Aku Bukan Pilihan

Reads
162
Votes
0
Parts
11
Vote
by Titikoma

1. Gadis Metropolitan Itu

 “Shi... Shinta...” Gadis metropolitan itu menyebutkan namanya dengan terbata dan agak malu-malu.
“Katanya gadis metropolitan tapi kok sepertinya pemalu dan penakut,” itu yang ada dipikiran Rama.
“Rama… bagian IT,” kata Rama memperkenalkan dirinya berusaha santai walau ada debar jantung yang berdetak lebih cepat karena sosok gadis ayu berdiri di hadapannya.
“Wah pas banget, satu Shinta dan satunya Rama, kalian seperti pasangan di tokoh pewayangan saja!” tiba-tiba Dony, sahabat Rama berkomentar. Komentar Dony membuat pipi Shinta memerah.
Sementara Rama sendiri tidak menyangka sahabatnya akan berkomentar yang menjurus-jurus ke perjodohan. Dony sepertinya sudah gatel ingin segera melihat dirinya bisa move on dari mantannya, Santi.
Dony memang tahu banyak akan keadaan dirinya dan kisah cintanya yang kandas. Dony sudah berkali-kali menasihati untuk melupakan Santi, tapi sampai detik ini Rama masih belum bisa memulai yang namanya berhubungan cinta lagi.
***
Sehabis salat jumat, Rama menolak ajakan Dony dan Mutia yang mengajak makan siang di daerah Kebon Dalem.
Tanpa sengaja Rama melihat Shinta yang masih berkutat di depan komputer. Rama memperhatikan Shinta yang tidak sadar tengah diperhatikan sepasang mata yang menatapnya lembut.
“Shin... kamu asli Jakarta beneran?” tanya Rama yang tidak yakin seratus persen kalau gadis yang sekarang tengah menikmati gado-gado bersamanya di kantin kantor PT. Elektronik Globes cabang Purwokerto ini asli anak Jakarta.
“Memang kalau iya anak Jakarta kenapa dan kalau tidak kenapa? Pengaruh ya asal-usul untuk menjalin pertemanan di sini?” Shinta balik bertanya dengan wajah yang mendadak berubah serius.
“Oh bukan itu maksudku... wajah kamu itu kaya putri keraton, aku kira kamu berasal dari Yogyakarta atau Surakarta,” Rama jadi salah tingkah dengan pertanyaan yang mungkin dianggapnya SARA.
“Oh gitu! Aku memang lahir dan besar di Jakarta kok!” kata Shinta santai tapi sedikit jutek. Dalam hati Shinta agak sebal sama cowok yang sok tahu dan sepertinya tengah kepingin tahu tentang dirinya.
“Apaan sih… siapa lo? Mau tahu gue aja!” rutuk hati Shinta.
Rama jadi tersadar kalau Shinta tidak suka dengan pertanyaan dirinya barusan yang mungkin dianggapnya terlalu mengurusi hal yang tidak prinsipal dalam pertemanan.
“Oh iya sudahlah nggak usah dibahas lanjut! Aku tidak bermaksud tidak percaya dengan asal-usul kamu kok. Sungguh! Sebenarnya aku cuma mau bilang wajah kamu tuh ayu banget kaya putri keraton Yogyakarta atau Surakarta,” Rama keget dari mana dia punya keberanian bicara jujur yang membuat wajah Shinta yang jutek berubah merona merah.
Untung hanya berdua saja jadi Rama tidak perlu mengumbar rasa malunya karena barusan bicara jujur akan gadis ayu berasal dari metropolitan.
“Terima kasih sanjungannya...” Shinta meneguk teh botolnya hingga habis.
Rama juga segera menyelesaikan makan siangnya dengan menu lontong dan sate ayam kampung bumbu kacang pedas.
Saat kembali ke kantor ternyata masih sepi. Maklum hari Jumat sepertinya pada makan siang agak jauh dari kantor. Budaya di kantornya adalah JumCer alias Jumat Ceria. Kalau lunch suka agak jauh dari kantor, sekalian cuci mata.
***
Perkenalan beberapa hari lalu dan makan siang tadi bersama Shinta menghadirkan debar yang tidak biasanya. Rama bingung apakah kisah dirinya dengan Santi di waktu lalu akan berulang?
Santi mantannya sudah memutuskan langsung menikah selepas lulus kuliah dengan putra sahabat orang tuanya. Keputusan Santi dianggap terbaik karena di awal wisuda Rama belum dapat pekerjaan, dirinya masih melamar di banyak perusahaan tapi belum juga ada yang menerimanya.
Sementara mamanya Santi berharap setelah lulus wisuda ingin segera putrinya menikah. Waktu bersamaan dengan sahabat orang tua Santi, punya anak lelaki sukses yang tengah mencari pendamping hidup.
Handoko yang bekerja di Singapura, tengah liburan di Yogyakarta menemui orang tuanya yang bersahabat dengan mama papanya Santi. Dan mungkin ini yang dinamakan jodoh.
Santi menemani ke manapun Handoko jalan selama di Yogyakarta. Sepertinya disengaja Santi diberi kebebasan papa dan mamanya untuk menemani Handoko karena mereka mempunyai misi menjodohkan putri mereka dengan Handoko yang sudah mapan.
Santi dan Handoko berada pada titik kenyamanan saat bersama. Cinta hadir didukung tingkat kemapanan Handoko yang membuat Santi menyetujui perjodohan orang tuanya. Hingga memilih putus dengan Rama.
Waktu itu keputusan Santi menyakitkan bagi Rama. Lelaki mana yang tidak sakit hati kekasih yang dicintai akhirnya memilih lelaki lain? Bagi Rama yang menyakitkan bukan hanya karena perjodohan, tapi memang ada cinta di hati Santi dan Handoko.
Rama Wijaya menghargai kejujuran dan keterbukaan. Sakit! Tapi Santi menjelaskan secara rasional kenapa dirinya memilih Handoko dibandingkan dirinya.
Rama sadar saat itu belum bisa menjadi laki-laki yang lebih baik dari Handoko, maka Rama berusaha ikhlas melepas Santi yang sudah dua tahun terakhir menjadi kekasihnya.
Jujur ada rasa pedih menyeruak dalam hati, tapi memang dirinya bukan pilihan yang terbaik buat Santi.
“Terkadang cinta harus dibuktikan dengan merelakan orang yang kita cintai untuk dimiliki orang lain yang dianggap lebih bisa memberi kebahagiaan dari diri kita.”
Cerita Rama dan Santi selesai seiring terbangnya Santi ke Singapura setelah akad nikah dan resepsi digelar dengan pesta meriah.
***
Melewati masa pascawisuda dan pasca putus dengan Santi adalah rasa hampa dan sunyi di hati. Dua tahun bersama Santi menyisakan kenangan dan kehilangan.
Tapi waktu terus berjalan, Rama berjuang untuk dirinya. Ada prioritas yang dikejarnya di Kota Purwokerto ini sebagai kota mengadu nasib.
Saat melamar sebagai staf IT, Rama tidak mendapatkan penempatan di Yogyakarta seperti harapannya agar tetap bisa menjaga bapak dan ibu. Dia mendapatkan Surat Kerja bertugas di Purwokerto dan sesekali ke Yogyakarta bila ada meeting sistem baru IT yang dia tangani.
Setahun ini setelah Rama bekerja sebagai supervisor IT di perusahaan multinasional elektronik, baru bisa merasakan hidup normal lagi meskipun tanpa kekasih.
Purwokerto lebih tenang, tidak seramai Yogyakarta. Menjadi kota yang tepat untuk menyepi dan berkonsentrasi pada pekerjaan IT yang menuntut dirinya menghabiskan banyak waktu di kantor. Sesekali saja keluar saat harus berhubungan dengan vendor yang menjadi rekanan perusahaan.
Setahun terlewati belum ada gadis menarik yang bisa membuatnya berdebar seperti yang pernah Rama rasakan pada mantannya.
Pagi hari lalu kehadiran Shinta yang tengah berkeliling ruangan kantor lalu diperkenalkan oleh Pak Hernowo membuat hati Rama merasa berdebar. Sosok Shinta kenapa mengingatkan pada Santi?
Kedatangan gadis metropolitan itu seakan mengingatkan kembali saat dirinya memiliki seorang kekasih. Apakah setahun hampa dan sunyi hatinya harus Rama akhiri? Merasakan debar jantungnya yang lebih berdegup keras menatap wajah gadis berparas ayu.
***

Download Titik & Koma

* Available on iPhone, iPad and all Android devices