Kau Harus Bahagia

Reads
193
Votes
0
Parts
18
Vote
by Titikoma

10. Awal Menjadi Wanita Karier

“Bagus di mata belum tentu baik dirasakan.”
Menjadi wanita karier, duduk di kursi direktur sebuah hotel mewah, tentu menjadi impian semua wanita. Termasuk diriku sendiri.
Dulu aku selalu berpikir jadi wanita karier atau bos di sebuah perusahaan itu keren. Bisa membuat wanita tidak diremehkan. Namun ternyata aku salah, aku baru menyadari bagus di mata belum tentu baik dirasakan.
Hari ini aku sudah resmi menjadi wanita karier dan mulai mengurus hotel peninggalan papa.
Aku sudah berhasil mendapatkan yang menjadi salah satu dambaan wanita.
Ya, memang sih dengan menjadi wanita karier dan direktur membuatku lebih sering berinteraksi dengan orang lain.
Tapi mengapa aku tidak bahagia? Aku tetap merasakan hampa, tak ada bedanya dengan di rumah. Kerjaan sebagai bos milik almarhun papa hanya duduk di ruangan direktur, melototi komputer dan menandatangani surat saja.
Ah, membosankan. Atau aku yang nggak tahu harus berbuat apa agar perusahaan ini menjadi lebih maju. Entahlah, aku juga nggak tau harus ngapain. Tak ada juga yang mengajari aku.
Aku klik publikasikan curhatan dalam blog. Juga sekalian mengecek mungkin ada di dashbor orang yang mengikuti blog-ku.
Beginilah caraku mengusir kebosanan. Selain dengarin lagu, menulis novel, aku juga suka mem-posting di blog. Entah itu posting tentang ilmu kepenulisan, tips menulis, cerpen, puisi atau sekadar curhatan.
“Dor!”
Seseorang telah menepuk pundakku seraya berteriak di telingaku.
“Eh copot. Eh copot!” penyakit latahku kumat.
Aku mengelus dada. Sontak menolehkan kepala ke samping ingin melihat siapa sih orang yang mengagetkanku. Eh, ternyata di sampingku ada Si Cupu lagi cengar-cengir.
“Sayang, kamu kalau latah lucu banget,” Si Cupu tampak bersahabat.
Aku memanyunkan bibir.
“Kalau aku jantungan gimana? Hayo? Lo itu jadi orang nggak sopan banget sih! Masuk ke ruangan orang itu ngucapin salam dulu kek,” aku mulai mencerocos panjang lebar.
“Tadi aku juga sudah ngucapin salam berkali-kali, tapi nggak dijawab. Kamu asyik melamun di depan laptop. Kebiasaan deh! Emang kamu lagi ngelamunin apa sih? Pasti aku ya?” wajah Si Cupu tersenyum tanpa dosa.
“Idih, pede banget lo. Gue itu melamun karena lagi galau.”
“Kamu kan sekarang sudah resmi jadi wanita karier, direktur sebuah hotel ternama, kok masih galau? Harusnya kamu bahagia.”
“Aku galau karena jadi bos itu ternyata buatku membosankan, sama aja kayak di rumah. Kerjaannya cuma duduk berjam-jam di kursi sambil melototin laptop. Banyak angka-angka yang aku nggak ngerti nih!” aku menceritakan apa yang kurasakan saat ini pada Si Cupu.
Si Cupu tersenyum simpul. Dia membuatku semakin jengkel. Bukannya memberi solusi, eh dia malah cuma memberi senyuman.
“Kamu bosan karena kamu melakukan pekerjaan setengah hati. Cobalah kamu cintai pekerjaanmu sepenuh hati. Banyak kok kerjaan jadi seorang direktur. Sangat banyak bahkan! Perusahaan almarhun Papa sekarang maju dan mundurnya sepenuhnya ada di tangan kamu Airin. Ingat, ini bukan tugas ringan karena menyangkut rugi dan untung!” Dia berusaha membuka cakrwalaku tentang dunia bisnis.
“Iya sih, tapi kenapa aku nggak menikmati kerjaan jadi wanita karier ya Naz? Lihat, aku sudah pusing lho liat angka-angka yang terpampang dalam layar! Aku nggak ngerti dan dari dulu aku juga nggak suka berhubungan dengan angka-angka gini! Aku nggak mau ah jadi direktur!” tiba-tiba gampang saja aku mengeluh padanya.
“Ingat Airin, kalau perusahaan almarhum Papa sampai rugi, kamu tidak kasihan akan beberapa karyawan yang dipecat? Belum kamu juga harus kalkulasi kasih pesangon. Terutama lagi kasihan mereka yang sudah bekerja bertahun-tahun dan mengandalkan usaha almarhum Papa sebagai tulang punggung untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Airin, ini bukan masalah yang sederhana. Kamu harus belajar profesional. Jangan main-main! Dan jangan setengah hati bekerja. Ini adalah warisan sekaligus amanat almarhum Papa. Kamu jangan main-main dengan amanat ya.”
Aku memandang Si Cupu yang menekankan jangan main-main dengan amanat, membuat aku merinding sendiri. Sepertinya dia sendiri tengah mengemban amanat yang berat kalau aku rasakan dari nada bicaranya. Tapi sudahlah, itu bukan urusanku.
Tapi sejujurnya aku setuju dengan pendapat dia barusan. Si Cupu memang pintar dan juga perhatian dengan nasib orang lain. Coba bayangkan, kasihan sekali kalau perusahaan yang telah papa perjuangkan dengan kerja keras selama ini, setelah dipegang aku jadi bangkrut. Bagaimana nasib karyawan yang sudah bekerja penuh loyalitas? Terbayang mereka sedih sekali tidak mempunyai pekerjaan, terus keluarga mereka mau makan apa? Tidak! Aku harus cepat cari akal untuk memecahkan masalah bisnis papa.
Bagaimana aku bisa mencintai pekerjaan ini? Mengurus hotel bukanlah hal yang aku suka.
Aku sukanya dunia hiburan. Entah itu musik, film, novel atau sinetron.
Sepertinya aku tidak sanggup menjadi wanita karier di bidang bisnis ini. Aku masih ingin mengejar pekerjaan yang memang aku suka, dan mungkin dengan mengerjakan pekerjaan yang aku suka maka aku bisa mengikuti saran Si Cupu untuk mengerjakan pekerjaan secara profesional.
Mendadak teringat tawaran Mas Ata untuk kerja di Arga. Kerja di Arga, dekat dengan buku, itu hal yang kusuka.
Ingin sekali aku terima tawaran tersebut, tapi bagaimana dengan hotel ini? Papa sudah mewariskan hotel ini ke aku, masa aku mau meninggalkannya begitu saja? Untuk mendapatkan warisan papa itu juga perlu pengobanan besar, salah satunya aku harus rela menikah dengan orang yang tidak kucintai.
“Eh, Naz. Gue mau nanya dong. Bisa gak sih manusia menjalankan dua profesi sekaligus?”
“Jelas bisa dong, asal kita bisa adil membagi waktu dengan sangat baik. Contohnya aku, aku juga menjalani dua profesi, yaitu jadi direktur radio dan manajer bank.”
Aku menyunggingkan senyum merekah. Jawaban Si Cupu membuka mata hatiku. Aku pasti bisa membagi waktu untuk menjalani dua profesi sekaligus. Selama ikhlas menjalaninya, pasti bisa.
Aku menyambar telepon genggam yang sedari tadi tergeletak di samping laptop. Jari-jari tanganku sibuk mengetik sebuah pesan untuk seseorang.
“Mas, tawaran kerja yang mas Ata ucapin kemarin masih berlaku?” (By Airin)
Send to Mas Ata.
Drrrt… drrrt...
Baru empat menit SMS-ku ke Mas Ata terkirim, sudah bunyi lagi. Itu pasti Mas Ata yang membalas pesanku.
From : Mas Ata
“Masih dong, lowongan kerja di tempatku akan selalu terbuka buat gadis secantik kamu. Kenapa? Kamu mau gabung di Arga?”
Aku senyum-senyum sendiri membaca balasan SMS dari Mas Ata. Selain ganteng, Mas Ata juga pintar memuji wanita. Kembali kuketik balasan untuk Mas Ata.
To : Mas Ata
“Iya nih, setelah kupikir-pikir aku tertarik gabung di Arga. Kapan kira-kira aku bisa mulai kerja?”
Handphone bergetar lagi.
From : Mas Ata
“Besok juga boleh kok, nanti aku kenalin ke Pak Bram, selaku Kepala Cabang Arga Banjarmasin.”
“Kamu SMS-an sama siapa sih? Kok senyum-senyum gitu?” tanya Si Cupu sambil melirik handphone milikku. Segera aku menjauhkan darinya.
“Mau tahu aja apa mau tahu banget?” ujarku menirukan gaya bicara anak remaja zaman sekarang.
“Mau tahu banget bangeeeeeets dong!” jawab Si Cupu tak kalah alay sama anak remaja zaman sekarang.
Si Cupu memanyunkan bibirnya. Aku terkikik geli melihatnya, sudah cupu ditambah manyun pula. Lengkap deh jeleknya.
Aku benapas lega. Tuhan mulai menunjukkan kasih sayang-Nya kepadaku. Satu per satu kebahagiaan mulai kudapatkan.
Dari ketemu cowok ganteng yang sepertinya juga tertarik dengan aku, dapat warisan, jadi wanita karier dan sekarang aku dapat kerjaan sesuai dengan apa yang aku suka.
Aku memang berhak bahagia walau kondisi aku tidak sempurna seperti orang lain, tapi sekarang aku sadar kalau aku juga bisa meraih kebahagiaan.
Aku tersenyum puas dengan rasa ini. Tanpa memedulikan Si Cupu yang diam-diam selalu memperhatikan aku.
“Airin, semua yang kamu inginkan sudah kamu dapat sepertinya? Dan aku hanya seorang pecundang yang berpura-pura tetap tidak mempermasalahkan hubungan pernikahan yang juga sandiwara. Tapi sudahlah. Aku berutang nyawa dengan adikku, aku janji akan menaklukkan kamu dan membuat kamu bahagia. Aku akan bersabar.” bisik hati Nazriel.

Download Titik & Koma

* Available on iPhone, iPad and all Android devices