kepentok kacung kampret
Kepentok Kacung Kampret

Kepentok Kacung Kampret

Reads
200
Votes
0
Parts
20
Vote
by Titikoma

18. Accident

Renata jujur beberapa hari ini jadi tidak fokus kerja sampai-sampai tadi ditegur Reni yang pas bareng jaga stand pameran.
“Ren, kamu kayaknya beberapa hari ini gak fokus kerja deh,” tegur Reni.
“Eh, enggak apa-apa Ren. Cuma memang ada yang kepikiran sih ....,” jawab Renata datar.
“Paling kamu kepikiran sama cowok yang suka samperin kamu makan siang toh? Aku kayaknya familiar deh sama cowok kamu. Dia kerap keliatan di mall ini,” Reni berkata sambil ekspresi wajahnya berpikir.
“Sepertinya sih iya ... soalnya dia kan memang jadi sopirnya yang punya itu tuuuh! Counter seberang sana!” Renata menunjuk counter yang cukup besar dengan berbagai produk anak muda.
“Oh counter DogCat, itu counter yang selalu ramai! Bahkan jadi ciri khas ke Yogya harus beli kaos di situ. Dan gak hanya kaos mereka mulai merambah banyak produk yang dicari anak muda. Eh sih ... siapa pacar kamu namanya?” tanya Reni lanjut sambil mengingat.
“Supeno,” jawab Renata pendek tanpa niat memprotes Reni menyebut sebagai pacarnya. Bisa jadi orang pasti menganggap Supeno pacarnya soalnya memang hanya dia yang dekat dengan dirinya saat-saat ini.
“Iyaaa! Supeno, hmmm dia sopir dan administrasi kali ya Ren, kalau sopir kok kayaknya sering di counter kaya ngecek-ngecek gitu. Soalnya aku kan udah lama di sini dan kerap liat dia. Dia juga kerap tampil rapi loh waktu lalu, ya santai tapi rapi gitulah,” terang Reni.
“Iya dia mah selalu santai, maklumlah sopir! Sesama Kacung Kampret kaya aku,” jawab Renata ngasal, dirinya tengah berusaha konsentrasi mengerjakan laporan omset selama sebulan ini di depan komputer.
“Apa-an Ren? Kacung Kampret, ada-ada aja istilah kamu,” seloroh Reni sambil tertawa geli mendengar istilah yang barusan di dengar.
Tak urung membuat Renata jadi tersenyum juga, iya kata Supeno,”Orang mau jabatannya setinggi apa pun, selama kerja sama orang namanya Kacung Kampret! Makanya kata dia maunya nanti jadi wiraswasta. Yah semogalah sementara ini sih masih jadi Kacung Kampret-Kacung Kampret lagi!”
“Kok, lagi? Emang udah dari dulu dia jadi Kacung Kampret?” tanya Reni kepo.
“Iyaaaa, gitu deh!” jawab Renata acuh.
“Hai ceitain dong hubungan kamu sama pacar kamu dan uuups kayanya aku tahu deh kamu galau gara-gara kemarin ada si bule yang kayanya membuat kamu salah tingkah. Hmmm si Bule itu ganteng loh Ren! Jauhlah sama Supeno yang kamu bilang cuma Kacung Kampret,” goda Reni.
Memang sih kedatangan tiga kali Bernard yang minta balikan membuat Renata galau. Hatinya masih terbawa rasa cinta lama, bagaimanapun Bernard cinta pertama dan perasaan dia dengan Supeno masih biasa saja, walau Renata tak bisa pungkiri bersama Supeno dirinya merasa nyaman.
Supeno itu membuat dirinya bisa menjadi dirinya sendiri yang tengah rapuh, marah, putus asa, sedih sekaligus gembira merayakan satu persatu kemandirian dan perubahan sikap pada dirinya yang terlalu angkuh di waktu lalu.
Setelah melewati perenungan, Renata bersyukur karena Allah masih menegurnya dan terlebih masih mempunyai teman yang menyadarkan dirinya untuk bersikap lebih baik terhadap orang lain. Saat ini Renata hanya ingin sebisa mungkin menjadi pribadi mandiri dan bisa membantu papa mamanya keluar dari masalah mereka.
Renata melirik boneka panda memeluk bantal kecil I Love You yang tadi siang dibawakan oleh Bernard. Kata-kata Bernard tadi siang membuat pikirannya tak konsentrasi sepenuhnya terhadap laporan omset yang tengah dia kerjakan. Hari ini dirinya harus lembur dan malam Supeno janji akan menjemput mengantarnya pulang.
Renata tak urung tersenyum, siang tadi Bernard dengan manis mengatakan,”Aku masih mencintaimu Renata, maafkan maafkan aku yang telah waktu lalu membuat kamu sedih! Aku sepertinya tengah terpengaruh hasutan Marreta sampai-sampai aku sangat tega mengejek dan meninggalkanmu saat kamu sedang sedih dengan masalah keluargamu.”
Sebenarnya Renata sangat muak dengan Bernard karena kelakuannya waktu-waktu lalu, tapi kenapa hatinya masih berdebar-debar berharap Bernard benar-benar menyadari kesalahannya dan akan memeluknya kembali seperti waktu lalu.
Dan siang tadi tak urung Renata rela sejenak Bernard memeluknya saat meminta maaf. Dan tak Renata sadar, Supeno melihat semuanya karena saat itu dia akan mengajak Renata makan siang.
Supeno mengawasi dari jarak tak terlalu jauh, hanya saja Renata tak melihatnya. Supeno tak bisa menahan rasa cemburu sebenarnya, karena sepertinya Renata masih mencintai mantan yang telah mencampakkan dirinya.
Bagaimana cinta masih ada di hati Renata? Supeno tak habis pikir, apakah Renata tak bisa merasakan sedikit pun perasaan hatinya?
Dan siang itu Supeno harus menahan sedih karena Renata mau diajak makan bersama Bernard di restoran mewah di lantai 4 yang tak pernah sekali pun Peno mengajak Renata untuk makan di tempat mewah.
Supeno tak mau Renata tau siapa dirinya? Dan sepertinya Renata senang sekali diajak ke restoran yang memang tempatnya romantis, sudah berapa lama Renata tak menikmati makan di tempat mewah?
Ah Supeno serba salah, kenapa tak terbesit sesekali mengajak seperti yang tengah Bernard lakukan? Tapi untuk apa juga? Dan sekarang hatinya begitu lara karena Renata terang-terangan mengatakan masih menyukai Bernard.
***
Pukul 22.15
Supeno sudah selesai mengecek laporan admin counter utama, jualan hari Sabtu ini benar-benar bagus. Banyak kaos dengan jargon-jargon unik anak muda terjual laris. Ada kepuasan tersendiri karena sebagian besar dasain-desain yang tercetak adalah ide-ide kreatifnya.
Tapi sebenarnya sisa siang hingga malam ini tak bisa lepas dari apa yang dilihat saat akan mengajak makan siang Renata.
“Ah kenapa sih Bernard datang lagi? Dan kenapa juga Bernard minta balikan lagi? Hmmm dan Renata, sepertinya masih ingin mencoba jalan lagi bersama Bernard yang jelas-jelas cowok yang egois? Tapi hmmm mungkin memang benar kata orang cinta itu buta, kenapa juga aku masih berharap memiliki Renata yang jelas-jelas tak bisa merasakan apa yang aku rasakan? Ah sudahlah, memang nasibku. Ini juga yang mungkin dirasakan Rindu, aku tahu Rindu menyukai aku waktu lalu tapi aku memilih mengacuhkan karena aku memang tak ada perasaan apa pun. Apa kabar Rindu ya.” Supeno asik berbincang dengan perasaannya sendiri.
“Haaaai Pen! Kok bengong sih, kamu siang gak nyamperin aku makan kan?” Renata yang telah merapikan berkas-berkas menegur Supeno yang bengong di luar counter Renata jaga.
“Enggak, tadi sorry aku bantu-bantu bagian penjualan soalnya ramai banget sampai kewalahan jadi aku makan di counter saja. Lupa aku bilang ke kamu,” jawab Supeno berbohong.
“Eh kelupaaan!” Renata mengambil boneka panda cukup yang dadanya berbantal hati.
“Lucu ...,” komen Supeno kecut.
“Iya tadi aku lunch di atas dia kasih panda ini juga, lucu ya,” kata Renata polos, tak merasa perubahan wajah Supeno yang memanas menahan sebuah rasa.
“Ayo pulang udah malam,” ajak Supeno.
Dan sisa waktu menuju kostan Renata, Supeno cenderung diam. Hatinya masih belum terima jika Renata akan balikan dengan Bernard, “Kenapa harus Bernard? Lebih rela kalau dengan yang lain saja!” Protes hati Supeno.
Seperti biasa angin malam sepertinya menina bobokan Renata yang seharian ini jaga counter dan buat laporan closing bulanan. Entah sudah kesekian kali Renata tertidur di punggungnya kalau diboncengkan dan jujur Supeno tak pernah keberatan untuk ini.
“Ren sudah sampai ....” Supeno memarkir motor bebek yang semakin tua tapi karena Supeno merawatnya dengan apik, bebek itu tatap saja antik dan enak buat jalan.
“Sorry ya Pen aku tertidur, habis kamu sihhhh dari tadi diam aja! Kamu marah atau sakit gigi ya?” protes Renata yang merasa Supeno jadi pendiam dari menjemput dirinya.
“Hmmm gak apa-apa pengin diam aja, lagi cape ngomong,” jawab Supeno cuek. Biasanya dia tak bisa cuek sebenarnya, tapi entah kenapa malam ini rasa hatinya begitu lelah. Bisa jadi karena jelang akhir tahun dirinya juga harus mempertanggung jawabkan laporan yearly sales pada ayahnya.
“Ok terima kasih ya Pen, sampai besok hmmm katanya kamu mau ajak nonton?” tanya Renata mengingatkan waktu lalu Supeno pernah keceplosan ingin ngajak nonton film Despicable Me 3.
“Iya, kalau kamu mau besok yaa kita nonton. Filmnya lucu banget masih minion itu,” tak urung Peno berusaha tersenyum.
“Oke sampai besok ya Pen , dahh!” Renata melambaikan tangan.
Entah kenapa malam ini dirinya sangat lemas dan malam ini dirinya harus merelakan motor tuanya harus ringsek demikian tubuhnya serasa kaku mendadak dan ada perih di sekujur tubuh.
Supeno yang tengah melamun disruduk sebuah truk dari belakang di jelang tengah malam selepas mengantar Renata.
Gambaran minion-minion di Despicable Me 3 yang janji akan ditonton bersama Renata tiba-tiba seperti mengerubunginya dengan baju putih, bukan lagi baju kuning. Dan wajah Renata yang tersenyum manis, Bernard yang tertawa mengejek, Rindu yang tersenyum kecut, sementara ibu, Aimah, dan ayahnya menangisinya.
“Ah di mana aku?” ucap Supeno yang tak bisa disuarakan, semua tercekat hanya di tenggorokan.

Download Titik & Koma

* Available on iPhone, iPad and all Android devices