
by Titikoma

Bobo-bobo Siang Yuks!
Aku bersyukur Wed ternyata mau berbagi informasi tentang apa saya yang aku tanyakan. Aku sebenarnya cocok mempunyai partner seperti Wed. Baik, kebapakan dan tidak ada sedikitpun sifat persaingan malah sebaliknya kita saling mendukung agar target masuk. Setiap hari aku mengekor Wed kemana saja sekalian berkenalan dengan owner outlet-outlet sekaligus bagian pembelian. Wed mengatur hari-hari kunjungan Senin sampai Jumat dengan toko atau outlet yang searah. Aku harus belajar cepat menghafal jalan, hal yang sulit sebenarnya buatku harus menghafalkan jalan. Taktik yang aku pakai agar cepat hapal jalan dengan letak-letak outlet maka aku yang jadi sopir sementara Wed aku boncengin sambil menunjukkan jalan. He he he banyak yang geli juga melihat tingkah kami, setiap mau jalan ketemu sesama Sales selalu dikritik,”Wed nggak kebalik kok kamu yang bonceng sih ... ” Aku lihat Wed merah padam makanya aku memilih untuk yang menjawab kritikan mereka,”Memang aku yang minta kok! Biar aku cepat hapal jalan!” Dan cepat aku tancap motor untuk mengejar kunjungan lain karena sehari kita punya target minimal tujuh outlet yang harus dikunjungi. Setidaknya tujuh outlet bisa kelar sebelum pukul 14.00 aku bisa BBS he he he, BBS itu istilah para Sales kepanjangan dari Bobo-Bobo Siang he he he waktu jadi Sekretaris mana bisa aku BBS yang ada dijitak ama pak Sam. Wed juga yang mengajari BBS dan beberapa Sales lain yang sudah pada senior,”Udah jangan idealis banget! Capai sendiri entar loh. Nggak usah ngoyo cari omset! Target dikejar sepasnya aja! nggak usah dilebihin nanti kamu malah susah sendiri! Bulan depan target naik bisa lebih dari 10% kalau kamu achieved lebih dari 100%.” Satu pelajaran ilmu Sales aku dapat! Jangan kejar omset lebih dari yang ditargetkan! Sama saja mempersulit diri di bulan depannya! Pas 100%. Aku banget safety player. Aku dengarin dan ikutin dulu pola para senior walau jujur aku takut juga kalau ketahuan siang-siang bukannya kerja malah pulang ke kostan dan milih tidur. Ada-ada saja istilah para Sales dari Kacung Kampret! Dan sekarang BBS alias Bobo-Bobo Siang! Tapi nggak ada pilihan Wed kinerjanya sudah merosot karena memang sudah pasti cabut dan sudah tanda tangan kontrak satu setengah bulan lagi akan kerja disebuah distributor obat yang produknya menjadi kompetitor produk kami sekarang. Aku memaklumi jika Wed malasmalasan, aku harus yang aktif dan memanfaatkan waktuku yang pendek belajar dengan Wed. “Udah Plon, abis makan siang kita pulang aja ya ... nanti kalau pak Sam telepon kita bilang aja masih di lapangan. Udah gak usah khawatir gitu, aku yakin target kita masuk dua bulan ini he he he ... ” Wed tertawa menyeringai. “Maksud lo, abis gak ada lo aku nggak akan bisa masuk target ya?” kataku melotot. “Nggaklah Plon, makanya kita masuk wajar-wajar saja, kalau aku mau jahat ... Aku sih bisa nge-bom omset untuk dua bulan ini pencapain berlebih tapi aku masih mikirin kamu. Kamu bakal kasihan banget! Ngejar target bulan ketiga kamu jadi Sales! Mana nggak ada partner padahal kamu masa penilain tiga bulan ini kan?” ungkap Wed yang menurut aku masih sangat baik hati. Dia benar-benar partner yang aku kenang baiklah! Walau yah beberapa belakangan setelah nggak bareng sama dia aku juga menemukan hal-hal yang kurang disiplin, tapi ini bisa jadi point aku untuk bisa dekat dengan para key person. Dan siang itu setelah makan siang aku kembali ke kostan, oh ya akhirnya aku memilih kost tidak tinggal di rumah saudara karena aku pikir nggak bisa juga aku tergantung saudara maka aku putuskan mencari kostan dekat dengan kantor. Saat aku pulang siang-siang aku disambut dengan semringah oleh temanteman kostan yang rata-rata juga Sales obat atau Detailer dan sudah senior. “Wuihhh Sales baru! Sudah berani ya pulang siang-siang ... Wah pasti mau BBS juga nih!” sapa Dude cengar-cengir menggoda aku. Dude Sales OTC juga sudah santai pakai kaos dan asik angkat jemuran. “Iyalah, kata seniorku target cukup masuk 90%-100% ajalah dan udah ada prediksinya kok. So time to relax ...” Jawabku sok santai padahal aku juga deg-degan soalnya ini sudah pertengahan bulan dan pasti bosku pak Sam sesekali bakalan telepon dan memonitor pencapaian Sales yang selalu on line di sistem. Dan dugaan aku benar, baru saja aku melepas sepatu mau masuk kamar telepon genggamku berteriak-teriak dan tertera nama Mr Sam Big Bos. “Iya siang Pak Sam, kataku sambil melotot ke arah Dude yang iseng mau teriak-teriak lagi ... ”Pak Sam Cemplon sudah di kostan ni!” teriak Dude keras tertahan. Sebelum dia teriak kedua kali sepatu yang mau aku taruh aku lempar ke mukanya dan cukup mempan membuat Dude diam dengan manyun. “Plon wah hebat kamu udah masuk 50% nih dari target, kamu berdua dengan Wed sepertinya team yang bagus!” Kata pak Sam dengan nada bersemangat. Hemmm otakku sudah berpikir lebih jauh lagi, baru dua minggu jadi Sales aku bisa balajar omongan basa-basi yang beneran basi. So let we see... “Oh gitu ya Pak, aku malah belum sempat hitung soalnya belum dapat laporan dari Admin distributor,” jawabku mengelak tepatnya mengeles sekaligus berbohong, aku tahu sih arahnya kemana? Hmmm ... “Tadi aku juga sudah bilang ke Wed, kalau bisa kamu tambah kontribusi lagi 10% jadi usahain masuk di pencapaian target 110% yah untuk area Cirebon. Plon buat bantu-bantu Branch Bandung ya ... soalnya Sales di sini udah ngos-ngosan banget nih, udah bertahun-tahun loh cabang Bandung bantu untuk tutup target terus tiap bulan. Sesekalilah Cirebon yang bantuin biar target kebersamaan masuk. Sekali-kali ya Plon!” Kata Pak Sam memohon. Asli baru kali ini nada bicara pak Sam nggak sombong kaya kemarin sewaktu aku jadi Kacung Kampret eh Sekretaris beliau yang gak dianggep! Jujur aku sih males juga kalau disuruh over 10% yang pasti aku bakalan naik target juga jadinya bulan depan, mana ini aku dan Wed juga ngos30 28 ngosan bulan ini tepatnya di bulan Agustus 1999 (Lebay ya! Sebenarnya sih nggak, masih bisalah kalau konsisten 100% saja! Tapi aku udah diajarin Wed taktik Sales jangan over-over in omset! Kamu bakalan susah sendiri bulan berikutnya!). Aduh gimana ya, dilema juga. Aku memilih diam atas permintaan penambahan kenaikan 10% omset. Aku belum bisa menyetujui. “Plon tadi Wed sudah bilang sanggup loh! Dia semangat banget dan katanya pasti bisa bantu soalnya ada grosir yang mau bantu omset kalian jadi capai 110% .” Pak Sam semakin semangat saja. “Duh ... lagi-lagi Wed menyetujui, enggak konsisten! Damn! Udah pasti dia bilang bisa! Soalnya memang diakan mau mengundurkan diri! Pak Sam dan outlet-outlet belum tahu Wed mau resign! Pasti gampang aja dia akan main bom-bom orderan tapi aaaagghhhhhh efeknya ke akulah nantinya! Pasti aku akan dimintain tanggung jawab produk yang stoknya gila-gilaan banyak di dealer yang akan Wed bom omsetnya akhir bulan ini.” Kepalaku mendadak berdenyut, aku jadi mulai terbiasa menganalisis segala kemungkinan yang akan terjadi jika aku nggak hati-hati dalam permainan target dan omset nyata. Tapi aku ingat, aku harus hargai Wed bagaimanapun dia yang jadi kunci awal aku memasuki area kejam ini. Dan yah dua bulan ini harus masuk target dan okelah 10% over biar Wed dapat menikmati insentif lebih di dua bulan terkahir kerja di farmasi Rise. Memang sudah hukum alam aku sebagai Sales baru istilahnya harus siap dengan mempertanggungjawabkan dosa-dosa Sales sebelumnya yang handle area yang sekarang take over ke aku sebagai Sales new comer. “Pak Sam, kalau Wed bilang seperti itu ... Aku kan Sales baru ya Pak, jadi aku ngikut ajalah,” jawabku pasrah. “Bagus Plon! Semangat aku catat janji kalian! Penambahan 10% dari target! Oke Plon met istirahat ya!” Suara pak Sam sangat bahagia. Belum sempat aku jawab. Clik! Mati! Tadi pak Sam bilang met istirahat? Kok dia tahu sih aku mau istirahat! Aish aku jadi parno celingukan jangan-jangan dia emang ada deket aku dan sedang memata-mati aku. Aku salting sendiri. “Ngapain Plon celingak-celinguk kaya orang bingung!” Tahu-tahu Dude ngagetin sambil melempar balik sepatu ke arahku. Bug! “Aduh au!” Aku memegang jidatku. Sakit. “Nah sakitkan dilempar sepatu. Satu sama ya Plon!” Dude melotot tajam ke arahku. “Ihh reseh!” “Lagian kamu baru ditelepon sekali ama bos udah pucat pasi gitu, santaaaai aja Plon kerjaan Sales itu beda ama kerja kamu kemarin jadi Sekretaris! Kamu mau seharian di kostan tapi kamu tetap on line via telephone dengan customer-customer kamu dan menawarkan berbagai promo plus discount, terus kamu menjalin hubungan baik dan yang terpenting dalam bulan ini mereka mau kasih estimasi order dan ternyata target omset kamu kecapai! Itu udah bagus banget! Sales yang penting result Plon! Hasil akhir bukan proses. Mau prosesnya kaya apa kamu yang bisa atur! Sekarang kamu bisa saja BBS tapi besok bisa saja kamu harus menemani salah satu rekanan yang jadi kunci pengambilan barang kemana kek! Karaoke nek! Nonton kek! Dengarin curhatan kalau mereka lagi ada masalah! Atau makan! Who knows kan? Dan kamu nggak akan bisa nolak permintaan mereka! Kalau nolak kamu nggak dapat orderan! Itu namanya kerja juga! Inilah dunia Sales lebih fleksible.” Aku mulai dengar curhatan Dude yang saat ini lebih menunjukan enaknya Sales. Waktu yang bisa kita atur dengan kebutuhan kita. “Iya Master Sales,” jawabku meledek. “Tapi hmmm siap aja kamu dicaci maki kalau omset gak masuk, nasib Sales ya gitu deh ... jadi kamu bilang Sekertaris Kacung Kampret jangan kira Sales bukan Kacung Kampret! Sami mawon alias sama saja!” Ini dia curhatan salah satu Kacung Kampret sesungguhnya. “Yo wis aku tak BBS dulu ya ... pusing ih! Ngapalin jalan dan orang sekaligus banyak secepatnya!” Kataku yang memacu diriku sendiri untuk mengingat jalan dan para key person! Waktuku tak banyak dengan Wed aku harus bisa belajar cepat menguasai area Cirebon dan sekitarnya. Masih ada Kuningan, Indramayu dan Kertasmaya yang juga jadi area pertempuran untuk mendapatkan orderan.