by Titikoma
2. Cinta Diam Itu Menyiksa
Tentu saja sudah bukan rahasia kalau Supeno yang selalu jadi suruhan anak-anak berduit untuk menggantikan piket yang enggan mereka kerjakan. Supeno kerjaannya disuruh-suruh oleh teman-temannya karena polos dan miskin tapi Supeno bertanggung jawab dengan perintah-perintah yang menyuruh dirinya berbagai hal.
Terkadang sehabis disuruh mengerjakan PR karena otak Supeno encer, disuruh kerjaan yang lain dari mengambilkan makanan minuman di kantin, disuruh berbohong saat semua kabur di jam pelajaran kosong, disuruh antar jemput, dipinjam catatannya, diminta mengerjakan PR lalu dicontek, dan masih banyak lagi.
Supeno tak ubahnya seperti pembantu maka dia jadi dijuluki Supeno Si Kacung Kampret. Julukan yang membuat Ibu Laila kelara-lara hatinya tak terima, sementara Penonya mah cuek saja. Tapi ibu mana yang tidak sedih melihat putra kesayangannya demi mendapat tambahan harus bersikap seperti kacung yang selalu disepelekan, di suruh-suruh seperti pembantu. Tapi di dalam hati terdalam ibunya bersyukur Peno tidak sakit hati dan dendam terhadap perilaku sekelilingnya yang memperlakukan putranya seperti itu. “Supeno Si Kacung Kampret” julukan yang secara tidak langsung membuat ibunya terpacu untuk memperbaiki nasib secara diam-diam.
Prinsip Supeno dia hanya sekedar membantu tanpa pamrih. Supeno mau melakukan apa saja terkadang dengan imbalan apa aja dari teman-temannya tapi kadang juga tidak, tapi Supeno ikhlas saja. Ada atau tak ada imbalan Supeno tak pernah mempeributkan sehingga teman-teman senang meminta tolong padanya.
Tapi tak ada yang tahu hati terdalam Supeno, dia paling siap untuk disuruh hanya pada Renata, gadis cantik sombong yang seenak-enaknya sendiri saat menyuruh, tanpa perasaan padahal Supeno melakukan apa yang Renata suruh selalu dengan perasaan terbaik.
Apa yang Renata suruh Supeno selalu ingin berikan yang terbaik makanya saat mengerjakan artikel sampai dirinya rela tugas yang terbaik atas nama dirinya dihapus dan diganti namanya dengan Renata Precilia bukan lagi Supeno.
Dirinya rela artikel yang mendapat nilai A menjadi milik Renata sementara artikel yang mendadak dibuat tengah malam gara-gara perintah Renata mendapat nilai C. Sekali ini Supeno mendapat nilai C demi Renata. Karena setelah itu Supeno selalu antisipasi membuat artikel dan tugas-tugas dua yang berbeda tapi sama baik, karena dirinya juga harus bertahan agar bisa dapat beasiswa.
Jam istirahat Renata tak beranjak dari tempat duduk, entah kenapa biasanya cewek konglomerat ini sudah tertawa-tertawa bahagia di kantin dengan gengnya. Tidak siang ini, Supeno yang masih mengerjakan tugas pesanan Bondan jadi penasaran.
“Ren, kok gak ke kantin biasanya ....” belum selesai ngomong, Renata sudah memotong dengan memberikan isyarat dengan wajah jutek untuk Peno diam.
“Pssst! Pssst! Diam Penoooo CungPret! Sekarang juga kamu tolongin aku yaaa. Kamu pokoknya jalan di belakang aku sampai aku dapat taksi oke. Terus kamu bilang ke Bu Nina kalau aku izin pulang karena sakit! Udah cepetan jangan banyak tanya dulu,” seperti biasa Renata memerintah dengan seenaknya pada Supeno.
Bagai kerbau dicocok hidung Supeno mengangguk-angguk dan dia berjalan di belakang Renata sesuai perintah tak boleh bergeser sedikit pun sampai pintu gerbang dan dapat taksi.
Sambil menunggu taksi Peno bertanya,”Sebenarnya kenapa Ren, kok aku disuruh di belakang kamu?”
“Isssh CungPret mau tau aja, rahasialah!” Renata melotot tajam matanya.
“Kenapa sih, kamu tutupin rok belakang dengan tas?” Supeno perhatiin sedari tadi di belakangnya Renata menutup rok belakang dengan tas selempangnya.
“Taksi! Taksi!” seru Renata dan Peno juga mengayunkan tangannya.
Renata segera masuk ke taksi dan meninggalkan tanpa terimakasih pada Supeno dengan wajah penasaran.
Sesuai permintaan Renata, Supeno segera menghadap Bu Nina wali kelas 2 IPS dan melaporkan kalau Renata kurang enak badan dan segera pulang dengan taksi.
“Oh kali Renata lagi datang bulan ....” komentar Bu Nina acuh.
Supeno mengangguk-angguk, sepertinya memang kalau diliat dari gelagat Renata yang terus menutup bagian belakang rok bisa jadi komentar Bu Nina itu betul.
***
Dan keesok harinya ternyata Renata juga tidak masuk sekolah, Supeno jadi merasa kehilangan. Entahlah perasaannya kok gak tenang tak bisa menatap wajah cantik Renata walau selalu di jutekin dan hanya dianggap kacung kampret.
“Ah sepertinya bukan datang bulan saja Renata tidak masuk sekolah, ah jangan-jangan Renata sakit beneran, atau ... Renata sakit gara-gara bule baru kelas 3 IPS yang dia taksir? Waktu lalu Renata pernah cerita dengan teman-temannya kalau si Bernard murid baru blasteran ganteng habis, sayangnya tidak melirik dirinya yang sudah pasti cantik ...” batin Supeno dalam hati.
“Ah enggak ada hubungan tidak masuknya Renata dengan Si Bernard!” omel Supeno sendiri dan gundah. Memang sejak mendengar percakapan Renata dengan Clara dan Diaz sobat high class tanpa tidak sengaja di kantin yang menceritakan ketampanan Bernard, hati Supeno mendadak ada yang perih.
Selama ini Renata tidak pernah menaksir cowok, karena dianggapnya tidak ada yang se-level kekayaan dan kerupawanan wajahnya. Renata cantik, tinggi, dan putih kalau tersenyum membuat Supeno langsung lumer hatinya.
Tapi mana berani menunjukan kelumeran hatinya yang super meleleh di depan Renata, bisa-bisa Renata jadi ill feel dengan dirinya dan tidak mau lagi berhubungan dengan dirinya ini akan lebih menyakitkan. Jadi Supeno memilih cinta diam-diam walau terkadang menyiksa, tapi daripada kehilangan Renata selamanya cinta diam itu jauh lebih baik jadi pilihannya.
Dan bukan hanya Supeno saja pastinya, tapi para cowok itu berani terang-terangan menyatakan suka pada Renata dan tak ada malunya langsung Renata tolak. Makanya Supeno daripada malu lebih baik jadi secret admirer sajalah, biarkan hatinya melumer berkali-kali dan hanya hatinya juga yang tahu kalau dia suka banget dengan Renata Precilia.
***
Supeno bertekad akan menengok Renata pulang sekolah. Tak lupa Supeno membelikan sebatang coklat yang entahlah pasti akan diterima atau tidak oleh Renata yang pasti niatnya menengok pujaan dalam hati terdalam. Ya pujaan yang hanya dirinya tahu dan tersimpan sangat rapi hanya dirinya saja yang tahu dan selalu memujanya.
Bersyukur Andi yang meminta tolong dibuatkan tugas makalah pariwisata ternyata memberinya uang 50 ribu yang sudah Supeno tolak tapi memaksa memberikan.
“Sudah uang ini tidak ada artinya kok, tenang aku tau kamu lagi perlukan? Pasti ada sesuatu yang ingin kamu beli?” tanya Andi hanya menebak-nebak saja karena dirinya tidak mau kalau suatu waktu butuh Supeno membantu tugas dirinya dan adiknya yang les bimbingan belajar dengan Supeno ditolak.
Ragu Supeno menerimanya, tapi dia juga ingin menengok Renata dengan membawakan sesuatu membuat dirinya tak bergeming atau berusaha mengembalikan lagi uang yang dimasukan Andi ke sakunya.
Pulang sekolah saat terik matahari pukul 14.00 dengan sepeda bututnya Supeno mampir ke Toko IndoApril dan membelikan sebatang coklat untuk Renata. Pikiran Supeno dipenuhi rasa khawatir akan keadaan Renata yang belum diketahui sakitnya apa?
Dari luar tampak rumah Renata yang megah ditutupi pagar yang tinggi, pintu gerbang masuk dijaga oleh pak Satpam yang sudah Supeno kenal karena beberapa kali Supeno ke rumah Renata untuk mengantarkan tugas milik Renata, cucian yang sudah disetrika emaknya dan mengantarkan barang-barang Renata yang dimintain tolong dirinya untuk membawakan pulang karena malas membawa-bawa saat pulang sekolah Renata tidak langsung pulang ke rumah melainkan pergi entah kemana bersama dua sahabatnya.
“Eh Peno, mau anter apa lagi?” tanya Mang Jali Satpam yang bertugas menjaga rumahnya.
“Enggak kok Bang, cuma mau nengokin Renata katanya sakit ya? Hari ini enggak masuk soalnya padahal ada tugas yang harus dikerjakan,” jawab Supeno beralasan.
“Kamu nih, mau aja dibohongi sama si Non. Sakit apaan dari tadi mondar-mandir di ruang tamu sepertinya ada yang ditunggu tuh! Hai jangan GR yang jelas bukan kamu ya Peno!” Bang Jalil dengan nada nyinyir.
“Iyalah Bang Jalil, saya ini siapa? Saya mah enggak beda dengan Bang Jalil sama-sama CungPret!” jawab Supeno sambil tersenyum kecut.
“Apa! CungPret apaan itu?” tanya balik Bang Jalil dengan wajah bingung dengan istilah yang disebut Supeno barusan.
“Ah Bang Jalil kepo aja,” goda Supeno.
“Kamu ke sini mau ngapain? Mau nemuin Mba Renata? Dia lagi sibuk ada tamu tuh di ruang tamu,” kata Bang Jalil.
“Tamu? Bukannya Renata sedang sakit Bang?” tanya Supeno penasaran.
“Iya, pagi tadi sih memang lesu dan malas bawannya ke sekolah, tapi satu jam ini kedatangan cowok ganteng kaya bule sepertinya langsung sembuh entah dibawa mana sakitnya?” terang Bang Jalil panjang lebar.
“Cowok bule, ohhh yang pakai mobil Freed putih di depan yang Bang?” tanya Supeno lebih kepo dari Bang Jalil.
“Ihhhh kepoooo lo, iya cowok bule pokoknya super cakep deh! Jangan bilang Abang suruh bandingin dia dan kamu ya! Langit dan bumilah, Bang Jalil mah jujur aja ama lu Pen!” Ungkap Bang Jalil tanpa perasaan.
“Ihhhh Bang Jalil, siapa lagi yang mau dibandingin sama si Bernad dia mah memang foto model naik daun Bang ...” Mendadak Supeno jadi lesu. Ternyata Bernad sudah lebih dahulu datang dan mendapat sambutan Renata yang luar biasa.
Supeno memutuskan balik badan saja daripada sakit hati melihat kemesraan pujaan hati tengah bercengkarama dengan cowok yang memang Renata taksir. Dan sepertinya memang benar hari ini semua menjadi kenyataan cinta Renata pada cowok bule itu sukses.
Beberapa hari lalu, Supeno diam-diam membaca surat Renata yang tertuju pada bule blasteran Australia bernama Bernard. Surat yang isinya ternyata perasaan suka Renata pada si bule.
Supeno sebenarnya malas menyampaikan surat Renata yang berterus terang ingin menjadi pacarnya, padahal selama ini yang Supeno tahu bukan Renata yang mengejar cowok tapi sebaliknya. Tapi tidak untuk Bernard ternyata, demi bule ganteng ini Renata akhirnya memilih mengutarakan isi hatinya walau lewat surat.
Dan jawabannya sekarang ....
Supeno tahu Renata pasti tengah berbahagia dengan kedatangan Bernard, daripada sakit hati Supeno memilih untuk kabur saja.
Sayang sekali mau berbalik badan dan pergi suara Renata yang tampak riang menghentikan langkahnya,”Penooooo, hoi kebetulan banget kamu kemari, ayoo masuk dan buat minum gih! sekalian buat aku dan Bernard yaa. Seperti biasa aku es teh gula sedikit, kamu Bernard mau apa? Ada Es teh, lemon tea, kopi, coklat, sirup yang tersedia dingin dan panas?” tanya Renata sumringah.
Bernard hanya senyum-senyum dengan aksen baratnya dalam bahasa Indonesia menjawab kalem,”It’s oke apa saja Ren, memang siapa yang akan buatin?” tanya Bernard.
“Supeno-lah!”