
by Titikoma

Achieved 110%
Tanpa terasa sudah mendekati akhir bulan Agustus dan target sudah di angka 100% masih kurang 10% lagi karena ada tambahan 10% untuk membantu semua cabang agar masuk target secara total. Demi mengejar omset di hari akhir yang masih kurang 10% aku dan Wed pecah dua ke dealer besar. Aku disuruh ke grosir Sehat Segar yang waktu pertama kali datang Si Encinya sangat galak dan sangat tidak bersahabat dengan namanya Sales baru. Aku ingat Wed aja dicaci maki apalagi aku nih yang mau nagih orderan, memang sih dua minggu lalu Si Encinya bilang iya udah nanti akhir bulan aku orderin banyak buat produk DoReMi Demi menutup 10% lagi maka di sinilah aku di grosir Sehat Segar yang bagian pembeliannya bernama enci Joan. Mengantri dengan beberapa Sales yang tengah butuh omset untuk tutup akhir bulan dengan wajah yang ketar-ketir akan dapat orderan atau nggak. Aku juga sih deg-degan banget apalagi wajah Si Enci nggak bersahabat banget lihat aku datang dan ikut mengantri. Dan ternyata Sales di depanku langsung diusir,”Ah nggak! Nggak akan order akhir bulan ini buat semua obat-obatan. Titik! Pulang-pulang semua!” Si Enci yang nama lengkapnya bernama enci Joana Wati terlihat gusar dan langsung mengusir Sales yang ramai-ramai langsung kabur. Aku kaget! Dengan sikapnya. Semua Sales langsung pada ngacir kabur dengan tidak banyak ngomong. Tinggal aku yang masih berdiri bengong, aku sudah berjanji sama Wed bisa diandalkan untuk menagih orderan dari grosir Segar Sehat. “Eh kamu! Siapa nama kamu Sales baru? Aku juga nggak order ... tuh liat stoknya masih segunung. Kamu pikirin dong gimana biar barang kamu keluar jangan cuma minta orderan gede terus tiap tutup bulan! Tapi gak bantuin jualin!” Tatapan Si Enci ke aku penuh kekesalan. Aku gak bisa ngomong apa-apa, duh mau ngerengek-ngerek minta orderan kok juga nggak bisa ya. Melihat stoknya yang masih 9 karton aku juga nggak tega kalau disuruh nambah orderan sekitar 5 karton lagi buat nutup target omset aku dan Wed. “Iya Enci, kalau gitu ya udahlah aku tak bilang Wed stoknya masih 9 karton mau maksa mintai order juga kasian Enci banyak banget stoknya,” kataku beremphati, walau aku bingung mau minta tolong siapa lagi nih, berarti estimasi aku dan Wed meleset. Aku SMS Wed kalau Si Enci Joan gak mau order karena stok masih numpuk. Untung dari outlet Mulya dan Tentram ngebantuin dengan order 5 karton obat DoReMi. Thanks God tercapai target 105%. Masih kurang 5% janji kita untuk bantuin agar cabang Bandung masuk 100% yang sementara ini secara total masih 95%. Dan ini hari terakhir aku dan Wed bingung mau minta tolong grosir mana yang bisa bantu 5 karton DoReMi, ahhh ini gara-gara Wed janji ke pak Sam bantuin 10% lagi. Kalau tidak ada acara janji tambah 10% aku bisa santai di akhir bulan. “Beneran ya Plon enci Joan kemarin marah-marah ya! Dan banyak Sales yang diusir-usir. Kok kamu nggak langsung ikutan kabur kaya Sales lain, kalau Si Enci Joan marah-marah kita semua langsung ngacir lho!” Kata Wed. “Iya aku bertahan dulu mau tahu stok kita masih ada berapa dan coba cari tahu sih kenapa dia marah-marah. Banyak sih yang buat enci Joan marah katanya barang numpuk nggak keluar dan gak dibatuin, biasa barang ada yang expired juga gak ditolongin, terus katanya harga gak bersaing, display juga jelek!” Kataku mengulang omelan lengkap enci Joan kemarin. “Hmm itu tandanya Plon dia masih mau bantu, bisa kok 5 karton lagi soalnya biasanya dia punya stok tiap bulannya 15 karton kalau sekarang masih 9 karton berarti 6 karton bulan ini sudah keluar,” jelas Wed. “Hmmm kamu mau nekad Wed ke sana?” Tanyaku dengan nada nggak yakin sih. Penasaran aku buka catatan analisis tiap toko yang sudah aku rekap. Untuk grosir toko Segar Sehat, memang ternyata dia bisa perbulan order sampai 15 karton produk analgesik DoReMi. Dan bulan ini dia sama sekali belum order, polanya orderan di tiap akhir bulan. Hmmm kenapa juga ya orderan selalu mepet akhir bulan? Menjadi pertanyaan yang belum bisa aku jawab. “Iya tapi kita harus minta senjata nih sama pak Sam, gak mungkin kita kasih discount normal yang pasti dia minta tambahan black bonus,” terang Wed. Aku manggut-manggut saja, lebih baik aku ikuti pola Wed saja. Dan benar pak Sam tak lama menghubungi Wed. Tahu banget akhir bulan pak Sam sudah pasti sibuk nge-push penjualan lewat telepon. Saat jadi Sekertaris beliau aku sudah hapal kebiasaan beliau, akhir bulan akan menghubungi para dealer besar. Ah pola selalu akhir minggu dan jelang tutup jualan kerena dealer bisa baca kita sangat perlu omset dan mereka akan meminta tambahan diskon sebagai kompensasi tambahan juga. Dan kita pihak prinsipal juga butuh omset mau tidak mau hitung-hitungan tambahan diskon untuk dealerdealer besar jelang closing. Sebenarnya pola yang tidak baik, tapi untuk dirubah juga sulit sepertinya berlaku di semua farmasi. ”Wed gimana Si Enci Joan bisa bantu gak? Kalau perlu senjata tenang aja aku kasih berapa yang dia minta,” kata pak Sam di telepon genggam Wed yang sengaja di speaker agar aku ikutan dengar. “Iya pak Sam ini saya mau coba ngerayu Si Enci Joan, stok di gudangnya masih 9 karton semoga dia mau nambah 5 karton lagi pas nutup omset Cirebon di 110%,” jawab Wed. “Iya Wed tolong ya nanti pas di toko bolehlah kamu telpon aku, biar aku bantu ngomong sama Si Enci,” nada suara Pak Sam penuh semangat. Dan tanpa banyak ngomong berdua kita ke toko obat Sehat Segar dan tampak Nci Joan lagi asik ngobrol dengan Sales yang biasa aku ketemu juga di lapangan tengah bersama bosnya. Memang akhir bulan banyak para bos yang akhirnya harus turun ke lapangan bantuin para Sales Kacung Kampret nya untuk deal yang besar. Jelas akhir bulan selalu menjadi hari kritis untuk menutup omset. Wah beda banget sikap enci Joan saat berhadapan dengan para bos paling tidak bos di level Supervisor apalagi kalau kaya pak Sam Area Sales Manajer dibandingkan menghadapi kita para Kacung Kampret. Enci Joan tampak sumringah senyumnya nggak lepas tersungging dari bibirnya, memang enci Joan masih lajang untuk usia yang nggak muda lagi. Aku taksir umur enci Joan 45 tahun. Bos entah dari farmasi mana 48 46 wajahnya ganteng lagi, enci Joan menjamu dengan teh botol dingin dan cemilan kue-kue keringan tentu saja hal yang istimewa banget. Aku dan Wed kecipratan keramahan enci Joan waktu itu yang tampak ketawaketawa terus dengan Si Bos ganteng. ”Itu ASM dari Tombi, obat batuknya laris keras dan ASM nya juga sangat rajin berkunjung tiap bulan ke grosir-grosir makanya orderannya lancar! Dan kasih diskon juga jor-joran. Makanya Si Enci suka banget!” Jelas Wed. “Oh pantesan ... memang pak Sam hampir enggak pernah ya turun ke lapangan?” Tanyaku spontan, tanpa dijawab sebenarnya aku bisa jawab karena selama jadi Sekertarisnya memang jarang beliau ke lapangan. Pak Sam mengandalkan lewat telepon untuk deal dan maintance dengan dealer nya. Dan akhir bulan bisa berjam-jam tahan on line merayu beberapa dealer yang bisa bantu tutup omset. Makanya nggak betah juga kalau kerja jadi Sekertaris beliau yang jarang keluar dari ruangannya, aku merasa diawasi terus kesannya. He he he! Kita harus sabar menunggu Si Bos ganteng PT Tombi tengah meloby Si Enci Joan. Asik banget melihat mereka tertawa-tertawa, duh Si Enci beda banget wajahnya dengan hari kemarin saat mengusir para Kacung Kampret yang berdatangan. Giliran bos saja yang datang Si Enci berubah suasana hatinya. Dan hampir satu jam kita bersabar menunggu sementara jam sudah menunjukan pukul 14.00 semua orderan harus masuk pukul 15.00 dan pihak Admin distributor tidak mau meng- input orderan di luar jam 15.00. Pas jam 14.00 bos besar PT Tombi selesai dengan wajah ceria sekali, demikian Sales Kacung Kampretnya yang ikutan sumringah. Jelas Kacung Kampret PT Tombi masuk target! Level di atasnya Kacung Kampret juga masuk target! Bayangan insentif sudah di pelupuk mata. Tampaknya closing omset mereka tercapai berkat orderan penutup enci Joan. “Ehh kamu Wed sama sapa nih anak baru namanya! Kemarinkan sudah ke sini mau ngapain lagi kalian? Sudah aku bilang nggak ada orderan bulan Agustus ini! Lihatlah barang kamu numpuk!” Wajah asli enci Joan kembali muncul sambil tunjuk-tunjuk aku. Padahal baru saja kita melihat dia tertawa-tertawa, giliran kita para Kacung Kampret yang menghadap kembalike sifat aslinya. Duh nasiiiiibbb ... “Namaku Cemplon, Enci,”jawabku ramah walau dibalas dengan tatapan kembali jutek, maklum yang datang aku dan Wed sama-sama Kacung Kampret. Nasib-nasib jadi Cungpret! Orang rendahan selalu dilihat sebelah mata. “Sudah aku bilang Wed tuh sama Si Cemplon kemarin kalau kita nggak order dulu bulan ini, stoknya tuh masih 9 karton cuma keluar 6 karton dari orderan bulan kemarin gimana kita mau bantuin! Belum balik modal acan!” Nada enci Joan mengeras. “Iyalah Enci bantu kamilah, tadi aku sudah bilang ke pak Sam buat spesial order closing akan dapat special discount Enci. Langsung dapat dari pak Sam nih Enci,” kata Wed dengan jurus merayu sekaligus memelas. Beuh! Aku merasa nggak sanggup kalau harus memohon-mohon seperti ini tiap akhir bulan, duh mana harga diri aku? “Walah bos kamu pak Sam itu kaya apa sih wujudnya? Bertahun-tahun sudah kamu Wed jadi Sales kayanya kamu nggak pernah ajak bos kamu kemari,” jawab enci Joan semakin ketus. “Iya Nci nanti aku sampein deh ke beliau agar sesekali mengunjungi area Cirebon. Apalagi ke toko obat Sehat Segar yang selalu bantu kita tiap akhir bulan,” kata Wed bermuka dua banget deh! Hampir muntah aku dengar gaya Wed merayu enci Joan. “Hmmm jadi kamu mau minta aku order berapa Wed?” tampak suara enci Joan melunak. Sepertinya janji Wed mengajak pak Sam berkunjung kemari membuat enci Joan tertarik. “Seperti biasa saja Enci bantulah 5 karton saja, biasanya kan Enci bantu10 karton ... ” Suara Wed juga halus, aku ikutan merinding kalau tiba-tiba Si Enci marah lagi dengan permintaan Wed barusan. “Apa order 5 karton! Tambah lagi dong stok aku jadi 14 karton, aduuh Wed mau buat apa aku stok banyak gitu! Buat selimutan!” Benar tebakan aku kembali suara enci Joan mengeras. “Yah kan biasanya memang stok Enci perbulan 15 karton ya,” terang Wed. “Iya sihhh tapi Wed kamu pikirin dong barang kamu sekarang slow moving, aku lama balik modalnya mending aku buat order yang fast moving tuh kaya barusan obat batuk Tombi itu laku keras!” Ungkap Si Enci Joan terang- terang tanpa takut membuat hati kita tersinggung ketika dia mengagumi PT Tombi. Tapi sepertinya wajah Wed tidak menunjukan merah padam sama sekali, beda dengan wajahku yang merasa ditampar. Sepertinya bertahun-tahun menggeluti jadi Sales, Wed sudah kebal dengan berbagai caci maki dan sindiran para Purchasing. “Enci bantulah, ini aku hubungin ama pak Sam ya Enci deal diskon sendiri ya ... ” Wed mulai tampak putus asa, aku hanya bisa mengamati dan hmmm bertanya-tanya dalam hatiku sendiri apakah aku bisa seperti Wed kedepannya. “Ya sudah sini aku hubungin ama bos kamu Si Pak Sam yang somse, biar tak marahin sekalian aja bos kamu tuh! Tiap bulan minta tolong tapi nggak sekalipun main kemari iih beda banget ama bos Tombi.” Enci Joan tampak kesal. Dan benar enci Joan tanpa ragu-garu langsung nyerocos ketika telepon genggam Wed terhubung dengan pak Sam dan dia speaker, ”Eh Pak Sam aku mau ngomong ya! Lo minta kita bantu orderan tiap bulan, tapi sekalipun aku nggak tahu lho wajah pak Sam kaya apa? Sekali-kali dong kunjungi Cirebon jangan sombong-sombong.” Ternyata enci Joan purapura marah sambil ngedipin mata ke kita berdua. Kita berdua pasang wajah senyum-senyum, Wed malah kasih jempol dan semakin semangat enci Joan mengomeli pak Sam. He he he dasar Wed sekalian dia bagi-bagi sakit hati sebagai Kacung Kampret ke pak Sam. Agar pak Sam juga ngerasain sedapnya diomelin oleh enci Joan. Dan mulailah percakapan deal black bonus agar enci Joan mau mengambil produk kita. Sungguh tak ada pilihan lagi untuk minta tolong ke grosir lain karena waktu closing sudah semakin mepet! “ ... “ “Ah nggak kalau cuma dikasih diskon 2% sih ... nggak nutup buat modalnya! Mending buat order obat batuk aja dapat banyak cuan! Gampang jualnya jadi cepet balik modal! Untung lagi! Iklannya gencar banyak yang cocok! Nggak kaya DoReMi produk kamu! Iklan jarang! Nggak order kalau cuma diskon tambahannya 2%.” Enci Joan tampak ngotot menolak kalau cuma dapat tambahan black diskon 2%. “ ... “ “Yo oke wis, aku mau kalau black bonus 4% sama janji lho ya Pak aku tunggu kamu bulan ini datang ke Cirebon, kalau nggak jangan minta tolong aku lagi nutup omset akhir bulan September!” Tampaknya enci Joan ngotot banget pingin ketemu pak Sam. Hmmm by the way pak Sam memang ganteng sih ... jadi nggak malumaluin juga kalau bulan depan aku sang Kacung Kampret yang pastinya bakalan aku dan Wed mengawal pak Sam kalau kemari. Aku dan Wed lega, sudah ada kesepakat orderan 5 karton dengan tambahan black bonus 4%. Dan kita juga dengar langsung diskon tambahan yang akan pak Sam kasih orderan 5 karton DoReMi. “Udah! Wed order ya 5 karton DoReMi kamu catat ini dapat bonus tambaha 4% diluar reguler dan katanya bos kamu mau bayar sebelum akhir bulan September, aku minta sekitar 25 September sudah cair! Kalau nggak aku langsung potong tagihan saja ya!” Enci Joan ngomong sambil tulis buka orderan. Aku dan Wed manggut-manggut aja daripada tiba-tiba batal orderan yang baru saja di tangan sementara waktu closing sudah menunjukan kurang 15 menit. Hampir 45 menit pak Sam dan enci Joan melakukan deal tutup bulan. Wed segera menelpon mbak Endah bagian input orderan karena kalau ngejar ke kantor nggak akan bisa keburu, perjalanan ke kantor butuh setengah jam dan waktu tersisa 15 menit. Untunglah mbak Endah Admin distributor baik banget, mau diajak kerja sama dengan menyenangkan. Cukup lewat telepon mbak Endah akan meng-input di sistem sesuai orderan via telepon. Akhirnya penutupan Sales bulan Agustus capai target 110% walau bernafas lega tapi aku malah jadi galau soalnya Sepetember pertengahan Wed sudah mulai orientasi di perusahaan baru dan aku bakalan jalan sendiri tanpa bantuan siapa pun. Sementara target pasti naik, aku harus mulai siap mental. Saatnya aku harus lebih banyak beraksi. Dan benar Wed memenuhi janjinya dengan pak Sam kalau akhir bulan Agustus ini Wed dan aku ngebom orderan 5 juta dari grosir Sehat Segar dengan black bonus tambahan 4% dengan deal langsung oleh pak Sam. Bulan Agustus target 100 juta Cirebon kecapai dengan angka 110 juta jadi achivement kita 110%. “Asik Plon kalau gini kita dapat insentif lumayan,” Wed tersenyum senang. Matanya tak lepas dari hitungan scheme insentif. Aku jadi penasaran dan nimbrung cara itung-itungannya. “Wah lumayan juga ya Wed dapat insentif di luar gaji pokok, uang makan dan uang bensin.” Kataku ikut senang melihat angka berapa juta yang akan kita terima bulan depan. “Tapi Plon bisa juga berkurang nih, kalau total salah produk cabang ada yang nggak masuk ... salah satu produk nggak masuk yah kita juga berkurang karena hitungan insentif kita sistem tim. Jadi Sales di cabang lain dalam satu rayon Bandung juga harus masuk semua target semua produknya tidak hanya masuk secara total.” Kata Wed agak khawatir. “Emang suka gitu ya Wed?” tanyaku lanjut. Aku sempat tahu waktu jadi Sekertaris, aku juga menghitung-hitung insentif para Sales. Makanya dengan alasan ini pak Sam mati-matian meminta kita performance di angka 110% agar bisa secara total masuk di 100% untuk cabang Bandung di bawah pimpinan pak Sam. Dengan total cabang masuk 100% maka semua Salesnya dapat insentif. “Yang kerap membuat aku kecewa karena usaha kita sudah matimatian masuk 100% tapi ada cabang lain males-malesan jadi membuat keseluruhan cabang Bandung akhirnya nggak masuk sesuai target 100%, apesnya kita ikutan kena pengurangan deh insentifnya bahkan pernah tidak dapat sama sekali. “ Nada kesal keluar dari mulut Wed. Aku hanya bisa manggut-manggut, mencoba memahami masalah scheme insentif berdasarkan tim. “Apa yang harus kita lakukan Wed kalau begitu kasusnya?” tanyaku lemas, kalau nggak jadi dapat insentif besar padahal target omset masuk 100%, ah gara-gara cabang lain gak achieved jadi kena imbasnya. “Yah kalau manajemen lagi baik hati kita bisa dihitungkan pribadi nggak usah ikutan yang ramai-ramai. Tapi kalau request approval nya disetujui, kalau nggak ya kita sama-sama merasakan hal yang sama seperti Sales lain. Insentif sedikit atau nggak dapat sama sekali! Menikmati kebersamaan, sama-sama merasakan ada dan tidak ada insentif. Itulah jeleknya sistim insentif tim. Satu rasa tapikan kesal juga kalau seharusnya kita yang capai 53 51 target dapat insentif jadi nggak dapat insentif karena secara total target cabang Bandung tidak masuk!” Wed mengeluh dan aku tahu inilah satu alasan Wed juga mundur dari PT Rise. Dia sudah berusaha maksimal karena dia selalu masuk 100% tapi karena secara keseluruhan cabang Bandung tidak selalu capai target 100% maka yang ada berpengaruh pada pendapatan insentif dia yang jadi tidak penuh dapatnya. “Tapi Wed, aku yakin pak Sam selama ini selalu mengusahakan secara keseluruhan cabang masukkan?” Ya! Aku ingat perjuangan pak Sam closing omset dia sangat getol telpon semua Sales dan juga dealer yang bisa dimintai tolong agar anak buahnya dapat masuk target semua sehingga semuanya dapat menikmati insentif yang manis sekali. Bagaimanapun masuk target juga menjadi parameter kinerja pak Sam selaku Area Sales Manager! Hi hi hi dipikir-pikir nggak cuma kita-kita saja Sales kroco yang jadi Kacung Kampret pak Sam yang sudah posisi di level Manager juga tetap saja Kacung Kampret! Cuma levelnya sudah antar Manager. Hukumnya adalah Pak Budi selaku Regional Sales Manager akan menekan Pak Sam selaku Area Sales Manager. Pak Budi Sang Regionel Manager kenapa menekan pak Sam Area Sales Manager? Karena pak Bimba Sang Direktur yang bertanggung jawab atas kelangsungan perusahaan farmasi Rise seluruh Indonesia mau gak mau menekan orang-orang di level bawahnya agar perusahaan profit alias untung sehingga bisa bayar gaji karyawanan dan bonus-bonusnya, operasional perusahaan tetap jalan. Pak Bimba akan menekan pak Budi, Pak Budi akan menekan pak Sam, pak Sam menekan para Sales sebagai Kacung Kampret lini terbawah. Ah jadi sadar selama kita kerja dengan orang ya tetap namanya Kacung Kampret! Hanya di level yang berbeda-beda. Baru nyadar harus tetap bersyukur walau jadi Kacung Kampret di level terendah berarti kita masih dapat mengais rezeki sebagai karyawan nama kerennya. Dan aku sudah banyak mendapat data-data yang bisa aku olah dan aku kembangin untuk menciptakan kenaikan omset bulan-bulan mendatang. Apapun itu aku harus ada kemajuan setelah aku ditempatkan di sini. Aku harus buktikan aku bisa kerja terutama pada pak Sam yang banyak melecehkan aku sebagai Sekretaris yang nggak becus kerja. Dan Wed sudah mengajukan pengunduran diri terhitung mulai Oktober, pada akhirnya semua sudah tahu. Bahkan pak Sam juga sempat bicara empat mata dengan Wed untuk tetap bertahan di perusahaan Rise. Tapi tampaknya Wed sudah matang untuk loncat perusahaan kompetitor. “Plon kamu terpaksa harus berjuang sendiri ya, sabar nanti akan kita carikan partner atau kalau kamu ada calon silakan diajukan,” kata Pak Sam padaku yang tengah membuat laporan bersama Sales-Sales lain di ruang meeting di kantor Bandung. “Iya Pak,” kataku pendek tapi otakku teringat temanku Jus yang ingin masuk ke PT Rise karena tidak tahan dengan bos eh tepatnya bu Lela partner Jus yang ingin dianggap bos sehingg sikapnya bossy. “Ada sih Pak dari farmasi sebelah ... maksudku ruangnya Jus yang sebelahan dengan aku di kantor distributor. Dia lagi pingin cari pengalaman lain,” Kataku berbohong, aku tidak mau menjatuhkan Jus teman baru sesama Kacung Kampret yang tidak cocok dengan bos ceweknya. “Hemmm bolehlah kita lihat nanti ya, sementara kamu sebulan ini masih ditemani Wed dan kita lihatlah kemajuan kamu pegang Cirebon juga tanpa Wed.” Kata Pak Sam tak lepas dari excel yang tengah di utak-atik. Hmmm pak Sam memang jago di depan komputer tapi entahlah di lapangan apakah dia jago juga deal dengan dealer-dealer, soalnya jarang banget pak Sam turun ke lapangan. Tapi aku yakin kalau beliau jago di lapangan karena deal order lewat telepon hampir selalu sukses. Apalagi wajah pak Sam juga ganteng pastilah dealer-dealer yang punya Buyer cewek-cewek pasti senang kalau di entertainment oleh beliau. “Selamat ya Cirebon achieved 110% di bulan Agustus pasti sedikit banyak keberadaan Cemplon di Cirebon sudah membantu Wed mencapai target! Sayang bulan Sepetember adalah bulan terakhir Wed gabung bersama kita. Berharap semoga Wed bulan terakhir bersama kita tetap semangat cari orderan dan capai target lagi! Semoga juga Wed di tempat baru akan mendapat segalanya yang lebih baik daripada saat di sini.” Pak Sam tiba-tiba menyisipkan kalimat ini dalam meeting bulanan yang dilakukan setelah closing di 31 Agustus yang membuat aku merasa sedih. Ya aku merasa sedih! Sedih kehilangan partner baik yang mau berbagi segala hal. Aku tiba-tiba merasa sedih sekaligus ketakutan karena aku harus sendiri berjuang dengan area sebesar itu. Otomatis kalau nggak ada Wed target yang tadi jadi tanggung jawab Wed akan dibebankan ke aku. Oh My God! Apakah aku bisa?