Cinta Satu Paket

Reads
80
Votes
0
Parts
13
Vote
by Titikoma

Cinta Terpendam

Dua tahun kemudian... Renata cepat keluar dari taksi, pagi ini akan ada bos baru di marketing dan sales divisinya sebagai Manager Senior Marketing and Sales. Setelah melewati semua kerja keras, Renata menepati resolusinya di usia dua puluh tujuh tahun sekarang sebagai Asisten Manager Admin Support. Renata datang pagi harus mempersiapkan berbagai hal data yang akan dibutuhkan. Waktu menunjukkan pukul 07.00, masih ada waktu satu jam untuk merapikan semuanya dan bukan hal yang sulit mengingat karier di kantor ini sudah melangkah tahun keempat. Dan betapa kagetnya siapa yang di hadapan sekarang adalah Mas Azka, kakak Nadine yang tidak pernah lagi bertemu sejak melahirkan Nathan Azkara.  Keduanya sama-sama terkejut, tapi yang pasti hati pria yang tubuhnya menjulang tinggi, tetap cool dengan kacamata berbingkai hitam seperti Superman saat tampil menjadi manusia biasa. “Azka... senang berkenalan dengan Anda.” Sambil menyalami Renata yang hatinya berdegup kencang juga. Sudah enam tahun lalu terakhir bertemunya saat dia melahirkan Nathan dan masih ingat tatapan Azka yang tampak iba dia melahirkan tanpa suami di sisinya, bahkan yang mengazani Nathan adalah Azka. Pria terdingin dan terdiam penuh rahasia, dahulu Cika menyebutnya, demikian juga Dito mantan suaminya. Ingatan Renata kembali pada ucapan Dito kalau sebenarnya Azka ada hati padanya, tapi sepertinya tidak cukup keberanian atau mengalah karena sahabatnya Dito lebih dahulu suka dan langsung agresif mendekatinya. “Renata... bagian Administrasi Sales Support.” Renata menyalami agak menunduk. “Nah sekarang Pak Azka silakan berkoordinasi dengan tim sales, marketing dan admin support. Saya tinggal ya Pak, sekali lagi selamat datang.” Pak Henry sebagai Manajer HRD yang telah memutari untuk memperkenalkan orang baru dengan karyawan lama pamit, karena memang terakhir adalah divisi Renata yang diperkenalkan dan akan dipimpinnya. Diam-diam Renata memperhatikan pria es yang sekarang tengah presentasi akan program sales dan marketing. Kagum juga dengan kondisi bos barunya, sepertinya dia tahu banyak permasalahan yang dihadapi di tim sales, marketing, dan admin supportnya. Banyaknya kekurangan koordinasi masing-masing yang kerap membuat program tidak berjalan maksimal. Adanya kepentingan sendirisendiri seperti sales yang mengejar target kadang kerap melanggar aturan main marketing yang menginginkan produk tidak sekedar terjual, tapi lebih juga promosi detail administrasinya juga. Sehingga admin support juga bisa membuat report yang sesuai antara program pelaksanaan lapangan dan hasil.  Renata setuju sekali dengan beberapa terobosan yang akan mempermudah tim admin support-nya bekerja maksimal, sistematis, dan sesuai aturan awal. Selama ini kadang Renata dan timnya harus bersikap kompromi karena sales kerap melakukan pelanggaran dengan program marketing, padahal admin support diminta laporan hasilnya. Jadi kerap di tengahtengah antara sales dan marketing. Acara meeting secara general selesai, tiba-tiba pak Azka berkata, “Saya ingin bicara dengan Renata sebagai Asisten Manager Admin Support karena Pak Andreas selaku manajer katanya hari ini izin istrinya melahirkan.” Semua berlalu begitu saja dan cuek. Tak ada satupun yang tahu kecuali dirinya dan Azka kalau mereka pernah saling kenal, walau hanya dalam diam. “Rena apa kabar? Maaf aku harus bersikap tidak kenal karena takut kalau tahu kita saling mengenal dikaitkan ada hubungannya dengan masuknya aku ke jajaran senior manajer di sini,” Azka menatap dengan tenang dan tetap dingin. “Oh iya nggak apa-apa Pak Azka, saya paham.” Renata mengangguk-angguk, entah kenapa hatinya sangat berdebar. “Hmmm gimana kabar Nathan? Terakhir aku ketemu baru saja lahir dan aku mengazaninya,” Azka teringat enam tahun lalu saat hatinya bercampur sedih, kesal, dan bahagia. Sedih karena melihat gadis yang dicintai diam-diam menderita saat melahirkan tidak ada suami di sampingnya, kesal karena perilaku Dito yang tidak seharusnya dan bahagia saat dia dianggap suami oleh dokter dan suster sehingga diminta mengazani Nathan. Sampai akhirnya dirinya merasa bertanggung jawab untuk membayar semua biaya persalinan yang Azka yakini Renata tidak punya cukup uang membayarnya, setelah mendengar dari cerita Bunda Nurul pada Nadine apa yang baru saja terjadi sebuah pertengkaran Renata dan Dito yang merampas kalung dan gelang yang Renata simpan untuk biaya persalinan. Semua Azka lakukan diam-diam. Dan Azka yakin kalau Renata pasti mengira yang membayar persalinan adalah sahabatnya, Nadine. “Nathan Azkara sudah masuk Sekolah Dasar kelas satu, dan terima kasih ya enam tahun lalu kamu yang mengazani putraku.” Renata mencoba menata hatinya dan mengucapkan terima kasih dengan tulus. “Nathan Azkara? Nama yang bagus.” Azka mengernyitkan dahinya sekaligus bahagia ada nama Azkara buat putra Renata. “Aku tidak menyangka akan ketemu kamu lagi Renata, kamu sudah menikah lagi? terakhir aku dengar akhirnya kamu berpisah dengan Dito.” “Belum, banyak cerita dan petualangan. Tapi aku sudah bertekad merubah nasib dengan hasil kerja kerasku. Aku sudah empat tahun di perusahaan  ini, aku merangkak dari outsourcing sampai sekarang menjadi Asistan Manajer dan aku juga sudah selesai S1 dengan nilai sangat memuaskan.” “Wah keren, salut Renata!” Tampak binar di mata Azka dan tersadar kalau pria yang di depannya terasa hangat. Dia tidak sedingin es batu yang dikenal enam tahun lalu. “Hmmm jangan anggap keren, aku baru cerita bagian hidup yang baik dan kamu akan terkejut aku jadi apa sebelum kesadaran datang! Pak Azka ini tidak terlepas dengan adik Anda... aku telah melukai Nadine tanpa sengaja...” sebenarnya berat Renata untuk kembali mengingat kejadian empat tahun lalu. “Oh ya?” wajah Azka tiba-tiba berkerut dengan penuh curiga. “Tunggu-tunggu… ini jam kerja, nanti setelah jam kerja usai kamu punya waktu untuk bercerita denganku?” Renata menatap tajam Azka dan tampak sekali Azka ingin tahu tentangnya, terngiang omongan Dito kalau Azka sebenarnya memendam cinta padanya. Renata ingin membuktikannya. Sungguh hatinya sangat berdebar, berbagai pertanyaan berkecamuk, tapi mengingat masih jam kerja seperti yang baru saja Azka bilang, Renata menahannya. “Baiklah, setelah jam kerja dan setelah urusan kantor kelar. Saya pamit kembali ke meja kerja saya Pak Azka?” Renata berpamitan sambil membawa buku kerjanya.  Rainbow Cafe Jam menunjukkan pukul 20.00, pas sekali Renata hari ini tidak membawa mobil karena pas mau berangkat pagi tadi tergesa-gesa, ban mobilnya kempes dan Renata milih naik taksi. Sekarang hot capucinno tengah dinikmati dan kue cokelat mini menemani sejenak melepas penat. “Kamu sendiri sudah menikah?” Renata bertanya ingin tahu, terakhir yang dia tahu dari mulut Dito kalau Azka sedang dikajar-kejar Elizabeth, bule Amerika. “Hmmm belum... jujur aku belum ketemu yang pas Rena...” Dalam hati Azka bergejolak, dia memang masih menyimpan cinta terpendamnya pada cewek yang di hadapannya yang bukan lagi cewek lugu, tapi cewek matang dengan karier yang cukup bagus. Bahkan semakin menawan dengan ketangguhan dan keuletannya bekerja keras. Bukan hal yang mudah berkarier di perusahaan multinasional, nyatanya gadis penyanyi dan melankolis ini bisa bersikap tegas dan keras. Jujur Azka semakin menyukainya. “Mas Azka aku janji akan menceritakan bagian terburuk dan terpuruk diriku... terserah kamu akan menilai apapun tentang aku sampai aku mengecewakan adikmu tanpa sengaja ...” Renata menarik naas dan menceritakan semua, sejujurnya kalau dirinya dulu tidak lebih dari wanita pendendam, pemeras, dan materialistis. Kisah perceraian dengan Dito, kedekatan dengan Pak Fadlan yang sebatas sebagai pendengar dan Rama seorang ahli keuangan, terakhir Jovan yang merupakan suami Nadine. Azka membiarkan semua cerita mengalir dan sesekali menarik napas ketika Renata bercerita hal yang sensitif seperti memergoki Rama dengan wanita panggilan nggak jelas di apartemennya dan terakhir Nadine yang melabrak karena mengira Renata sudah sangat intim dengan Jovan, padahal dengan Jovan hanya bersahabat baik, bisa juga dibilang teman tapi mesra. “Nah itulah cerita aku keseluruhan yang sesungguhnya, aku tidak tahu  kenapa aku ingin terbuka dengan Mas Azka. Jujur aku tidak mau munafik menutupi masa lalu aku yang dendam dengan memeras Pak Fadlan dan Rama, semata-mata aku juga manusia biasa ingin mencicipi nikmatnya hidup dengan banyak uang tanpa bersusah payah. “Tapi setelah aku pikir dalam sadarku, aku sangat tidak sayang dengan diriku kalau aku meneruskan hidup seperti parasit dan memanfaatkan materi mereka. Seharusnya jiwa dan ragaku aku persembahkan pada orang yang menghormati aku seutuhnya. Sekarang ada putraku yang berhak juga untuk dilindungi dan dicintai. Aku mencari sosok yang nantinya mau menerima aku satu paket dengan putraku. “ Azka menatap lekat Renata dan menyentuh pipinya, mengelus perlahan menghapus air mata yang menetes. “Kalau lelaki itu adalah aku... maukah kamu Rena?” Renata berdebar kencang, sepertinya omongan Dito waktu lalu memang benar. Mas Azka menyimpan cinta terpendam padanya. “Kamu harus tahu aku terus mencarimu setelah Dito meninggalkan kamu, tapi aku terlalu ribet dengan urusan Elizabeth, kantor dan keluarga besar. Maka aku putuskan aku mencari pekerjaan sendiri dan perusahaan papa sepenuhnya Nadine dan Jovan yang pegang. Aku tidak mau tergantung dengan mama dan papa. Cukup setahun pegang perusahaan papa dengan dibantu Elizabeth, tahun kedua aku bekerja dengan orang dan sekarang aku masih juga bekerja dengan orang. Mundurnya aku dari perusahaan keluarga membuat Nadine lebih dewasa. Apalagi Jovan setelah keributan mereka yang ternyata orang ketiga dalam perkawinan mereka adalah kamu Renata, Jovan memutuskan bekerja di perusahaan papa agar lebih dekat dengan Nadine. Syukurlah perkawinan mereka terselamatkan dan mereka bahagia dengan anak kembar mereka cewek cowok.” “Oh syukurlah... aku ikut bahagia mendengarkannya Mas Azka.” Renata tersenyum lega, akhirnya Nadine dan Jovan bersatu dan bahagia. Bila Rama tidak melaporkan kedekatan dirinya dengan Nadine di waktu lalu pasti akan lain cerita. Renata bersyukur dia dilabrak saat kepergok berduaan dengan Jovan, hikmahnya adalah sebuah titik balik.


Download Titik & Koma

* Available on iPhone, iPad and all Android devices