
by Titikoma

Analisis
Dan Sepetember aku harus mulai membiasakan diri untuk turun lapangan sendiri, targetku bersyukur tidak naik masih 30 juta dan Wed 70 juta. Masalahnya Wed sudah tidak bisa maksimal lagi sebagai Sales PT Rise, Wed mulai ada training produk di perusahaan farmasi Healthy. Aku maklum semoga Wed mendapatkan sesuai yang dia inginkan. Tapi aku yakin Wed Sales senior pasti dia sudah melakukan pemikiran yang matang mengundurkan diri di usia yang tidak muda lagi dan perhitungan aka pendapatan baru yang akan diperoleh. Untung ada Jus dan pak Mamat yang setiap hari ngajakin jalan bareng, aku merasa tidak kesepian dan ada teman suka dan duka. Aku mencoba konsisten untuk menjalankan kunjungan, aku tidak tergoda untuk Bobo-Bobo Siang seperti beberapa Sales lain. Terkadang setelah sholat Zuhur Jus dan pak Mamat memilih tidur-tiduran dulu di masjid, aku memilih untuk melanjutkan kunjungan. Dan sasaranku merambah ke modern channel. Saat itu modern channel ada Alfa Retailindo, Matahari Grage, Jogja Store, Hero dan Asia. Ada 5 dealer modern channel yang harus mulai aku garap. Selama ini Wed sama sekali tidak menyentuh karena memang banyak birokrasinya menangani modern channel. Mulai aku mendata produk yang sudah masuk dan mempunyai barcode. Tak satupun display yang bagus di 5 dealer modern channel harap maklum karena memang PT Rise tidak ada perjanjian untuk menyewa tempat dan tak ada SPG yang menjaga produk kita jadi yah produk yang expired, kardus rusak dan kotor yang aku temui. Rasanya sedih sekali melihat produk yang notabene vitamin tapi tampilannya kumuh, kotor bahkan kedaluwarsa dan hampir kedaluwarsa mana ada konsumen yang melirik untuk membeli. Pantesan nggak ada repeat order sama sekali dari 5 dealer modern channel aku lihat di history sales sudah berbulan-bulan. Bisa dilihat mereka hanya setahun sekali order karena stok tidak keluar sana sekali. Seperti yang aku bilang kondisi yang sangat mengenaskan tentu saja tak ada yang membeli sampai barang harus kedaluwarsa. Sementara produk kompetitor untuk modern channel sudah mempunyai SPG yang bertanggung jawab penuh atas kebersihan dan lakunya produk. Farmasi kompetitor ini juga menyewa gondola yang strategis untuk memajang produk dan dummy box. Jadi tampak bersih, rapi dan keren. Apalagi didukung dengan iklan di televisi dan radio daerah yang gencar. Minggu juga suka melakukan sampling. Aku melakukan analisis dan ngobrol dengan SPG produk kompetitor yang antara ramah tapi juga tampak menutupi beberapa hal yang aku tanyakan karena tahu kalau aku Sales produk kompetitor mereka. Aku sangat maklum dan lebih banyak mengamati dari jauh kerja mereka. Kerja SPG kompetitor sangat gesit sistem jemput bola pantesan saat aku menemui Buyer mereka terang-terangan mengagumi produk kompetitorku itu. Pastilah keberadaan SPG membantu mengeluarkan stok produk dan pastinya repeat order menjadi hal yang wajib karena ada beban moral juga untuk sama-sama membantu. Take and give, kerja sama mutualisme yang aku tangkap. Ternyata produk vitamin yang paling pas masuk ke modern channel. Jadi vitamin C dosis tinggi bermuatan 1000 mg HF (High Fruits) dan vitamin untuk tulang dan ibu hamil bermuatan kalsium 1000 mg (High Bone) yang akan aku pasarkan di sini. Sementara aku punya kesimpulan kalau untuk mendapatkan omset produk vitamin harus main di pasar modern channel, apotik dan toko obat biasa. Sementara untuk produk analgesik DoReMi banyak dominan di grosir. Aku harus juga merubah display produk vitamin PT Rise di modern channel yang sangat menyedihkan menjadi seperti produk kompetitor. Aku lebih suka ngobrol dengan Buyer modern channel dalam hal ini aku melakukan pendekatan dengan menunjukkan analisis perhitungan seperti cost ratio bukan dengan cara merayu seperti di grosir Sehat Segar atau juga beberapa grosir pareto outlet yang lebih pendekatan personal banget. Aku jadi teringat akan PR aku yang banyak sekali selain menangani modern channel yang kacau balau. PR utama buat aku adalah juga harus bisa dekat dengan enci Joan karena grosir Sehat Segar termasuk dealer pareto outlet. Aku harus cari apa yang bisa membuat aku jadi dekat dengan enci Joan, agar aku nggak terlalu mengemis-ngemis seperti Wed. Duh ... Aku sih berharapnya Buyer grosir karakternya semua sama seperti Buyer modern channel. But it’s just your wish, realitanya ... Beda sekali! Mbak Nina, Buyer Alfa Retailindo asik diajak diskusi bahkan mendukung kalau aku akan memperbaiki display yang acak adul menjadi rapi, mulai menukar produk jelang kedaluwarsa dan bantu retur satu persatu barang yang terlanjur kedaluwarsa. Aku bersemangat menganalisis satu persatu dealer setelah Alfa Retailindo, hal yang sama aku lakukan ke modern channel yang lain. Aku mencari informasi space rental yang bagus yang belum disewa oleh produk lain. Semua aku catat harga sewanya yang rata-rata per tiga bulan diperbaharui dan ditinjau kembali. Dan rata-rata Buyer tidak keberatan dengan orderan yang akan disiapkan bila aku melakukan renovasi dengan adanya space rental lalu ada SPG. Sambutan mereka sangat welcome, apalagi mereka tahu produk PT Rise yang merupakan perusahaan multinasional sebenarnya produk unggulan pasar untuk vitamin dan analgesik nya. Istilah kerennya Product Market Leader. Ah sungguh ini sangat menantang. Aku juga harus mulai dekati para pemilik owner grosir pareto outlet yang rutin selalu order dengan jumlah besar tiap bulannya. Ini menjadi tugas utama yang harus cepat aku bisa dekat para owner grosir karena saat ini di dataku kontribusi omset dari mereka meng-cover 75% omset target. Adalah 10 grosir yang menjadi pareto outlet, bila 10 grosir ini order dengan jumlah yang tetap setiap bulannya maka 75% dari 100% target kecapai, aku harus mencari sisa 25% lagi nya lagi dari outlet yang lain. Target 100 juta saat itu dengan 10 grosir pareto outlet maka 75 juta sudah di tangan diperoleh dari : 1. Grosir engko Frang 15 juta, 2. Grosir Sehat Segar 10 juta, 3. Grosir engko Ali 10 juta, 4. Grosir pak Muin 7.5 juta, 5. Grosir Segar engko Candra 7.5 juta, 6. Grosir Mulya 5 juta 7. Grosir Tentram pak Asep 5 juta, 8. Grosir Bahagia ibu Ayu 5 juta, 9. Grosir Famili pak Fam 5 juta dan 10. Grosir uwak Haji 5 juta. Dari 10 grosir ini omset tercapai 75 juta, ke 10 ini adalah grosir di kota Cirebon yang memiliki armada pemasaran dan langganan pembeli sampai ke Kuningan, Kertasmaya, Ciledug dan beberapa wilayah pinggiran Cirebon. Aku mulai sortir lagi berdasarkan history Sales tiga bulan belakang untuk menemukan kekurangan 25% nya lagi. Dan aku menemukan 20-30 dealer yang tiap bulan bisa order di angka dari 500 ribu sampai tiga jutaan berarti untuk mencari 25 juta seharusnya sudah ada di tangan bahkan bisa lebih. Dan ini berarti secara rutin target bulanan terpenuhi dan bisa lebih juga kalau akau mau berjuang lebih keras mendatangi para customer yang sudah menjual produk PT Rise. Aku tersenyum puasa yang utama harus aku maintance 10 dealer pareto outlet dan beberapa dealer dari toko obat dan apotek yang membantu untuk 25 jutanya. Aku harus belajar cepat mencari sumber-sumber yang bisa di maintance dan menjadi tantangan tersendiri buat aku harus bisa mendekati para Buyer pareto outlet tidak hanya sekedar urusan bisnis tapi juga personal dengan orang-orang penting ini. Dari sekian owner yang paling kejam dan galak di jajaran menurut para Sales Kacung Kampret adalah enci Joan. Dan untuk yang laki-laki pak Muin karena orangnya sangat pendiam dan seperlunya ngomong. Katanya orangnya membingungkan! Aku buat prioritas kerjaan aku harus pertahankan kekuatan dealer ini agar menjaga omset aku tidak direbut oleh pihak kompetitor. Jangan salah! Persaingan antar Sales sangat kejam, semua Kacung Kampret berlomba-lomba bisa mendekati para owner grosir toko obat dengan berbagai cara. Dari cara yang baik dan cara yang maaf kuanggap tidak baik juga. Semua demi omset! Karena omset adalah uang dan karir! Tapi setiap cara ini kembali pada masing-masing pribadilah. Aku punya prinsip hubungan personal penting untuk mempermudah urusan bisnis tapi bukan berarti kita merendahkan diri kita bahkan mau mengorbankan sesuatu yang bertentangan dengan keyakinan dan hati nurani kita. Minggu pertama bulan September Wed benar-benar sudah mulai melepas aku sendiri untuk jalan. Meskipun resminya nanti bulan Oktober dia meninggalkan PT Rise. Tapi sebulan ini dia ingin lebih santai sebelum memulai masuk ke kantor barunya. Aku menghafal jalanan dengan cepat dan juga mengenal para owner 10 grosir yang sudah ada di tangan aku catat sifat-sifat mereka yang aku dapat dari masukan obrolan para sesama Kacung Kampret. Ada kebiasaan di pagi hari para Kacung Kampret suka ngumpul di ruangan kantor aku yang cukup besar berukuran 3 x 4 meter, yang hanya berisi satu meja dan satu kursi kerja, sisanya berbagai alat promosi dari stiker, gimmick, acyliric, banner, dummy box dan hanging banner. Para Kacung Kampret ngumpul sambil mengepulkan rokok dan menikmati kopi pagi. Padahal kita kerja di perusahaan farmasi tapi tetap saja rokok dan kopi menjadi konsumsi sarapan di pagi hari. Sejujurnya aku tidak tahan dengan bau asap rokok tapi mau bagaimana sebagai orang baru aku harus tahu situasi pasar yang terjadi. Berdiskusi dengan mereka maka berbagai gosip antar Kacung Kampret, gosip para bos, gosip owner, gosip dealer, persaingan harga di pasaran, kompetitor, rencana jalan hari ini mau kemana saja dan keluhan target yang selalu kita anggap tak manusiawi selalu menjadi topik keseharian pagi hari di obrolan Kacung Kampret. Setelah jam 07.30 biasanya kita menjinjing tas besar kita yang berisi nota, POP (Point Of Promotion) yang terdiri dari tiker, banner, dummy box dan hanging banner. Ternyata nggak hanya orderan yang jadi prioritas utama kita tapi merchandising atau lebih awamnya hal kebersihan, kerapian dan keberadaan POP juga menjadi tanggung jawab Salesnya. Biasanya tim Marketing akan meributkan masalah tampilan produk di outlet, mereka berpendapat kalau tampilan produk eye level, menarik maka otomatis omset akan mengikuti. Logikanya sekarang bagaimana akan ada penjualan bila produk saja tampilannya kotor, tidak rapi apalagi untuk produk vitamin. Orang akan malas untuk mengkonsumsi kalau sudah nggak layak displaynya dan omset tidak ada, maka target tidak akan masuk. Aku sadar tidak hanya omset yang dituntut tapi juga merchandising yang dianggap akan membantu mendongkrak omset.