kepentok kacung kampret
Kepentok Kacung Kampret

Kepentok Kacung Kampret

Reads
189
Votes
0
Parts
20
Vote
by Titikoma

4. Cincin Berlian

Dan benar apa yang Supeno tebak, Renata menjadi tidak mau lagi menyapanya dan meminta tolong apa pun lagi pada dirinya. Sepertinya memang sangat memalukan kalau Renata disukai Supeno Si Kacung Kampret miskin.
“Ren, maafin aku ya ... aku memang suka kamu tapi aku tau diri kok,” Supeno mencoba meminta maaf. Bukanya dijawab sepatah dua patah kata tapi Renata selalu memilih mendengus dan meninggalkan begitu saja.
Sikap Renata membuat dirinya mati gaya, tak harus bersikap bagaimana lagi? Lebih baik diomel-omelin sekalian tapi Renata baik seperti sediakala daripada hanya ditatap sinis dan tidak dianggap. Untunglah masih ada Lukman satu-satunya teman di kelas yang selalu menguatkan dan menghiburnya.
“Sudah Peno, anggap pengalaman cinta pertama yang kandas. Semua orang tidak hanya kamu pasti mengalami kesalahan dalam kisah cintanya. Anggap ini pengalaman terbaik buat ke depannya kamu melangkah dengan kisah cinta yang lain,” ungkap Lukman yang memang sudah sempat beberapa kali dekat dengan cewek, sebagai anak band dia gampang saja dekat dengan cewek ditambah wajahnya juga tampan. Saat tampil di panggung sebagai vokalis gaya Lukman banyak buat cewek-cewek histeris dan klepek-klepek termasuk Diaz dan Clara.
Lukman yang menyemangati dan menghibur Supeno, sedikit menguatkan Supeno tapi setiap ketemu Renata dan dijutekin membuat hati Supeno sakit. Seolah-olah dirinya memang hanya Kacung Kampret yang yang gak berhak menyanyagi apalagi disayangi.
***
Ibu Laila tidak bisa menolak pesona Pak Saputera yang dulu semasa sekolah memang pernah menjadi pacarnya, tapi sayang sekali ibunda Saputera kurang menyetujui hubungan mereka karena Laila bukan orang yang berada.
Hubungan cinta mereka kandas karena hal klasik perbedaan kekayaan dan sepertinya ini menurun pada putranya Supeno yang ditolak oleh putri majikannya yang kaya raya.
Ternyata masalah perbedaan kekayaan dan status itu tak kenal zaman akan menghalangi cinta antar dua hati manusia, sayangnya memang apa yang dialami putranya adalah bukan sekedar perbedaan kekayaan tapi juga penolakan atau cinta yang bertepuk sebelah tangan.
“Laila maukah kamu menerima lamaranku, aku sudah tak memiliki Rosi ... dan kamu juga sudah lama ditinggalkan Danang. Dan semesta menemukan kita kembali, aku masih menyimpan rasa cinta ini padamu walau ada Rosi yang menemaniku di masa hidupnya. Kenyataan cintaku padamu masih tersimpan di sisi hati lain dan aku tak mau lagi kehilangan kamu untuk kedua kalinya,” ungkap Saputera terhadap Laila.
Apa yang baru saja Saputera ungkapkan sebenarnya hal yang sama Laila pendam, di waktu lalu dirinya akhirnya memilih menerima pinangan Danang karena Saputera sudah dijodohkan dengan Rosi yang kaya raya dan beberapa hari lagi menikah.
Saat itu Laila seperti kehilangan arah, Danang yang diam-diam menyukai Laila sejak lama tapi tidak berani bersaing dengan Saputera yang anak kaya raya, menyatakan cintanya dan juga bersedia menikahinya.
Cinta dalam diam Danang meluluhkan perasaan Laila dan memupus perlahan sosok Saputera yang juga menghilang karena setelah berkeluarga dengan Rosi dia pindah dari Purbalingga ke Yogyakarta.
Laila hanya tahu kalau Saputera menjadi pengusaha sukses di Yogyakarta dengan gerai kaos-kaos anak muda yang banyak digemari hingga berbagi kota bahkan mancanegara. Tapi tidak mempunyai keturunan, tak jelas apa yang membuat pasangan suami istri yang berlimpah harta tidak juga dikaruniai anak hingga Rosi menderita sakit yang tidak jelas juga sampai meninggal.
Sementara Laila pun harus ditinggalkan Danang yang terkena TBC saat Supeno kelas tiga SD dan Aimah kelas TK B.
Semesta mempertemukan mereka tanpa sengaja ketika Laila ke pasar besar Purbalingga ternyata Saputera tengah menikmati soto ayam keriyik Bu Karsini yang juga sama-sama menjadi makanan favorit mereka.
Soto ayam keriyik Bu Karsini ini merupakan kuliner khas kota kecil Purbalingga, yang biasanya dihidangkan dengan kepala ayam dan pindang telur, ciri khas kuliner ini sesuai dengan namanya adalah tambahan kriyik yang merupakan adonan tepung beras dan kentang rebus halus yang digoreng sangat garing.
Saputera langsung mengenali Laila yang memang tak banyak berubah, di mata Saputera Laila adalah gadisnya yang manis dan lugu dari pancaran sorot matanya. Tak berubah masih sama seperti waktu lalu mereka remaja.
Saputera langsung mentraktir Laila, mereka bagai tak kenal waktu yang telah berjalan kurang lebih hampir dua puluh tahun. Dua puluh tahun tak ada artinya, mereka merasa dua remaja yang dipertemukan dan jatuh cinta lagi. Apalagi keduanya sama-sama tak lagi ada pasangan, berdua ditinggal pergi dengan kematian yang memisahkan keduanya.
Tak ada yang perlu dipersalahkan dan diragukan lagi kalau cinta yang telah lama terpisah tiba-tiba bersemi lagi.
Saputera langsung gerak cepat datang ke rumah Laila dan dirinya merasa kasihan menyaksikan keadaan mantan yang dicintainya dengan kehidupan yang serba terbatas.
Tapi diam-diam hati Saputera bangga dengan cara mendidik Laila terhadap anak-anaknya, melihat Supeno dan Aimah yang bersahaja, mandiri dan menerima keadaan mereka dengan lapang dada.
Supeno yang pintar dengan beasiswa yang diterima dari SD hingga SMU, demikian juga Aimah yang juga tak kalah hebat dengan kakaknya mendapat beasiswa juga.
Saputera meyakinkan Laila dia akan menyayangi anak-anak Laila seperti anaknya sendiri, karena memang dirinya mengidamkan untuk mendapatkan anak walau bukan dari bagian dirinya.
Dan anak-anak Laila adalah anak dari perempuan yang sebenarnya dari awal mengenal sangat dicintai sepenuh hati, jika sekarang Laila memiliki anak-anak maka Saputera menganggap dirinyalah yang harus membantu menjadikan anak-anak Laila lebih baik dalam kehidupan.
“Laila aku merasa jatuh cinta seperti saat aku jatuh cinta pertama kali bertemu denganmu, kamu membuat aku tak berubah dari dulu hingga sekarang. Dan aku juga menyayangi anak-anakmu terlebih aku memang ditakdirkan tidak memiliki anak dari diriku sendiri, tak mengapa mungkin ini rahasia Allah mempertemukan kembali aku dengan dirimu tanpa disengaja di tempat kesukaan kita juga waktu lalu. Sekarang dikesempatan kedua yang Allah berikan, aku memintamu untuk menemaniku sampai akhir hayat dan anak-anakmu adalah anakku yang akan menjadi penerus bisnis aku. Jadi izinkan aku untuk melamarmu kedua kalinya tanpa ada lagi yang bisa menghalangi aku kali ini untuk memilikimu ....” ungkap Saputera.
Laila tidak bisa menahan air matanya ketika sebuah cincin berlian disematkan Saputera ke jari manisnya, hal yang sama di waktu lalu entah cincin apa yang Saputera sematkan saat menyatakan cintanya.
Dan cincin bukan emas kuning atau putih masa lalu juga masih Laila simpan diam-diam karena takut melukai perasaan Danang di masa lalu.
Saputera tak menyangka kalau Laila masih menyimpan cincin imitasi yang dibelinya di pasar Gedhe semasa baru saja lulus SMU untuk diberikan pada Laila.
***
Laila masih memilih hari terbaik untuk bercerita pada Supeno dan Aimah akan rencana lamaran mantan pacarnya.
Laila sudah berpikir baik dan buruknya, jika menerima lamaran Saputera. Bukan dirinya tidak lagi setia pada almarhum suaminya, kenyataan cinta pertama pada Saputra hadir lagi dan Tuhan mempertemukan lagi dengan keduanya saat sudah sendiri.
Bukan nafsu yang dicari tentu saja, akan tetapi lebih rasa nyaman dan kasih sayang menghantarkan masa tua, bersama membesarkan Supeno dan Aimah.
Dirinya juga mulai lelah memikirkan kebutuhan sehari-hari dan tak tega melihat Supeno dan Aimah dijuluki kacung kampret mentang-mentang anak pembantu, lalu mereka pun seperti pembantu juga yang bisa disuruh kesana-kemari demi sebuah upah.
“Aku ingin memperbaiki hidup, untuk diriku sendiri dan juga anak-anakku, semoga Mas Danang di alam tenang mau mengerti posisiku,” laras Laila saat dirinya mengunjungi makam Danang.
“Hei Laila mau kerja apa melamun saja!” tiba-tiba Bi Siti menegurnya terang-terangan. Bibi Siti ini memang kurang suka dengan Laila dari lama.
Tiba-tiba matanya melihat jari manis Laila yang berkilau memakai cincin permata indah sekali.
Pikirannya macam-macam, dari mana Laila yang miskin bisa memiliki cincin begitu kemilau jangan-jangan ini milik Nyonya Rona.
Pikiran buruk Bi Siti membuat niat ke arah yang tidak baik, sudah lama Bi Siti ingin menyingkirkan Laila si tukang cuci dan setrika yang disayangi Nyonya Rona karena tahu anaknya Supeno pintar dan selalu membantu Renata putrinya di akademik.
Demikian si Aimah juga pintar mengambil hati Nyonya Rona selain hasil setrikaannya yang halus, Aimah sesekali memijit sambil melulur Nyonya Rona saat ingin santai. Menurut Nyonya Rona pijitan dan saat meluluri tangan Aimah enak di badannya.
Siti tahu persis cincin yang dipakai Laila itu sama persis milik Nyonya Rona, diam-diam Siti mencuri cincin yang sama persis milik Nyonya Rona dan akan menuduh Laila yang mengambilnya.
Tanpa banyak bicara Siti menjalankan apa yang dia pikirkan, tentu saja tanpa ada yang tahu niat jahat di otaknya.
Sore itu tiba-tiba ketika ada Renata, Ibu Laila dipanggil ke ruang kerja Nyonya Rona dengan wajah yang sudah tidak bersahabat dengan Ibu Laila.
“Laila tolong jelaskan pada saya dari mana kamu dapatkan cincin permata berlian yang kamu pakai? Yang jelas cincin permata berlian yang sama persis kamu pakai milik saya hilang dari kotaknya!” tuduh Nyonya Rona tanpa berperikemanusiaan.
Ibu Laila mendadak pucat, dirinya tidak menyangka sama sekali setelah bertahun-tahun bekerja di sini tiba-tiba menjadi tertuduh sebagai pencuri cincin permata berlian Nyonya Rona.
“Maafkan saya Nyonya, ini cincin pemberian sahabat saya dan saya tidak tahu sama sekali kalau Nyonya memiliki cincin yang sama dengan saya,” terang Ibu Laila.
“Tolong lepaskan cincin saya dari jari manis kamu dan kembalikan!” hardik Nyonya Rona yang sepertinya sudah kena hasutan Bibi Siti.
“Maaf Nyonya, ini benar-benar cincin milik saya kalau tidak percaya di balik cincin ini ada nama saya, karena sahabat saya memang sengaja memesankan dengan nama saya di belakangnya,” bela Ibu Laila.
“Cepat lepaskan cincin saya! Kamu tahu itu cincin kesayangan milik saya! Atau akan saya laporkan ke Kepolisian yang tentu saja akan membela saya daripada kamu!” Nyonya Rona menjadi berang.
Ibu Laila dengan ketakutan melepas cincin disaksikan Bi Siti, Bi Isah, Teteh Irma dan Renata. Dan Nyonya Rona langsung memakainya dan memang pas juga di jari manisnya.
“Saat ini juga aku pecat kamu sebagai pembantu yang telah berubah menjadi maling! Pergi! Angkat kaki sekarang juga! Dan oh ya anak kamu siapa Supeno! juga jangan ganggu-ganggu putriku! Kamu pasti belum tahukan kelakuan putra kamu yang sudah mempermalukan Renata dengan suratnya di depan kelas beberapa waktu lalu!” hardik Nyonya Rona dengan sangat kasar.
Ibu Laila memilih untuk segera angkat kaki dan membiarkan cincin pemberian Saputera yang sekarang bertengger di jari manis Nyonya Rona.
Sesampainya di rumah Ibu Laila langsung masuk kamar dan menangis terisak-isak, Supeno yang tengah membaca buku dan Aimah yang tengah menyetrika langsung menyusul.
Mereka mendengarkan Ibu Laila yang bercerita tersedu-sedu atas tuduhan Nyonya Rona terhadap dirinya .
“Dan kamu Peno apa yang telah kamu lakukan dengan surat yang dianggap mempermalukan Non Renata di kelas kalian?” tanya Ibu Laila.
Supeno menundukan kepala,”Maafkan Peno Ibu, itu bukan kesengajaan jadi aku memang salah mengambil surat yang seharusnya aku kasihkan ke Bernard pacar Renata dengan kertas curhatan aku yang Ibu sarankan untuk aku tulis jika aku tak bisa berbicara dengan siapa pun ....”
“Oh ... jadi surat curhatan kamu dibaca keras-keras di depan kelas dan kamu ... kamu ... Ibu sudah duga pasti kamu semakin menjadi bahan olokan teman-temanmu terlebih Non Renata yang sangat marah dengan kamukan? Ibu sudah duga waktu lalu Non Renata pulang sekolah dengan wajah merah padam dan melihat Ibu sangat kesal, saat Ibu tanya dia memang menyuruh Ibu tanyakan sendiri sama anak laki-laki Ibu dan hari ini terjawab semua,” sedih Bu Laila berkata.
“Maafkan aku Bu,” lanjut Supeno.
“Tak ada yang perlu dimaafkan Nak, kita memang harus segera memikirkan nasib kita dan tak bisa bergantung lagi dengan keluarga Renata. Ibu akan memikirkan yang terbaik buat kita,” ucap Bu Laila teringat lamaran yang Saputera ajukan. Lamaran sekaligus kesediaan dirinya untuk pindah ke Yogyakarta karena bisnis Saputera dan juga rumah tinggal mewahnya ada di sana.

Download Titik & Koma

* Available on iPhone, iPad and all Android devices