
by Titikoma

Selalu Ada Teguran
Kehidupan Renata semakin baik setelah memutuskan bersama Rama. Rama Firmansyah selalu memberikan apa yang Renata dan keluarganya butuhkan. Renata tidak peduli lagi akan norma yang seharusnya tidak boleh dilanggar, cinta dan harta membutakan hatinya. Dia semakin pintar bermain, bahkan bundanya tetap memercayai Renata selalu bisa jaga diri. Bersama Rama Firmansyah, Renata tidak perlu lagi bekerja tetap di bisnis karaoke karena terakhir dia terpaksa menampar Mbak Ira yang menuduh macam-macam akan dirinya yang murahan, pacar simpanan Pak Rama dan perempuan culas. Tentu saja Renata marah, selama hampir tiga bulan dia bersabar dengan perlakuan Mbak Ira, walau sebenarnya apa yang dituduhkan pada dirinya tidak seratus persen salah tapi cara Mbak Ira yang urakan di depan karyawan lain mengata-ngatainya membuat Renata marah. Renata menampar Mbak Ira entah berapa kali tepat di mulutnya dan Mbak Ira juga membalas dengan menjambak sampai akhirnya mereka berdua disidang Pak Rama dan Pak Deny sebagai owner. Diambil jalan tengah karena Pak Deny tetap ingin mempertahankan Mbak Ira yang merupakan karyawan senior dan baik dalam pekerjaannya. Maka Rama menarik Renata untuk keluar. Setelah itu Renata lebih banyak menemani Rama untuk urusan road show dan menemaninya plus plus. Renata asyik-asyik saja, bahkan menikmatinya dengan mengikuti ke mana Mas Rama pergi. Dia tahu benar kerjaan pacarnya dan menikmati kunjungan ke tiap daerah. Naik pesawat terbang yang tadinya tak pernah kepikiran kini bisa setiap saat dia pergi ke mana saja, apalagi kalau dirinya merasa jenuh sehabis mengikuti seminar-seminar yang Rama menjadi pembicara utama dan berlanjut ke seminar-seminar lain lagi. Mas Rama memberikan kebebasan untuk melakukan penerbangan sendiri ke mana dia mau bersama bundanya dan Nathan. 5 Renata memakai kesempatan ini untuk mengajak pergi bundanya dan Nathan yang tidak terasa sudah berusia empat tahun ke Singapura, Malaysia, Thailand, Bali, Medan, dan kota-kota lain. Renata sudah belajar banyak menjadi wanita cerdas, kaya raya, dan bebas. Karena sampai tidak terasa tiga tahun jalan bersama Mas Rama Firmansyah, waktu seakan berputar begitu cepat. Renata tengah menikamti kopi paginya sambil melihat Nathan dan bundanya asyik berenang di Sands Skypark. Renata geli melihat semua pengunjung berfoto narsis dengan latar belakang keindahan Singapura yang terbentang pada ketinggian lantai 57. Hotel Marina Bay Sands yang dari taman Marlion park berbentuk gambar kapal dengan disangga tiga pilar yang merupakan tower 1, 2, dan 3 banyak membuat orang penasaran. Kolam renang tersebut berada di lantai 55 di resor Marina Bay Sands yang memiliki 2.500 kamar. Demi kenikmatan berlibur, entah berapa puluh juta uang dihabiskan. Renata mengalkulasi berapa dolar Singapore telah dihabiskan untuk semalam menginap di negeri singa putih dan semua berasal dari kocek Rama Firmansyah. Sudah hampir sebulan Mas Rama juga susah ditemui karena kesibukan sebagai pembicara dan entah bisnis apa yang dijalani. Renata sudah tidak bisa lagi mengikuti terus pergerakannya yang cepat. Capek dan Jenuh! Sebenarnya Bunda Nurul sudah menanyakan kapan mereka akan meresmikan hubungan mereka yang sudah berjalan tiga tahun, mengingat hubungan yang sudah sangat dekat tentu saja Bunda Nurul ingin semuanya jelas. Nyatanya baik Renata dan Rama masing-masing memang tidak ada niat mengarah pada perkawinan, hubungan yang sekarang mereka jalani merupakan hubungan terbaik. Saling menyukai dan entahlah apakah cinta, nafsu, dan kebutuhan semata membuat mereka malah tidak mau terikat dalam perkawinan. Renata enjoy saja karena memang dia belum ingin terikat lagi pada perkawinan yang membuatnya masih trauma, dan misi membalas dendam yang belum terpuaskan membuat dirinya tidak menuntut untuk dinikahkan dengan Mas Rama. Menjalani dengan asyik saja seperti pacaran. Yang penting kartu ATM, kartu kredit gemuk dan mau apa saja pasti bisa. Rama tidak pelit sama sekali dan tidak perhitungan. Bersama Renata meskipun ada saja godaan pria-pria usil saat dia sesekali masih ada tawaran menyanyi tidak Renata tanggapi, apalagi kalau jelas tidak sekaya dan semurah hati Rama Firmansyah buat apa? Rama Firmnsyah sepertinya saat ini menjadi parameter untuk menemukan dan masih meneruskan dendam pada priapria. Tapi tidak selamanya dendam membara... Sejujurnya dalam hati Renata mulai bergeser bukan balas dendam penuh, tapi lebih ke materialistis. Dia masih butuh pria kaya raya ini dan bisa memberikan kebahagiaan tanpa harus susah-susah banting tulang. “Mama ayo temani Nathan belenang asyik lho bica liat Singapula... keleen keliatan cemua lho....” suara cadel Nathan membuat Renata geli. Renata beeruntung anak cowoknya tidak ada garis mantan suaminya sama sekali, tapi wajahnya yang bagus menggariskan wajah dirinya. Ternyata memang asyik sekali berendam di pinggiran sambil melihat kepadatan Singapura. Kolam renang yang menjadi daya tarik utama hotel ini berada di bagian puncak ketiga tower hotel berketinggian 200 meter ini. Bagian puncaknya yang disebut dengan Sands Skypark, mirip seperti anjungan kapal pesiar. Seharusnya rencana awal Renata dan Mas Rama menikmati keindahan ini, tapi saat semua dirancang tiba-tiba Rama ada tugas pembicara skala nasional di Yogyakarta. Rama memberikan kebebasan Renata untuk ikut dia ke acara seminar di Yogyakarta atau tetap menikmati liburan di Singapura tapi tidak bersama dirinya. Renata mengusulkan mengajak bunda dan Nathan, Mas Rama menyetujuinya, daripada dia harus mengikuti Mas Rama menjadi pembicara. Awal-awal tahun saat pertama jadian sesuatu yang menyenangkan ikut Mas Rama di setiap event karena bertambah ilmu dan relasi, tapi semakin kemari menjadi rutinitas yang membosankan. Beruntung Mas Rama tetap mengizinkan untuk melakukan aktivitas menyanyi, bahkan Mas Rama memberi sejumlah uang untuk mengikuti latihan vokal agar lebih mantap dan juga menyuruh Renata kuliah lagi. Tapi rasa males masih menghantui Renata. Les vokal dia mau saja tapi untuk kuliah Renata masih pikir-pikir. “Seharusnya keindahan ini kita nikamti bersama Mas Rama, hmmm… sudah sebulan kita sibuk dengan urusan masing-masing...” Renata melaras 60 58 sambil menatap keindahan Singapura yang pagi ini cerah. Semangatnya menyala, sebentar lagi bersama orang-orang yang amat dicintai, bunda dan Nathan akan menghabiskan waktu berbelanja ke Orchard Road, adalah jalan yang panjangnya sekitar 2,2 kilometer yang dijadikan pusat retail dan hiburan di Singapura, tempat ini telah menjadi tujuan favorit para penduduk setempat dan wisatawan mancanegara untuk berbelanja beragam jenis barang yang sebagian besar pusat perbelanjaannya memiliki hampir segalanya yang dijual di bumi dan unggul dalam hal kualitas dan kuantitas. Berbagai barang ada, jelas sepatu dan tas menjadi prioritas Renata untuk membelanjakan uang saku dari Mas Rama. Dan kebahagiaan tersendiri melihat bunda dan putranya menikmati liburan yang semua Mas Rama jamin segala akomodasinya. *** 61 59 Liburan empat hari tiga malam menginap di hotel mewah cukup melepas kebosanan setelah kemarin-kemarin disibukkan dengan banyaknya orderan menyanyi. Tapi sebanyak apapun panggilan menyanyi tidak akan cukup untuk bermewah-mewah seperti sekarang tanpa kucuran dana dari Mas Rama. Sempat terpikir saat bundanya bertanya, “Kapan kamu dan Rama meresmikan hubungan kalian? Sudah tiga tahun kalian kesana kemari bersama. Bunda takut saja kalian tidak bisa jaga diri.” “Iya Bunda sabarlah, aku lagi coba meniti karier di dunia entertainment, setiap minggu aku ada job lumayan Bunda bisa aku kumpul-kumpulin buat kita umroh.” Bunda Nurul pun menyerah dengan melihat Renata yang sungguhsungguh bekerja memperbaiki hidup mereka. Sekarang mereka sudah tinggal di Bukit Golf dengan membangun rumah besar dan halaman yang cukup luas, dan dari mana lagi kalau bukan tabungan yang terus bertambah karena Mas Rama sangat memanjakan. Sebenarnya semakin kemari niatan hanya untuk memeras sudah tidak terlalu Renata pikirkan, dendam semakin surut terhadap kaum pria. Menurut Renata, kaum prialah penyebab pertama kali yang membuat hidupnya hancur. Cinta diam-diam mulai hadir dan tiba-tiba Renata ingin sehari memajukan kepulangan dari Singapura karena rasa kangen untuk memeluk Rama begitu memuncak. Dengan pesawat Garuda sampai di Bandara Soekarno Hatta sudah pukul 20.00. Renata memutuskan untuk membawa bunda dan Nathan menginap di apartemen Mas Rama mengingat Mas Rama sedang pergi ke Yogyakarta untuk menyelesaikan seminar dadakan. Bunda Nurul bertanya, “Rena kamu sudah izin Mas Rama mau meminjam apartemennya untuk kita menginap?” “Iya Bunda, lagian Mas Rama lagi di Yogyakarta. Malah dia senang kalau Renata ke apartemennya, soalnya Renata yang biasa rapiin apartemen dia juga Bunda. Kerjaan Renata kan nggak cuma bantu ngetikin naskahnaskah seminar dia, tapi juga pembantu.” “Nggak apa-apalah yang penting kamu bahagia dan halal menjalaninya, mau jadi tukang ketik sampai pembantu ngurusin rumahnya Bunda senang kok.” Renata membuka pintu apartemen yang memang sengaja sama Mas Rama dikasih kuncinya. “Wah sepi sekali ya Rena, kamu nggak takut kemari sendirian biasanya?” tanya bunda Nurul. “Nggaklah Bunda...” Renata membuka pintu apartemen. Dan kaget bukan main saat melihat ruang kamar tampak dua pasang manusia dengan hanya berbalut selimut tebal terlelap berpelukan. Semua jelas tampak di mata Renata dan Bunda Nurul yang langsung menjerit bersamaan. “Mas Rama! Brengsek kalian!” Renata tidak bisa menahan emosi dan memukuli Rama yang langsung menutupi badannya dengan selimut, dan sang wanita berlari ke kamar mandi. Bunda Nurul memilih keluar membopong Nathan, pemandangan barusan benar-benar sangat menyakitkan. Ternyata kecurigaan beberapa bulan terakhir ini karena sepertinya baik Rama dan Renata tidak ada keseriusan ke arah perkawinan terbukti sudah. Ternyata memang Rama masih suka bersenang-senang di luar dengan wanita lain. “Duh Gusti Allah… ini dunia macam apa?” Bunda Nurul terisak sembari memeluk Nathan yang memanggil mamanya. “Mama... Mama... Nathan takut! Mama kita pulang saja!” Di dalam Renata tengah memukul Rama, “Teganya kamu! Katanya masih jadi pembicara di Yogyakarta, ternyata… ternyata eeeegh sialan! Brengsek kamu Mas Rama!” “Hai wanita jalang keluar kamu! Jangan bersembunyi di kamar mandi! Keluar hadapi aku!” Renata menggedor-gedor dengan kasar dan emosi. “Mama! Ayoo kita pulang!” jerit Nathan dari balik pintu masuk sambil menangis. “Sudah-sudah maafkan aku Rena... maafkan aku... aku khilaf!” Rama meminta maaf tapi tidak Renata gubris sama sekali. Hatinya hancur, baru saja cinta muncul dan Renata mulai memikirkan permintaan bundanya untuk serius setelah dia hanya ingin membalas dendam terhadap kaum pria. Bermain tanpa cinta tapi setelah cinta hadir ternyata kenyataan pahit harus dia hadapi. Jelas sudah perselingkuhan yang menyakitkan, apalagi Mas Rama melindungi wanita yang entah siapa Renata tidak tahu tengah ketakutan di kamar mandi. “Aku yang salah Rena! Sudah!” Mas Rama membentak Renata yang bersikeras untuk bertatap muka dengan perempuan itu. “Mama ayo kita pelgi! Kita pulang ke rumah kita aja!” teriakan Nathan membuat Renata sadar kalau dia harus cepat pergi meninggalkan apartemen yang sudah banyak memberikan berbagai kenangan itu. Taksi menghantarkan kepulangan Bunda Nurul, Renata dan Nathan. Sepanjang jalan hanya diam membisu. Bunda Nurul sejenak memeluk Renata dan mengelus punggungnya. Renata memandang jalanan menuju Bukit Golf, sesekali air matanya menetes. Nathan tidur di pangkuan bundanya, tadi ketakutan melihat mamanya mengamuk dan kelelahan memohon untuk segera pergi. Ada setetes air mata tersisa di mata Nathan yang terpejam, anak itu peka sekali perasaannya melihat mamanya menangis dan terpukul, Nathan sepanjang turun dari apartemen ikutan menagis. Renata mengusap dan menghujaninya dengan ciuman. Setiap ada masalah, anak adalah sasaran yang teramat menguatkan. “Maafkan Mama, ternyata selalu ada teguran... tapi Mama harus kuat! Demi kamu dan bunda,” Renata berbisik lembut di telinga Nathan. Dan Renata menghimpun kekuatan untuk meneruskan balas dendam yang berkelanjutan. Terbukti memang tidak ada lelaki yang tidak akan menyakiti hatinya. Semua lelaki sama.