Hati Yang Terbatas

Reads
101
Votes
0
Parts
17
Vote
by Titikoma

Back To Rutinitas

 Sebagian peserta KKN terdiam dan tidur, bus kepulangan ke kampus sudah tidak seramai awal keberangkatan ke lokasi. Sepertinya masingmasing memilih diam atau tidur, sibuk dengan pikiran masing-masing yang berkelana mengenang apa yang telah dialami dalam dua bulan ke belakang. Kinanti memilih memejamkan mata duduk di samping Bagus yang tengah asyik mengutak atik BB-nya. Perjalanan yang memakan waktu kurang lebih satu jam berlalu dengan cepat. Setelah selesai serah terima kampus dan sebagainya, Kinanti ingin cepat sampai ke kostan. Beruntung kamar dititipkan ke Mbak Ipong, penjaga kostan agar selalu dibersihkan sehingga tidak perlu khawatir sampai harus bebenah. “Kinan perlu aku anterin?” Bagus sudah merangsel tas besarnya. “Nggak usah Gus, tuh aku udah panggil taksi. Lagian kamu juga capek banget belum lagi kamu harus beberes kostan kamu yang kaya kapal pecah kali ya,” Kinanti membayangkan kamar cowok biasanya berantakan. “Berantakan sih nggak, cuma debu pasti lumayan...” “Ya udah, nanti kita sambung lagi. Lumayan ada libur seminggu bisa buat kembaliin stamina untuk mulai kuliah lagi. Hmmm makasih ya Gus,” Kinanti tersenyum cantik. “Emang terima kasih buat apa sih Non?” Bagus mengelus rambutnya. “Buat semuanya, buat hubungan baru kita,” semburat merah jambu tersembul di pipi Kinanti. “Iya aku sangat mencintaimu, pulang dan istirahatlah... tuh taksinya udah datang. Ayo aku bantu angkat.” Kinanti menurut saja, mengekor Bagus yang membawakan tasnya ke taksi. Hanya butuh setengah jam kembali ke kostannya yang tetap rapi berkat perawatan Mbak Ipong yang Kinanti percayai untuk selalu membersihkan kamar dan membuka jendelanya selama KKN. “Hmm… home sweet home...” Kinanti merebahkan badan setelah membongkar barang-barang KKN, beberapa baju kotor dan beberapa pakaian yang tidak sempat disetrika Kinan taruh di tempatnya. Tak lama Kinanti terlelap dalam tidurnya hingga sore hari.  Beruntung setelah KKN libur seminggu, ada waktu untuk mencuci dan menyetrika baju-baju selepas KKN yang sudah tidak sempat cuci setrika di akhir minggu. Juga ada waktu untuk membuat laporan KKN agar bisa secepatnya dikumpulkan, beruntung Jaka sudah membuatkannya dan tinggal edit dikit-dikit lalu kirim ke semua email teman-teman satu tim agar mereka juga memiliki softcopy laporan KKN yang dibuat kelompok juga. Sebagai sekretaris, Kinanti ditugaskan merapikan apa yang sudah tersusun lalu menge-print dan menjilid. Jaka akan mengumpulkan langsung kepada dosen pengampu tim mereka. BBM_Bagus: “Hai Kinan sayang lagi apa?” BBM Kinanti: “Habis cuci setrika dan ini lagi ngedit laporan KKN, nanti sore biar bisa ke penjilidanJ” BBM Bagus: “Sore aku anterin ya ke penjilidan, miss you.” BBM Kinanti : “Ok, miss you too.” Kinanti juga sedang dikejar editing laporan KKN dan tidak mau terlalu banyak ngobrol dulu dengan Bagus, tapi setidaknya hatinya cukup berbunga-bunga karena sore bisa ketemuan. Kinanti melakukannya seteliti mungkin apa yang menjadi tanggung jawabnya, dia tahu Jaka juga sangat perfectionist. Tengah hari sudah kelar, Kinanti langsung kirim ke Jaka untuk minta persetujuan sebelum masuk ke penjilidan. Dan ngasih date line pukul 15.00 bila ada perubahan agar ada waktu untuk menge-print. “Sent! Done! Aaaghh capeknya... aku mending tidur dulu tunggu revisi Jaka. Baru deh nge-print!” Kinanti langsung merebahkan badannya yang penat dan tertidur pulas. Sesuai perhitungan Kinanti saat jam 14.00 terbangun ternyata Jaka sudah mengirim revisian dari laporan pertama dibuat. “Hmmm… tidak terlalu banyak yang Jaka rubah, sip sip aku bisa cepat selesai dan print.” Kinanti sibuk dengan diskusi hatinya sendiri. Tanpa terasa selesai menge-print jam sudah menunjukkan pukul 16.30. Kinanti segera berlari ke kamar mandi dan merapikan penampilan. Ini pertama kali akan bertemu Bagus setelah KKN usai. Baru kemarin bertemu juga, tapi Kinanti rasanya tetap istimewa bertemu dengan Bagus setelah semua telah usai dengan berbagai kenangan, Bagus juga mengajak untuk mencetak foto-foto KKN sebagian buat attachment laporan yang Kinanti buat dan sebagian buat pribadi. Kinanti sudah siap dengan kaos kasualnya berwarna hijau muda dan jeans panjang, serta mengikat rambut ikalnya santai dengan jepit warna senada kaosnya. Yang jelas sore yang segar memutari Malioboro yang dirindu selepas KKN, membonceng Bagus menikmati harum rambutnya yang agak gondrong karena selama KKN dibiarkan memanjang. Malioboro jelang sore menghadirkan suasana romatisme tersendiri bagi insan yang dimabuk asmara. Masih ada sisa perjuangan untuk meraih gelar sarjananya. Semua berjalan normal seperti adanya. Kinanti cukup berpuas hati setelah mengecek mata kualiah yang sudah dia ambil menyisakan dua semester lagi untuk bisa meraih gelar sarjana ekonominya. Kuliah ditempuh empat tahun dengan IPK mendekati sempurna 3.9 adalah target utamanya mengejar wisuda tahun depan. “Wah, aku masih bisa tinggal setengah - satu tahun di Yogyakarta. Aku nggak bisa mengejar empat tahun selesai,” Bagus mengeluh seakan harus menerima kekalahan dengan pacarnya. “Iya aku ngerti kok Gus, Teknik Kimia lebih susah mata kuliahnya. Sabar saja kamu pasti bisa menyusul aku dengan cepat!” Kinanti menyemangati. “Yah semoga,” ada rasa kecewa, kesal atau apalah kerena bagaimanapun ada rasa egois untuk bisa memenangkan sesuatu yang harusnya dia juga bisa lakukan. Sebenarnya IPK yang didapat juga sudah di angka 3 tapi ada beberapa mata kuliah yang ingin diulang sekalian mengambil sisa mata kuliah wajib yang harus diambil, dan itu butuh tidak hanya dua semester sekalian mengejar skripsi. Kinanti jadi merasa tidak enak, sepertinya Bagus merasa tersaingi dengan prestasi yang diraihnya. Mungkin pacaran dengan yang seumuran jadi ada rasa egois dan iri lebih besar dibandingkan saat dirinya dekat Mas Fauzi. Kinanti sempat terbersit kepikiran kalau masih dengan Mas Fauzi yang ada pasti dia akan disanjung dan diberi ucapan selamat lalu akan disemangati untuk mengejar targetnya. Selanjutnya bekerja barang setahun mapan dan akhirnya menikah.  Jujur ada sesuatu yang aneh dengan sikap Bagus yang ternyata baru tersadar seiring waktu. Memang waktu KKN adalah menyatukan dua hati tetapi menyatukan dua hati tidak cukup dengan waktu yang singkat. Semua akan kembali pada waktu yang normal, rutinitas, dan kebersamaan yang akan mengetahuai satu per satu sifat masing-masing yang sebenarnya. Bila teringat akan Mas Fauzi di waktu sekarang adalah seharusnya dia tidak akan lama lagi menjemput rencana mereka yang sempurna. The perfect plan yang kandas...


Download Titik & Koma

* Available on iPhone, iPad and all Android devices