by Titikoma
2. Berita Mengejutkan
Sinopsis
Airin Septiana, gadis cantik berusia 22 tahun, dia terlahir sebagai wanita penyandang disabilitas. Ada kelainan pada kakinya yang menyebabkan ia harus berjalan menggunakan kedua tongkat.
Meski keadaannya demikian, namun tak menyurutkan semangat Airin dalam menggapai impiannya sebagai penulis novel.
Semua novelnya pasti dengan tokoh utama cowoknya bernama Arizal. Itu karena Airin sangat merindukan Arizal, sahabat pertamanya sejak Sekolah Dasar.
Airin dan Arizal terpisah karena Airin harus mengikuti orang tuanya pindah ke Martapura, Kalimantan Selatan.
Ia berharap melalui novel yang ditulisnya mampu mempertemukannya kembali dengan Arizal.
Kenyataan memang tak selalu seperti yang diinginkan. Ia bukan dipertemukan dengan Arizal, melainkan dipertemukan dengan pria tampan dan mapan yang usianya jauh lebih tua dari usianya sendiri. Pria itu bernama Arjuna Dewantara.
Airin terjebak dalam cinta menyedihkan. Arjuna ternyata seorang pria yang tengah sekarat karena menderita kanker otak.
Haruskah Airin menikah dengannya dan meraup kebahagiaan walau sejenak, karena umur Arjuna sudah tidak lama lagi. Atau memilih untuk tidak menerima Arjuna, membiarkan Arjuna mati perlahan tanpa pernah merasakan sebuah pernikahan.
***
Aku bernapas lega, akhirnya selesai juga menulis sinopsis novel baru.
Ini kelima kalinya aku menulis novel dengan tokoh utama cowok bernama Arizal. Tapi kali ini aku menulis novel berdasarkan kisah nyata teman sebenarnya, hanya saja nama tokohnya tetap memakai namaku dan Arizal, dan tentu saja dicampur fiksi.
Aku berharap novel ini akan diterima penerbit dan beredar di toko buku seluruh Indonesia. Tidak seperti novelku lainnya yang selalu ditolak.
Dari kecil berteman dengan sepi dan sunyi. Kesunyian mampu melahirkan imajinasi-imajinasi di kepalaku.
Semakin hari imajinasiku semakin liar, sehingga muncul keinginan menjadi penulis sepenuhnya untuk menuangkan imajinasi ke dalam tulisan.
“Hai! Ngapain lo ngelamun di depan komputer?” teriak seseorang di telingaku.
Aku melonjak kaget. Segera aku mengelus dada. Untung jantungku nggak copot.
Aku menoleh ke samping. Ternyata Athiyah, tetangga sekaligus teman baik yang sekarang cekikikan senang melihatku kaget.
Ah, menyebalkan. “Athiyah, bisa nggak sih lo nggak usah teriak di telinga gue? Bikin jantung mau copot aja. Kalau mau masuk kamar gue, ketuk pintu dan ngucapin salam dulu, kek!”
“Haloooooo, lo ke mana aja? Dari tadi gue udah ngucapin salam tapi lo aja yang nggak nyahut-nyahut, makanya gue kagetin aja!” Athiya membela diri.
Saking asyiknya menulis sinopsis sembari tetap otakku pada Arizal sehingga suara Athiyah jadi nggak kedengeran. Aku jadi malu sendiri, ternyata aku yang terlalu melamun.
“Lo tumben ke sini, ada apa?” tanyaku membuka topik pembicaraan.
“Gue ke sini ingin ngajakin lo ke suatu tempat, temanin gue ya?” kata Athiyah senyum-senyum.
“Ke mana?” aku jadi penasaran.
“Coba deh lo baca ini!” Athiyah memberikan gulungan kertas kepadaku. Aku menerimanya dan segera membaca isi yang tertulis di gulungan kertas tersebut.
Hadirilah!
Acara talk show kepenulisan di Arga Duta Mall Banjarmasin dengan pembicara Gibriel Alexander, penulis novel Kamu Adalah Cintaku.
Akan ada doorprise dan hadiah menarik juga lho! Acara berlangsung pada hari Jum’at, 28 Maret 2014 pukul 15:00 WITA.
Mataku membulat membaca tulisan yang tertera di brosur ini. Wah, talk show kepenulisan? Ini sangat jarang diadakan di Banjarmasin.
“Gimana? Lo mau nemenin gue datang ke acara itu?” tanya Athiyah.
“Mau banget. Udah lama pengen datang ke acara talk show. Untung lho ngajakin gue. Kapan kita berangkat?” kataku antusias.
“Sekarang juga dong! Jadi sampai Banjarmasin jam tiga sore.”
Aku menyambar dua tongkat yang bersandar di samping meja komputer.
Pelan-pelan aku berdiri. “Yuk, kita berangkat sekarang!”
Dahi Athiyah berkerut memandangiku. “Lo nggak dandan atau ganti baju dulu gitu?”
“Yaelah ngapain sih dandan dan ganti baju segala? Baju gue udah rapi kali dengan kaos pink dan celana jeans. Gue dandan secantik apapun juga nggak bakal ada cowok yang naksir sama gue, secara gue kan cacat,” kataku menolak untuk berdandan.
“Ya udah, terserah lo deh. Yuk, kita berangkat!” Athiyah tidak mau membahas lebih lanjut kalau aku sudah bilang kondisiku yang sebenarnya.
Athiyah melangkahkan kakinya keluar kamar. Aku mengikuti langkahnya di belakang. Sesampai di luar kamar, aku melihat mama dan papa lagi asyik bercengkerama di ruang tamu. Aku berjalan mendekati mereka.
“Ma, Pa… aku boleh pergi sebentar nggak?”
Mama dan papa menatapku dengan dahi berkerut. Mungkin mereka heran, karena aku selama ini nggak pernah minta izin untuk pergi ke luar rumah.
“Mau pergi ke mana?” tanya papa.
“Aku mau datang ke acara talk show kepenulisan di Duta Mall Banjarmasin. Boleh ya?” aku meminta izin.
“Sayang, Banjarmasin kan jauh. Mama takut kamu kenapa-kenapa di jalan,” kali ini mama yang angkat bicara.
Aku memanyunkan bibir, karena sepertinya nggak bakal diizinin oleh papa dan mama untuk pergi.
“Kalau soal itu Tante nggak usah khawatir, saya akan menjaga Airin selama di jalan!” Athiyah menjawab perkataan mama. Wajahnya meyakinkan mama kalau dia akan menjagaku.
“Baiklah, kalau begitu Papa mengizinkan kamu pergi. Tapi kamu harus hati-hati ya!”
“Siap Bos!” ujarku lantang seraya memberikan hormat ala polisi kepada papa.
Setelah itu aku mencium tangan papa dan mama, kemudian mereka membalas mengecup keningku. Meskipun waktu kecil aku dididik dengan keras, tapi sekarang papa dan mama baik banget. Beruntungnya diriku jadi anak mereka.
***
Sore_Pukul 16:00…
Gara-gara terjebak macet, aku tiba di Duta Mall Banjarmasin pukul empat sore. Sudah pasti telat banget. Acaranya kan tertulis jam tiga sore. Tapi lebih baik datang terlambat daripada nggak sama sekali.
Aku dan Athiyah langsung menuju ke toko buku Arga. Di sana sudah ramai, banyak juga yang mengikuti acara ini.
Ternyata antusias pembaca buku di Banjarmasin sangat luar biasa. Aku celingak-celinguk mengamati bangku. Masih adakah yang kosong? Berdiri terus kan capek. Apalagi orang sepertiku yang kondisinya tidak bisa berdiri lama.
Tiba-tiba mataku tertuju pada satu bangku kosong yang bisa kududuki. Cepat-cepat aku menduduki bangku kosong itu agar tidak diambil orang. Sedangkan Athiyah berdiri di sampingku.
“Nah, hadirin sekalian, sampailah kita di sesi tanya jawab dengan Gibriel Alexander. Hayo, siapa yang mau bertanya dengan Gibriel?” tanya pembawa acara talk show.
Cewek berambut panjang yang duduk di bangku paling depan mengangkat tangannya.
“Kak Gibriel saya mau tanya. Biasanya Kak Gibriel dapat ide dari mana? Kasih tipsnya dong, soalnya aku kalau nulis sering mentok ide. Terima kasih.”
Gibriel tersenyum manis. “Saya biasanya dapat ide bisa di jalan, saat nongkrong sama teman, saat nonton film atau bahkan saat melamun di toilet. Bagi saya ide itu bukan untuk dicari, dia akan datang dengan sendirinya asal penulis membuka otak dan hati untuk menyambut kedatangan ide.”
Seluruh yang hadir di sini bertepuk tangan setelah mendengar jawaban Gibriel yang memotivasi. Dia memang pantas menjadi penulis.
“Nah, tadi jawaban Gibriel sangat luar biasa. Adakah yang mau bertanya lagi sama Gibriel?” pembawa acara mengedarkan pandangannya.
Aku memberanikan diri untuk mengangkat tangan.
“Ya silakan, apakah Anda ingin bertanya pada Gibriel?” pembawa acara talk show menunjuk ke arahku.
“I... iya, Kak. Saya mau nanya. Menurut Kak Gibriel, membentuk karakter yang kuat di novel itu seperti apa sih?” tanyaku dengan nada gugup.
“Setiap manusia pasti memiliki karakter yang berbeda-beda. Karakter bisa dilihat dari tiga jenis yaitu: karakter fisik, karakter sifat dan karakter kebiasaan buruk, unik, dan baik. Jika penulis menonjolkan tiga jenis itu pada tokoh ciptaannya, maka karakter tokohmu sudah kuat.”
Aku mengangguk tanda mengerti dengan apa yang diucapkan Gibriel. Ya, hari ini aku mendapatkan ilmu yang berharga. Namun aku tiba-tiba merasakan ingin buang air kecil.
Aduh gimana nih? Toiletnya di mana ya?
Aku menarik tangan Athiyah. Athiyah membungkukkan badan di depanku.
“Kamu kenapa, Rin?”
“Aku ingin buang air kecil nih, Athiyah. Temenin aku ke toilet dong!”
“Aduh, gue lagi asyik menyimak talk show nih. Lo ke toilet sendiri aja ya?”
“Tapi gue nggak tahu di mana toiletnya.”
“Rin, lo bisa nanya ke mbak penjaga di depan tuh. Pasti dia mau kok nunjukin toiletnya.”
Athiyah payah. Katanya mau menjaga gue, diminta temenin ke toilet aja nggak mau. Teman macam apa tuh? Pelan-pelan aku berdiri sambil mengapit dua tongkat di ketiakku. Terpaksa deh aku ke toilet seorang diri.
Di tengah perjalanan mencari toilet, tiba-tiba ada seseorang yang menabrakku. Tongkat terlepas dari tanganku, otomatis aku jatuh terjerambap ke lantai.
Aduh, siapa sih yang jalan nggak lihat-lihat? Main tabrak-tabrak seenaknya. Aku menengadah ingin melihat pelakunya.
Dan dia seorang pria bertubuh atletis, tinggi, putih, dan wajahnya tampan.
Pria itu tergesa memungut tongkatku.
“Maaf, Mbak. Saya buru-buru. Saya bantuin berdiri ya?” ujar pria itu. Ia mengulurkan tangan.
Aku membalas uluran tangannya untuk berdiri. Kemudian dia menyerahkan tongkatku. Aku meraihnya dengan cepat dan segera pergi meninggalkan pria itu tanpa sempat kenalan.
Drrrttt… drrrttt...
Telepon genggam di saku celanaku bergetar. Aku menghentikan langkah sebentar berusaha mengambilnya.
Susah karena sambil memegang tongkat segala, akhirnya handphone berhasil kuraih. Dahiku berkerut ketika melihat nama yang tertera di layar.
Mama telepon? Ada apa ya? Tadi kan sudah pamitan. Agak aneh juga beberapa pertanyaan yang berkecamuk di otakku. Untuk menemukan jawabannya, cepat-cepat aku klik answers.
“Halo, Ma.”
“Halo, Sayang. Kamu cepat pulang ya?”
“Emang ada apa ya?”
“Papamu kena serangan jantung dan sekarang hendak dibawa ke rumah sakit. Nanti kamu langsung ke Rumah Sakit Ratu Zalekha aja ya?”
“Apa? Papa kena serangan jantung? Mama nggak bercanda kan?” tanyaku beruntun karena kaget.
Belum sempat mama menjawab pertanyaanku, tiba-tiba mama memutus sambungan telepon.
Aku memutar badan. Aku sudah melupakan ingin buang air kecil, Athiyah dan talk show kepenulisan. Yang ada di otakku hanyalah ingin cepat sampai di Rumah Sakit Ratu Zalekha biar bisa mengetahui keadaan papa. Papa, tunggu aku ya. Aku akan segera datang!