kacamata kematian
Kacamata Kematian

Kacamata Kematian

Reads
172
Votes
0
Parts
15
Vote
by Titikoma

0. Prolog

One fifteenth coffe termasuk kedai kopi terngehits nomor 1 di Jakarta. Letaknya di bilangan selatan Jakarta, tepatnya di jalan Gandaria Jakarta Selatan. Didirikan oleh Doddy Samsura juara Barista Champions asal Indonesia, sudah nggak diragukan lagi kalau rasa kopi di sini juga juara.
Tempat juga terang dengan pencahayaan alami, bisa bikin pengunjung betah berlama-lama minum kopi di sini.
“Arshita, kamu tunggu di sini aja. Biar aku aja yang pesen. Kamu mau minum kopi apa?” tanyaku.
Di one fifteenth coffe nggak ada waiters-nya. Jadi kita sendiri yang pesen kopi ke dapur dan bawa kopi kembali ke tempat duduk.
“Aku pesan Rojali aja deh.”
Rojali di sini bukan nama orang. Melainkan menu utama di one fifteenth coffe. Pembuatan Rojali sendiri itu diperas selama 12 jam, lalu dicampur dengan sedikit soda dan perasaan jeruk kemudian disajikan dingin. Sekilas rasa Rojali seperti tequila di lidahmu. Tapi kalau kamu mencecapnya dengan saksama rasa kopi akan tetap terasa.
Aku melangkahkan kaki menuju dapur. Ntah mengapa aku merasakan ada seseorang mengikutiku, ketika membalikkan badan nggak ada siapa-siapa. Apa perasaanku saja? Ntahlah. Aku kembali melanjutkan langkah.
“Mbak, saya pesan Rojali dua gelas ya,” ucapku pada Barista one fifteenth coffe.
“Baik. Tunggu sebentar ya.”
Drrttt … Drrrt
HP di sakuku bergetar. Sambil menunggu pesanan kopi jadi, tak ada salahnya kan ngecek HP dulu? Ternyata ada sms masuk.
From : 08785667889
Gue tau lo lagi di one fifteenth coffe. Gue pastiin bentar lagi lo akan berpisah sama Arshita, karena gue nggak akan rela lo bersama dia.
Shit, siapa sih pake ngancem-ngancem segala? Mendadak aku jadi ingat kasus Mirna. Kematian Mirna di café saat minum kopi. Jangan-jangan Jessica ada di sini. Ih, ngeri.
Drrrt … Drrt
HP yang masih kupegang bergetar lagi. Ada sms masuk lagi.
KLO LO MAU TAU SIAPA GUE, BURUAN LO KELUAR DARI KEDAI ONE FIFTEENTH COFFE.
Muncul rasa penasaran di hati. Rasa penasaran tingkat dewa membuatku mengikuti permintaannya untuk keluar sebentar dari one fifteenth coffe. Sesampai di luar nggak ada siapa-siapa. Aku celingak-celinguk ke kanan dan ke kiri nggak ada orang yang mencurigakan.
Woy, gue dah di luar one fifteenth coffe nih. Ayo buruan tunjukkin batang idung lo.
Klik sent ke nomor orang yang tadi menyuruhku keluar dari one fifteenth coffe. Sepuluh menit aku menunggunya, dia nggak kunjung menampakkan batang hitungnya. Smsku pun nggak dibalas.
“Apa ini kerjaan orang iseng doang?” pikirku. Aku kembali ke dapur untuk kembali mengambil kopi pesanan. Ya, kopi ternyata sudah tersedia. Tinggal bawa ke depan.
Arshita memanyunkan bibir. “Kok manyun? Ntar cantiknya ilang loh.” Aku mencolek dagunya.
“Abis kamu sih lama banget sih mesen kopinya? Biasanya lima menit juga kopinya dah jadi. Jamuran tau nungguin kamu.”
“Iya, deh. Maaf. Tadi itu aku sakit perut jadi ke toilet dulu.” Aku sedikit berbohong. Kalau aku jujur ntar dia panic dan parno.
Arshita mengambil gelas kopi lalu menyesapnya secara perlahan. Di luar dugaanku, dalam hitungan menit setelah Arshita menengak kopi tersebut tubuh dia jadi kejang-kejang, matanya melotot sambil memegangi leher. Kemudian mulutnya berbusa.
“Arshita, kamu kenapa? Tolong! Tolong!” Aku jadi panic sendiri.
Kepanikanku semakin bertambah kala melihat beberapa orang pilisi datang dan mengacungkan pistol ke arahku. “Jangan bergerak. Anda tertuduh sebagai pelaku pembunuhan dengan meracuni wanita ini.”
Aku jadi cengo. “Hah? Maksud Bapak apa sih? Saya aja nggak tau kenapa dia jadi kayak gitu.”
“Semua jelaskan di kantor polisi saja!”
Dua orang polisi memborgol tanganku ke belakang. Kalau sudah seperti ini mau nggak mau harus ke kantor polisi. Alamak, kok jadi kayak gini sih? Oh Tuhan apa rencanamu di balik semua ini?

Download Titik & Koma

* Available on iPhone, iPad and all Android devices