandala. Aku ingin berpulang dengan hati bersih. Kita hanya tersesat, tapi kita bisa kembali layaknya manusia mati normal. Aku memilih untuk tidak membalas dendan Mandala. Biarlah Allah yang memberi napas kehidupan yang akan menghukumnya.
“Hmmm… Edward dan aku adalah lelaki yang beruntung mencintaimu Reisha…” Mandala menggenggam erat tangan Reisha. Reisha tersenyum bahagia. Reisha dan Mandala pun merebahkan diri di tempat tidur.
@@@
Mandala menghempaskan karung rampokan dari Tuan Riyanto. Tiba-tiba braakk… sebuah buku diary berwarna merah tua tergeletak. Mandala kaget kok bisa yang dia curi adalah sebuah buku dan bukan uang.
“Ahhh pasti karena warnanya yang mirip uang kertas ratusan dan bertumpuk aku kira uang. Ah Mandala-mandala… ternyata aku semain tua,” Mandala geleng-geleng kepala.
Mandala penasaran lembar pertama: Shara’s diary.
Pada sebuah halaman, wajah Mandala menegang.
Jakarta, 24 Mei 1997
Ternyata aku memang wanita beruntung. Mas Riyanto adalah pria terbaik yang telah Tuhan kirim untuk menjagaku hingga usia senja, walau aku wanita yang tidak sempurna.
Sungguh aku sangat sedih dengan hasil cek kandungan. Ternyata aku harus merelakan rahimku diangkat karena kanker rahim yang ganas.
Diary sayang
Ternyata setelah badai dan hujan, Tuhan menerbitkan indahnya pelangi dan segarnya alam. Aku bersyukur bisa memiliki seorang bayi walau itu bukan hasil buah cinta kami.
Eh Mas Riyanto pulang kantor, aku harus hangatkan makan malam. Nanti aku sambung lagi ya. Aku ingin menulis momen-momen aku dengan my angel Edward. Daghh…
Setelah membobokan My Angel, 25 Mei 2007
Senangnya bisa menikmati punya anak. Tuhan, terima kasih buat bayi yang engkau kirim pada kami. Tak terasa sudah hampir sebulan aku benar-benar merasa jadi ibu yang sempurna.
Ah, Edward… kok tega sekali orang tua yang menaruh di depan rumah orang tidak dikenal. Ah tapi aku tidak boleh berpikir buruk tentang orang tua kandungmu. Bagaimanapun pasti ada alasan terbaik orang tua kandung Edward menaruh di depan rumah.
Edward benar-benar menghibur hatiku. Aku akan simpan rahasia ini hanya denganmu diary, hingga saatnya Edward dewasa dan berhak tahu kalau kami hanyalah orang tua angkat yang beruntung.
Sempat berpikir untuk menghilangkan tanda lahir yang ada di punggungmu karena aku takut suatu saat ada orang yang akan mengaku-aku dirimu dengan tanda lahir akan menjadi tanda kalau Edward adalah anak kandungnya.
Ah tapi sudahlah bila memang bayi yang diletakkan dengan apa adanya hanya dengan topi bertuliskan Pangeran ini memang dikirim untukku sebagai pangeran kecilku, aku sudah pasrahkan kepada Tuhan bila waktunya aku selesai untuk mengasuhnya maka ini juga kehendak Tuhan.
@@@
Membaca bab ini Mandala tidak sanggup menahan tetesan air mata, ternyata Edward adalah Pangeran yang setelah lima belas tahun dia tinggalkan dan menghilang sejak kejadian pembunuhan dirinya dan Tiara.
“Terima kasih Tuhan, ternyata Pangeran masih diberi umur panjang dan sehat,” selama ini Mandala tidak pernah mengucap nama-Nya dan sujud syukur, tapi rahasia dari diary Shara telah membuka tabir lama kelam yang terkubur menjadi terbuka dengan suatu kebahagiaan.
Mandala tersadar kalau dirinya adalah ayah Edward dan sama-sama lelaki yang mencintai Reisha. Berbagai perasaan berkecamuk antara kasih sayang, cinta dan bahagia karena keturunan dia dan Tiara, istri yang juga dicintai masih hidup. Mandala masih terus membaca diary Shara. Dan terkejut karena harta yang di brankas.
Diary... tidak terasa sudah lima belas tahun aku membesarkan Edward, semoga Tuhan mengizinkan aku untuk terus merawatnya hingga akhir usiaku.
Tidak disangka dia semakin dewasa dan tampan. Aku sempat merasa kaget ketika dia sempat curhat tentang gadis yang sedang dekat dengannya. Jujur aku sempat cemburu! Aku takut cinta Edward akan terbagi dengan wanita lain dan akan melupakan aku, mamanya yang telah merawatnya dari dia berusia kurang lebih dua tahun. Tapi aku harus menerima dan paham semua ini adalah bagian dari perjalanannya.
Aku beruntung bisa merasakan saat dia bahagia dengan kekasihnya, Reisha dan aku juga sangat berduka ketika di hari yang mendebarkan karena Edward merencanakan pertemuan Reisha dengan aku dan Mas Riyanto, ternyata itu jadi hari yang paling menyedihkan bagi kami.
Ya, kematian Reisha yang tidak wajar saat perjalanan menuju rumah kami sungguh membuat Edward terpukul dan merasa bersalah.
Kenapa dia membatalkan menjemput Reisha? Semua seperti terjadi di luar kendali. Ada orang lain yang merubah keadaan menjadi sangat runyam. Entahlah siapa mereka yang begitu kejam memisahkan Reisha dan Edward. Apa kesalahan mereka? Aku telah membimbing Edward dengan sangat baik, termasuk menghargai wanita.
Tuhan kembalikan keceriaan Edward. Semoga rencana menyekolahkan Edward di Austie akan bisa melupakan kenangan dia dengan Reisha.
Aku dan Mas Riyanto telah memutuskan semua yang kami punya di brankas adalah bekal buat Edward sekolah di Austie. Sekali lagi aku akan merasa kehilangan putraku, tapi dengan melepas dia belajar ke Negeri Kanguru dia bisa melupakan cinta pertamanya dan lebih fokus untuk menyusun masa depannya.
Semoga Tuhan mengampuni kesalahan kami dan mempermudah jalan buat Reisha kembali dengan tenang.
@@@
Mandala tersadar, dia menatap karung hasil rampokannya di kediaman Riyanto dan Shara yang ternyata orang yang sangat berjasa telah merawat Pangeran. Mandala semakin yakin kalau Edward adalah Pangeran, anak berusia dua tahun yang menjadi saksi bisu saat pembunuhan kedua orang tuanya. Anak yang tetap terlelap ketika kegaduhan terjadi hingga masih saja terlelap saat dibuang di depan teras Bapak Riyanto dan Shara.
Sungguh kehadiran Pangeran menjadi kebahagiaan karena mereka sepasang suami istri yang tengah berharap akan memiliki momongan. Apalagi mereka membesarkannya dengan penuh kasih sayang. Mandala berlinang, pasti Tiara bahagia sekali melihat anak yang dilahirkannya telah tumbuh menjadi pria dewasa yang sangat tampan dan baik.
“Aku harus mengembalikan semua rampokan ini kepada keluarga Riyanto, untunglah karung yang aku berikan pada Rico dan Lydia isinya telah aku tukar semua,” Mandala tersenyum simpul dengan apa yang telah dia lakukan terhadap karung yang satunya lagi.
@@@

Download Titik & Koma

* Available on iPhone, iPad and all Android devices