Don't Touch Me

Reads
97
Votes
0
Parts
16
Vote
by Titikoma

10

Ken membuka pintu kamarnya. May sudah tertidur pulas di sofa panjang, belum berubah pikiran untuk tidur bersama. Ken meraih selimut lalu menyelimuti tubuh May. Seperti biasa, memandangi wajah May yang tertidur menjadi hobi baru Ken setelah menikah, ia merasa damai menatap wajah polos itu. Wajah itu penuh ketenangan, memancarkan keindahan saat memandangnya. Tiba-tiba Ken tersentak, May membuka matanya. Ken buru-buru merapikan tempat tidurnya yang sebenarnya sudah sangat rapi. “Ken....” “Mas,” sergah Ken. “Iya, Mas. Baru pulang?” lidah May kelu, ia belum terbiasa memanggil Ken dengan sebutan Mas.” “Iya, May. Aku baru pulang. Tadi lembur, kenapa?” “Barusan May mimpi buruk.” “Mimpi apa? Emang tadi gak baca doa?” Ken sedikit lega, rupanya dirinya tidak tercyduk sedang menatap May yang sedang tidur barusan. “Emm, cuma mimpi dikejar orang gila.” “Tidur sini aja sama Mas. Jangan takut, aku gak akan sentuh kamu.” “Daripada tidur bareng lebih baik mimpi buruk sampe pagi!” May kembali menutup matanya. Ken merebahkan tubuhnya di tempat tidur empuknya. Ia sungguh merasa lelah karena tak bisa memaksa May tidur bersamanya. Ken cukup bersyukur sekarang May berhijab dan mulai bisa salat wajib tepat waktu. Itu pertanda bahwa ada kata-kata Ken yang dapat didengarkan dan ditaati sebagai suami. Kini Ken menyadari, mengapa ia bisa jatuh cinta pada May. Karena Ken memang telah lama menyukainya, Ken tak pernah benar-benar membencinya, semua kebahagiaannya adalah saat berada di dekat May. Entah saat bertengkar dengan May, entah saat menjahili May, bahkan saat May membuat Ken resah dan geram itu adalah hal yang berarti bagi Ken. Nama May telah lama terukir di relung hati terdalam, namun 86 84 ego menepiskan segalanya. Kini Ken dan May bersatu meski belum menyatukan rasa. Segalanya berubah, sudut pandang dan cara hidup Ken. May bagai magnet yang menarik seluruh perhatian dan mengalihkan dunia Ken. Ken yakin bahwa dirinya benar-benar jatuh cinta pada May, Ken mencintai May bahkan jauh sebelum mereka melangsungkan pernikahan. May gadis sederhana dan apa adanya, Ken menyukai kesederhanaan gadis itu. Ia bahkan tak pernah membicarakan soal barang-barang mewah ataupun pakaian mahal selama menikah dengan Ken. May hanya sibuk memikirkan teman-temannya. Mengantarkan mereka makanan dan menemui mereka. Itu yang Ken tahu selama beberapa waktu ini. May sering izin ke luar rumah karena hal itu.Pesta pernikahan Aidil Rahman Sanjaya dan Ayrin Saputri memeriahkan malam. Rumah megah Sanjaya menjelma bak hotel berbintang. Aidil meminta agar pernikahannya dilaksanakan dirumah saja. Rumah besarnya itu kini disulap menjadi tempat resepsi pernikahan yang istimewa oleh para tangan terampil. Ken dan May tampak mengenakan gaun yang serasi. Suasana telah ramai dengan tamu undangan. “May…” “Hem?” “Kamu cantik malam ini,” Ken menggoda isrtinya. Sungguh May sangat cantik,tapi Ken gelisendirimengingat bagaimana kerepotan Ibumengurus menantu tomboinya itu. Ternyata tak mudah membuat perempuan tomboi menjadi sedikit feminin. Ibu harus mengeluarkan berbagai jurus. “Kenapa senyum-senyum sendiri? Lu ngolok, ya? Gue juga merasa aneh sih make gaun kayak beginian. Sesak napas gue.” “Maafin Ibu ya, Ibu terlalu sering memaksakan kehendaknya padamu.” May menatap Ken. Maaf? Ken meminta maaf? Manusia ini bisa minta maaf juga? May mulai menatap wajah suaminya lebih dalam. “Dimaafingak?” tanyaKenantusias.May tersenyummanis,Kenmerasakan dunia berhenti berputar sejenak menyaksikan manisnya senyum itu, sungguh itu senyum termanis yang pernah Ken lihat. “Kalau dimaafin, gue boleh dong makan jengkol di rumah?” “Jengkol?” Ken terperangah. “Sama sambal pete?” “Oh, no!” jawab Ken tegas. May manyun. Setelah menikah dengan lelaki itu, May bahkan tak pernah mencium bau pete dan jengkol lagi. Meski dibolehin Ibu mertua, tapi Ken selalu menjadi penghalang. Setelah cukup berbincang, mereka fokus pada acara. May senang sekali akhirnya Kakaknya memutuskan menikah. Semuanya berjalan lancar. Ayrin, Kakak iparnya begitu cantik malam ini. Aidil memang tidak salah pilih. Aidil pun terlihat sangat tampan dengan busananya. “Semoga Kak Aidil selalu bahagia,” doa May dalam hati.  Malam pertama Aidil dan Ayrin berdua di kamar mereka. Aidil melangkah pelan menghampiri Ayrin yang duduk di atas hamparan bunga-bunga cinta di atas tempat tidur mereka. “Ayrin...” “Iya, Mas.” Tiba-tiba jantung Aidil berdetak kencang, malam ini ia telah menjadi imam dalam bahtera rumah tangga. Amanah yang harus diemban tidak mudah, namun Aidil harus siap lahir dan batin. Ia berharap bahwa dirinya akan membawa Ayrin melangkah bersama menuju surga-NYA. Aidil bergetar menghampiri istrinya. “Bacakan doa untukku, Mas. kita akan mengarungi bahtera ini bersama,” ucap Ayrin. Aidil mengangkat tangan kanannya, diletakkannya tepat di ubun-ubun Ayrin. “Allahuakbar, Ya Allah... Malam ini aku telah menikah dan aku mengharapkan keridhoan-MU. Allaahumma inni as-aluka khayraha wa khayra maa jabaltahaa ‘alaihi wa a’uudzu bika min syarrihaa wa min syarri maa jabaltahaa ‘alaihi.” “Ya Allah sesungguhnya aku memohon kebaikannya dan kebaikan apa yang Engkau ciptakan pada dirinya. Dan aku memohon perlindungan kepada-MU dari keburukannya dan keburukan apa yang Engkau ciptakan pada dirinya.” Usai membaca doa, Ayrin tersenyum bahagia meleburkan kebekuan suaminya, Aidil mengecup kening Ayrin lalu mencium bibir istrinya. Mulai malam ini Aidil akan menjadi pangeran di hati Ayrin, pangeran yang akan merangkul dan menggiringnya menuju surga Allah, surga di dunia dan di akhirat-NYA.


Download Titik & Koma

* Available on iPhone, iPad and all Android devices