Kafe Batavia, tempatku dan Revando dinner mala mini. Revando tahu aja tempat romantic buat Dinner. Nah, kafe Batavia ini termasuk 10 restoran mewah dan romantic yang ada di Jakarta. Lebih tepatnya kafe Batavia berlokasi di Jl. Pintu Besar Utara No 14, Taman Fatahillah Stasiun Kota ini. Ini pertama kalinya aku dating ke kafe Batavia. Yang aku tahu kafe Batavia ini begitu terasa kental di dalam bangunan peninggalan jaman Belanda. Revando menggandengku saat hendak memasuki kafe. Begitu kami memasuki kafe Batavia terdengar sentuhan alunan musik jazz dengan desain interior yang hampir seluruhnya terbuat dari kayu tua. Aku melihat sekeliling kafe. Waw, dinding kafe dipenuhi dengan foto-foto masa lampau, yang membuatku serasa seorang noni Belanda. Andai saja aku tadi tahu, Revando akan membawaku ke kafe Batavia aku lebih baik mengenakan gaun ala noni Belanda biar feel makin dapat. Kafe Batavia mala mini sepi bahkan pengunjungnya hanya aku dan Revando. Mungkin Revando sengaja menyewa kafe ini satu malam. Revando orangnya romantic banget. Nggak menyesal deh pacaran sama dia. Aku dan Revando duduk di meja nomor 2. Revando mengangkat tangan kanannya untuk memanggil kafe Batavia. Tak lama kemudian gadis cantik, berambut pirang, kriting dan mengenakan gaun ala noni Belanda menghampiri kami. Feelingku mengatakan gadis berpakaian ala noni Belanda ini adalah pelayan kafe. “Maaf, nona dan tuan mau pesan makanan apa?” Tanya pelayan cantik itu. Tuh, kan benar feelingku. Kafe ini benar-benar keren. Sampai pelayannya aja harus berdandan ala noni Belanda. Dia menyerahkan buku menu kepada kami. Aku membuka buku menu. Pilihan menunya pun bervariasi dari menu oriental, western hingga Indonesian food. Sedangkan dessert paling spesial yang bisa dipesan adalah batavia trilogy, segelas besar es krim yang terdiri dari berbagai campuran buah. “Dev, kamu pesan apa?” Tanya Revando. Aku hanya menggaruk kepala  yang nggak gatal. Abis aku bingung mau pesan apa. “Kamu sendiri mau pesan apa Van?” tanyaku balik. “Kalau aku mau pesan menu oriental dan dessertnya batavia trilogy.” “Ya, sudah aku pesan sama seperti yang kamu pesan.” Kali ini aku mengikuti Revando aja. Aku yakin selera Revando tinggi, makanan yang dipesannya sudah pasti terbukti kenikmatannya. Revando menunjuk gambar yang ada di buku menu. Pelayan cantik itu mengangguk sambil mencatat apa yang dipesan Revando. Setelah itu ia pergi dari hadapan kami. “Dev, kamu suka tempat ini?” “Suka banget. Terima kasih ya telah membawaku ke tempat ini.” “Aku ingin mala mini menjadi dinner date paling romantic dan takkan terlupakan.” Sembari menunggu pesanan dating. Aku dan Revando terus berbincangbincang agar semakin satu sama lain. Revando banyak cerita kepadaku salah satunya adalah katanya dia masih ada keturunan Belanda dan sering banget makan di kafe Batavia ini. Aku sama sekali nggak pernah bermimpi mendapatkan kekasih keturunan Belanda. Dulu aku benci banget sama orang Belanda. Orang Belanda pernah menjajah Indonesia selama 2,5 abad. Jadi aku piker semua orang Belanda kejam tapi ternyata pikiranku salah nggak semua orang Belanda itu kejam. Contohnya Revando, dia orangnya baik dan romantic abis. “Oh, jadi ini yang lo lakuin di belakan gue Van?” terdengar suara wanita di sampingku. Aku menoleh ke samping. Telah berdiri tegak wanita cantik, ia berkacak pinggang. Aku mengamati wanita ini dari ujung kaki ke ujung kepala. Kulitnya putih mulus, tubuhnya langsing, wajahnya oriental, bulu matanya lentik, hidungnya mancung pokoknya dia wanita mendekati sempurna deh. Hatiku bertanya-tanya, dia siapanya Revando? Mengapa bisa dating ke sini juga?  “Lo siapa? Ganggu gue ngedate aja!” Tanya Revando mendahuluiku. Wanita ini bertepuk tangan dan kemudia ia tertawa terbahak-bahak. “Hahaha … acting lo bagus baget pura-pura nggak mengenali gue?” “Gue beneran nggak kenal sama lo.” “Lo amnesia ya Van? Kalau iya, nih gue bantu lo kembali mengingat gue, nama gue itu Desi Azzahra temannya Citra Aulia. Gimana sudah mulai inget kan? Ya, iyalah inget gue dan Citra kan sama-sama korban ke playboyan lo.” Darahku seketika naik ke kepala mendengar ucapan wanita ini. Revando playboy? Benarkah demikian? Dari wajah Revando sama sekali nggak da tampang playboy. Aku mencoba percaya dengan Revando. Kulirik Revando ingin meminta penjelasannya. Revando hanya mengangkat bahu seolah-olah nggak mengerti dengan apa yang dikatan wanita ini. “Dev, please jangan percaya sama ucapan wanita gila ini. Aku hanya mencintai kamu, nggak ada yang lain. Sumpe deh.” Wanita ini semakin tertawa terbahak-bahak. “Oh jadi ucapan gue barusan kurang kuat dan masih belum bisa membuatmu ngaku ya? Okelah, kalau begitu. Nih, aku tunjukkin bukti yang lebih kuat lagi.” Wanita ini menyerahkan android bercasing putih kepadaku. Aku menerima android itu dengan senang hati. Kuklik tombol pembuka kunci android. Seketika muncul chat dia bersama Revando. Kubaca chat mereka dari awal sampai akhir. Desi Azzahra Hay Revando Hay, juga cantik. Thanks for add. Desi Azzahra Iya, sama-sama. Btw kamu sudah punya pacar?  Revando : Lum, kamu naksir ya sama aku? Desi Azzahra Kalau iya kenapa? Boleh kan? Abis kamu cakep banget sih. Revando Boleh dong, kebetulan aku masih single plus mau mencari istri. Kamu mau jadi istriku? Jujur aku jatuh cinta sama kamu sejak pandangan pertama. Isi chat yang tertulis di android wanita ini sudah cukup membuktikan bahwa Revando playboy. Apalagi tanggal yang tertera di chat tersebut 28 Oktober 2013. Tanggal 28 Oktober itu 2 hari setelah aku resmi jadian sama Revando. Baru 2 hari masa dia sudah berani merayu cewek lain? Cowok macam apa coba? Sekarang aku sadar bahwa wajah tak menjamin isi hati seseorang. Plak! Tamparanku mendarat tepat di pipi Revando. Aku sudah bisa menahan emosi yang ada di dada. Tamparan ini tak sebanding dengan rasa sakit hatiku. “Mulai sekarang kita putus!”teriakku sekencang-kencangnya. Aku berlari meninggalkan kafe Batavia. Malam ini menjadi dinner date yang paling menyakitkan untukku. Good bye Revando. I hate You