
by Titikoma

Lose Almost Three Years
Dua tahun menghabiskan sisa terakhir SMU dan melanjutkan kuliah di
Yogyakarta. Setidaknya Kinanti cukup berbahagia dengan adanya Mas
Fauzi di sampingnya yang selalu menemani dan menghibur saat ayah dan
bunda meributkan hal-hal yang tidak jelas kapan selesainya.
Hubungan pacaran yang membuat Kinanti tenang kalaupun ada riak-riak
hanya sekedar gosip dan selalu terselesaikan dengan baik.
Mas Fauzi juga selalu menunjukkan rasa sayangnya, melewati semuanya
dengan Mas Fauzi cukup membuat bahagia.
Rasanya tidak terlalu sepi kecuali saat sendiri, ada waktu yang terhabiskan
dengan hati pria yang dicintai bahkan sudah yakin akan hubungan yang
direstui kedua belah pihak menuju arah serius.
Walau masih ada tuntutan bagi Kinanti melewati masa kuliah meraih
gelar S1-nya. Berdua berkomitemn untuk melewati fase ini dan kemudian
menikah.
Bahkan Kinanti di rumah Fauzi sudah dianggap keluarga, papa mama Fauzi
membiarkan Kinanti dan Fauzi berdua di ruang tamu.
Semua tanpak berjalan mulus, tidak perlu ada yang diragukan lagi.
Bahkan Kinanti yakin kalau Fauzi adalah belahan jiwanya yang pertama
dan terakhir.
Yogyakarta menyambut dengan damai, senja yang indah pertama kali
Kinanti nikmati dari pintu kamar yang menghadap arah Barat menyaksikan
sang surya tenggelam.
Semester awal yang berat melewati masa kesendirian, kabar
pertengkaran sesekali Kinanti dengar bila bundanya yang tampak tidak
tahan meneleponnya dan mengatakan kerinduan pada Kinanti dan juga
Kak Melati.
Yogyakarta yang senyap membuat hari-hari Kinanti habis dengan mata
kuliah-mata kuliah dasar satu yang cukup membuatnya pusing.
Kinanti berasal dari kelas IPA, tapi harapan menjadi dokter kandas
karena tidak lolos beberapa fakultas kedokteran yang dia daftar,
Kinanti memutuskan untuk kuliah di ekonomi manajemen yang cukup
membuatnya pusing karena ada pelajaran akuntansi yang sama sekali
tidak disentuh saat kelas XI dan XII.
Rasa kangen dengan Mas Fauzi sedikit terobati dengan setiap malam
Minggu Mas Fauzi menyempatkan menelepon dan bertanya bagaimana
keadaannya.
Bahkan kadang Mas Fauzi menggodanya adakah teman kampus yang
menggelitik hati Kinanti untuk berpaling darinya.
Kinanti jelas-jelas jawab ‘tidak ada’, hatinya sudah terlanjur mantap
dengan pilihan pertama dan memang tidak ada masalah apapun untuk
dia harus pindah ke lain hati segala.
“Aku tidak bisa pindah ke lain hati Mas Fauzi, hatiku sepenuhnya milikmu.
Semua yang telah aku lewati bersamamu adalah kenangan pertama
yang tak terlupakan...” Kinanti menjawab dengan bergetar, ingatannya
melompat beberapa waktu lalu saat ciuman pertama menjelang
kepergiannya ke Yogyakarta terlewati.
Genggaman tangan yang kuat dan pelukan yang menghangatkan dan
memberinya ketenangan saat prahara kedua orang tuanya tidak ada
ujung selesainya.
Kinanti tidak bisa berharap banyak Fauzi ada di sampingnya, hampir
setahun Kinanti di Yogyakarta dan dua semester terlewati dengan nilainilai yang cukup memuaskan.
Mas Fauzi dua kali sempat mengunjunginya dan menghabiskan malam
Minggu jalan-jalan ke Malioboro.
Tidak perlu ragu akan hati yang berubah, karena Mas Fauzi tidak beubah
sedikit pun. Tetap menyayangi, bersikap lembut dan berharap Kinanti
cepat selesai kuliah lalu menjemput impian mereka yang merupakan the
perfect plan.
Sebulan dari kunjungan Mas Fauzi ke Yogyakarta, Dian sahabat masa SMU
meneleponnya.
“Kinan, kamu harus tahu kalau Mas Fauzi-mu tidak setia seperti yang
kamu kira. Aku cukup berat menyimpan beban ini sendirian.”
Meluncur cerita tentang Mas Fauzi yang sekarang dekat dengan Nia yang
juga rekan kerja Dian di sebuah radio swasta.
Kinanti tidak ada pilihan, keberangkatan ke Jakarta hanya mengikuti kata
hatinya. Kinanti sengaja tidak memberi tahu siapapun.
Tidak kepada ayah bunda yang masih ribut terus, tidak juga pada Kak
Melati yang tinggal menyelesaikan beberapa mata kuliah dan skripsinya di
Surabaya. Hanya Dian yang dia beri tahu dan Kinanti minta izin menginap
beberapa malam untuk membuktikan apa yang Dian ceritakan.
Dan akhirnya Kinanti tersadar kalau Mas Fauzi memang sudah berselingkuh
di belakangnya.
Ternyata remuk rasa di hatinya karena harus putus dengan cinta pertama
dan terasa sangat menyakitkan, bahkan mungkin rasa sakit yang impas
saat kebahagiaan pun teraih ketika menerimanya sebagai cinta pertama.
Rasa kebencian dan cinta menjadi sangat tipis dan berbalik seratus
delapan puluh derajat, begitu sangat cepat.
Saat menyaksikan Fauzi yang tengah berjalan dengan Nia sengaja Kinanti
meneleponnya dan yang ada dia me-reject-nya berulang, tapi Fauzi
sempat mengirim SMS, “Nanti ya Sayang, lagi ada kelas nih...”
“Iya kelas dengan cewek barumu!” rutuk hati Kinanti. Hatinya panas
bercampur aduk rasa sakit, ingin dia langsung samperin pasangan yang
tengah dimabuk asmara itu tapi tidak enak kalau Dian menjadi sasaran
kemarahan Nia karena dianggap sebagai tukang mengadu.
Kinanti memutuskan langsung pulang ke Yogyakarta dan menunggu apa
yang akan Mas Fauzi lakukan selanjutnya tentang hubungan mereka yang
Kinanti anggap sudah hancur berkeping-keping.
Saat ini Mas Fauzi belum tahu kalau Kinanti sudah tahu apa yang terjadi
sebenarnya antara dia dengan gadis lain yang membuat Kinanti merasa
tidak ada artinya lagi. “Atau” bahkan Kinanti merasa sangat dibohongi.
“Atau” yang terpenggal... Kinanti merasa kalau dirinya mungkin cewek
yang terlalu egois selama ini, cewek yang maunya dimanja dan Fauzi lelah
atau bahkan bosan! Berpacaran dengan dirinya yang dianggap anak kecil,
tahunya beres dan tidak berkontribusi atas kesuksesannya.
Kinanti merasa tidak layak juga jadi pendamping hidupnya, Kinanti
terhenyak kalau dilanjutkan takut nantinya terlalu banyak permainan
di belakang dirinya antara Mas Fauzi dengan wanita-wanita lain yang
dianggapnya dewasa.
Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam hatinya, kenapa Mas Fauzi tega
melakukan hal ini padanya? Ah Kinanti sadar terlalu banyak yang dia skip
begitu saja, seperti gosip-gosip waktu lalu tentang Mas Fauzi dengan
beberapa cewek, tentang egois hatinya selama ini yang hanya menjadikan
Mas Fauzi pelarian untuk melindungi dirinya dari rasa sedih prahara ayah
bundanya dan Kinanti sadar hingga detik ini dia tidak memberikan arti
apapun pada pasangannya.
Perbedaan umur yang cukup jauh, Kinanti hanya merasakan kenyamanan
saja dan mungkin membuat Mas Fauzi ragu untuk berdiskusi apapun
dengannya.
Ya! Kini Kinanti sadar dirinya mungkin terlalu egois juga! Sepenuhnya
perselingkuhan di belakangnya karena Mas Fauzi merasa tidak bisa
berbagi apa pun dengan hatinya.
Perih! menyesakkan dada Kinanti saat menyadari semuanya, dia harus
menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri kebersamaan pria terkasih
yang menemani tiga tahun ini tengah berjalan dengan wanita yang lebih
matang tampaknya.
Nyatanya memang hubungan menjadi begitu hampa, cinta di hati Kinanti
berubah pupus seketika.
Kekakuan tercipta saat komunikasi terjalin, ada jarak yang terbentang
Kinanti cipta tanpa minta melaku begitu saja.
Tampaknya Mas Fauzi pun mulai menjaga jarak, tanpa Kinanti minta
penjelasan sudah tahu jawabannya.
Hingga kata putus meluncur begitu saja dari bibirnya, dengan sandiwara
Mas Fauzi yang meledak-ledak menahan amarah karena Kinanti
memutuskan hubungan kasih mereka.
Kinanti hanya tertawa dari seberang telepon dan menjawab dengan
tenang, “Aku tahu semuanya dan lebih baik tidak usah bersandiwara lebih
lama lagi. Aku tahu kamu sudah memutuskan memilih siapa di belakang
aku....”
Berusaha tegar! Tapi nyatanya hatinya hancur berkeping-keping. Gerimis
mengguyur Kota Yogyakarta sedari sore, “Musim penghujan hadir tanpa
pesan bawa kenangan lama telah menghilang saat yang indah dikau di
pelukan setiap napasmu adalah milikku surya terpancar dari wajah kita
bagai menghalau mendung hitam tiba sekejap badai datang mengoyak
kedamaian segala musnah lalu gerimis langit pun menangis kekasih, andai
saja kau mengerti harusnya kita mampu lewati itu semua dan bukan
menyerah untuk berpisah...” (Gerimis_Kla Project)
Lagu Kla Project menemani malam Minggunya yang sunyi dan resmi
dirinya sendiri lagi. Kesendirian yang sempurna. Karena tidak ada yang
perlu dibicarakan lagi, semua sudah tampak jelas adanya.