kepentok kacung kampret
Kepentok Kacung Kampret

Kepentok Kacung Kampret

Reads
203
Votes
0
Parts
20
Vote
by Titikoma

7. Hello Keributan

Dua tahun kemudian ....
Universitas Pembangunan Bangsa
Hari pertama di penerimaan mahasiswa, Supeno akhirnya diterima tanpa ujian di Universitas Pembangunan Bangsa.
Keenceran otaknya membuat dia diterima di Fakultas Ekonomi Manajemen dan untuk memperdalam hobi mendesain Supeno mengambil S1 untuk desaign grafis di beda universitas.
Bapaknya sudah mengarahkan Supeno untuk meneruskan bisnis kaos sebagai produksi utama di samping barang-barang yang lain yang disesuaikan dengan trend.
Menjadi hal yang bukan rahasia kalau saat penerimaan mahasiswa di mana pun menjadi hal yang ditakuti buat mahasiswa baru, karena sudah dihimbau untuk tidak ada kekerasaan dan pembulian tapi tetap saja terkadang ada hal-hal seperti ini.
Dan benar saja pagi ini hari pertama masuk sebagai anak kuliahan, buat mahasiswa yang datang terlambat sudah dipisahkan dari mahasiswa baru yang datang tepat waktu.
Supeno terperangah ternyata di barisan depan mahasiswa baru yang terlambat ada Renata, Bernard, Diaz dan Bano teman-teman kelas 11 yang sudah dua tahun lalu tak bertemu.
Semua terlambat sepertinya kebiasan tidak disiplin masih mereka bawa hingga sekarang. Dan sepertinya mereka satu kelompok kompak untuk kuliah di universitas yang sama, kecuali Clara.
Di pandangan Supeno, Renata tak banyak berubah tetap cantik dan rambutnya udah lebih panjang lagi, kulit putihnya memerah karena mulai kena panas matahari, wajahnya tampak resah.
Tak urung jantung Supeno berdebat-debar tidak karuan. Kenapa juga harus bertemu kembali dan pasti akan ada cerita lagi harus dilewati selama terhubung dengan makhluk cantik sombong bernama Renata.
"Buat semua MaBa alias Mahasiswa Baru besok Kakak harap jangan ada yang terlambat seperti teman-teman kalian di depan ini! Ingat kalian bukan lagi remaja seperti anak SMU tapi kalian sudah menjadi orang dewasa yang sudah harus lebih menghargai waktu dan disiplin!" seru kakak pembina yang juga sebagai Ketua Penerimaan Mahasiswa Baru tahun ini.
Semua terdiam tak ada yang berani berisik.
“Buat yang datang terlambat silakan kalian lari keliling lapangan sebanyak lima kali untuk olah raga pagi! Dan yang lain akan segera dibagi kelompok untuk kegiatan selama lima hari ini.”
Supeno melihat Renata yang mulai berlari mengelilingi lapangan, rasanya ingin dia saja yang menggantikan Renata lari keliling.
"Aish apa-apaan sih aku kenapa masih mikirin Renata terus, kenapa juga dia kuliah di sini juga!" Supeno bicara sendiri.
"Eh kamu yang bernama Supeno, aku Rindu kita satu regu, hmmm ada dua lagi nih kelompok kita tapi sepertinya masih dihukum deh!" Tiba-tiba di sebelah Supeno sudah ada cewek imut manis yang memperkenalkan diri bernama Rindu.
"Eh aku Hendrik, kita semua berlima satu regu ... nah itu kayaknya deh dua lagi yang lagi jalan ke arah kita," Hendrik menunjuk dua orang yang Supeno tahu persis dia adalah Renata dan Bano.
Baik Renata dan Bano langsung tunjuk-tunjukan dan tertawa bersama saat di hadapan mereka adalah Supeno yang dianggap menghilang dua tahun setelah peristiwa penciuman yang sebenarnya tidak sengaja.
"Hadooow mimpi apa semalam kenapa aku harus bertemu dengan Kacung Kampret yang hilang dua tahun lalu," kata Bano dengan senyum menyebalkan.
"Peno kok kamu bisa sih sekolah di Universitas mahal ini, males deh ketemu kamu lagi Cung Pret ...." Renata menimpali, dirinya kesal karena peristiwa dua tahun lalu tanpa sengaja membuat Bernard marah dengan alasan yang enggak banget sebenarnya.
Bernard tidak terima first kiss pacarnya adalah Supeno Si Kacung Kampret yang bukan levelnya.
Kata Bernard dia lebih rela kalau Renata dicium Justin Bibber sekalian yang wajahnya selevel dengan dirinya daripada Supeno.
"Eits teman-teman baru kita belum tahu siapa Supeno sebenarnya, hmmm tapi sejujurnya ada anggota di kelompok kita yang dari sononya sudah ditakdirkan jadi kacung mau di mana pun berada mengenakan kita kok sebenarnya, iya gak Ren?" ungkap Bano sambil mengedipkan mata.
"Iya juga. Hmm jadi ceritanya begini teman-teman baru maksudku Hendrik dan Rindu ... ehem sebenarnya Supeno ini bekas teman kita di kelas 11 waktu lalu karena ... kerena berbagai hal dia pindah. Pindah tanpa pamit dan tanpa jejak bisa dibilang begitu. Dan ternyata kita bertemu lagi di sini. Aku gak duga loh dia bisa sekolah di sini!” terang Renata.
Supeno dulu selalu kami julukin Kacung Kampret karena memang dia selalu menjadi pembantu alias tukang yang suka kami suruh-suruh untuk dapat upah, gak beda dengan ibunya yang babu cuci dan setrika di rumah Renata," kata Bano songong.
"Oh gitu, wah baguslah kalau begitu tugas-tugas kelompok bisa dong Supeno saja yang kerjain," timpal Hendrik, yang dari bentuk tubuhnya yang gendut tampaknya dia sedikit pemalas.
"Gak bisa gitu dong teman-teman baru, kita satu kelompok dan fungsi kelompok adalah bekerja sama," bela Rindu secara tidak langsung pada Supeno.
Supeno memilih diam saat dibuly oleh Bano, Renata, dan sepertinya Hendrik juga ke depannya tak akan beda dengan teman-teman di waktu lalu yang suka menyuruh-nyuruh dirinya.
Tak lama Bernard juga menghampiri Renata yang sedang berbincang dengan Rindu dan serta merta dia tertawa ngakak sambil berteriak,"Ya ampun kirain di sisa hidup aku gak akan ketemu dengan Kacung Kampret lagi, tapi dasar ya kadang the world is so small, so masih saja kita bertemu dengan Supeno Si Kacung Kampret so say hello Kacung Kampret nice to meet you again."
"Hai siap sih kamu bule, datang-datang bukannya Assalamualaikum, kulonuwun, punten, permisi, atau memperkenalkam diri, sama saja dengan Renata dan Bano mengejek Supeno. Emang dia salah apa sih kok omongan kalian gak enak banget di kuping. Dan kamu juga Hendrik kamu kan sama-sama baru kenal seperti aku, ngapain sih ikut-ikutan kasih julukan yang gak enak banget di kuping!" hardik Rindu.
Rindu itu gak tinggi dan keliatannya seperti cewek rapuh tapi ternyata dia berani bicara dan gak ada takutnya menatap Renata, Bernard, Bano, dan Hendrik yang baru dikenalnya.
"Plok ... plok ... plok," Bano bertepuk tangan lalu,"Wah seru sekarang Si Kacung Kampret ada yang belain selain siapa dulu sahabatnya dia yang pemabuk dan ngobat anak band?" tanya Bernard pada Bano.
"Si Lukman," jawab Bano singkat.
"Iya ... ya ... si Lukman yang kamu pasti belum tahu kan sahabat kamu pemabuk dan terakhir sempat ketauan konsumsi obat dan sama nasibnya dengan kamu dikeluarkan dari sekolah!" Lanjut Bernard.
"Gak mungkin Lukman seperti itu!" Bela Supeno.
"Itu kenyataan Peno, Lukman setelah gak ada kamu jadi gak jelas," lanjut Renata.
"Gak mungkin!" Supeno terima kalau dirinya yang selalu direndahkan, tapi Lukman sahabat baiknya direndahkan dirinya tidak terima.
Wajah Supeno memanas dan rasanya ingin tangannya meninju Bano dan Bernard.
"Apa kamu berani melotot!" Berani dengan kita!” Bano nyolot.
Dan Supeno merasa tidak Lukman dijatuhkan dia serta merta menyerang Bano. “Buk! Buk!” lalu Bernad membalas dari belakang tubuh Supeno.
Terjadi perkelahian yang tidak seimbang, tiba-tiba Rindu menyerang membantu Supeno. Tak disangka gadis imut itu pintar berkelahi.
“Dash! Dash!” dua pukulan dan tendangan langsung mengenai Bernard yang tengah menyerang Supeno dari belakang dan semua tumbang termasuk Supeno sementara Rindu pasang kuda-kuda.
"Sayang kamu enggak apa-apa," Renata langsung menghampiri Bernard yang tersungkur.
Seketika bagian keamanan dan kakak kelas panitia penerimaan MaBa langsung menggelandang semuanya ke sekertariat untuk diadili.
Sudah pasti semua diceramahi panjang lebar, dianggap pengacau di hari pertama penerimaan mahasiswa baru mereka semua dianggap menjadi biang onar, tak terkecuali Hendrik dan Renata yang tidak ikut berkelahi juga dianggap bersalah.
Seharian mereka dijemur, untuk yang berkelahi mendapat hukuman tambahan untuk setiap pagi harus melapor dan membawa tugas tertulis dengan materi yang diberikan saat acara diskusi panel atau presentasi penerimaan MaBa selesai setiap sore.
"Sial gara-gara si Kacung Kampret dan sahabat barunya aku jadi ketambahan tugas," omel Bernard.
Renata memilih diam, daripada dia berbicara maka akan membuat pacarnya semakin kesal. Dua tahun menjadi pacar Bernard, Renata udah tahu watak Bernard yang temperamen apalagi kalau sedang marah.
Dalam hati sebenarnya Renata ingin membela Supeno tapi yang ada Bernard akan marah seperti waktu lalu saat dia membela gara-gara Supeno memberikan nafas buatan yang Renata sendiri gak merasa apa-apa tapi Bernard sangat marah.
***
Hari kedua Bano melancarkan perang dingin. Kerja kelompok didominasi Rindu, Hendrik, dan Renata sementara Supeno dan Bano lebih memilih banyak diam.
Tapi Supeno masih mau menjawab pertanyaan-pertanyaan saat diskusi panel, kalau Bano sudah sangat malas mengikuti penataran yang menjadi syarat penerimaan Mahasiswa Baru.
Sore penutupan hari kedua, dari dalam mobil Freed putihnya Supeno melihat Renata dan Bernard.
Tampak Bernard seperti memarahin Renata, pas di deket mobil Kijang milik Bernard, Bernard mengguncang bahu Renata entah marah apa sampai guncang-guncang bahu pacarnya.
Renata hanya menutup mukanya, Supeno keluar dari mobil dan ... berteriak, "Hai kalau kesatria jangan bisanya marahin cewek!" Supeno berteriak.
"Peno apan sih gak usah ikut campur urusan kami!" Renata menghardik Supeno.
"Tapi Re, Bernard kasar sekali ke kamu aku gak terima!" balas Supeno menatap tajam si bule.
"Kamu ngurusin banget sih! Kamu masih suka dengan Renata ambil tuh!" balas Bernard berang.
Kalau tak dicegah Rindu yang tiba-tiba nongol pasti akan ada perkelahian lagi,”Hai kalian mau diskors apa! Belum mulai kuliah yang ada kalian sudah diskors duluan! Urusan hukuman kemarin saja belum selesai masih tiga hari lagi baru bebas! Sekarang kalian mau berkelahi lagi!” teriak Rindu.
"Udah-udah ...." Renata menarik Bernard masuk ke mobil Kijang, sementara Supeno menatap tajam Bernard dan mengepalkan tangan sambil mengancam,”Awas kamu kasar dengan Renata!”
“Diam Peno Kacung kampret, jangan pernah mengurusi aku dan jangan pernah ikut campur!” Renata menarik Bernard masuk mobil.
“Huuuh dengar apa kata pacarku! Sok pahlawan!” Bernard mencibir.

Download Titik & Koma

* Available on iPhone, iPad and all Android devices