mak comblang jatuh cinta
Mak Comblang Jatuh Cinta

Mak Comblang Jatuh Cinta

Reads
110
Votes
0
Parts
20
Vote
by Titikoma

4

Gubraaakss… Pletak… Buuk…. “Aduuh.” Gladys memegangi keningnya yang nampaknya sakit. “Apaan sih lo, nubruk aja kayak banteng, mentang-mentang gue pake jaket merah!” Miko menggerutu sok cool banget. “Lo yang jalannya meleng kali, Ko.” masih memegangi keningnya. “Lagian lo kenapa buru-buru amat sih? Kan biasanya lo nungguin gue.” “Pede amat lo, wuuu...” Gladys menoyor bahu Miko. Miko senyum kegirangan karena Gladys merespons candaannya. Memang benar Gladys hari ini tak seperti biasanya. Kayak artis kejar tayang yang takut ketangkep wartawan. Buru-buru banget. “Gue buru-buru ada janji, udah ya bubye Miko…” Gladys segera berlari tanpa menghiraukan Miko. Miko yang ditinggalkan pun ngelamun kayak sapi ompong. Gigit jari. ‘Cewek aneh… tapi gue suka lo putri lope-lopeku.’  “Mbok, bener nggak sih yang ini? Rumahnya aneh,” Gladys bergidik ngeri saat sampai di rumah dukun yang Mbok Mirah maksud. “Sstt... Non ikutin Mbok aja, ntar ilang lho.” Gladys mendelik, menelan ludah. Sementara itu dukun praktik yang baru sebulan buka praktiknya itu sedang asyik chatting dengan teman Facebook-nya. Ber-haha hihi ria di depan benda kotak ukuran 15 x 17 cm yang sebenarnya masih nyicil alias belum lunas. Samsung Galaxy Tab-nya. “Permisi!” Gladys dan Mbok Mirah menyerukan salam bersama-sama. Gladys melihat dandanan paranormal ini dari atas sampai bawah. Pemandangan aneh tentu saja pada tab yang dibawanya. “Gila, nih dukun update banget yach!” Gladys membatin. Mbah Ijan, begitu beliau dipanggil oleh semua pasiennya. Langsung saja menyembunyikan gadget kesayangannya. “Walah ada tamu toh, mari-mari duduk dulu,” dasar Mbah Ijan yang masih jelalatan, matanya terus terpaku pada Gladys. Dasar kadal ketuaan. “Gini lho Mbah, majikan saya ini pengen tau, dia cocok atau ndak sama targetnya, namanya siapa Non?” “Vino,” Gladys menyahut kemayu. Judesnya ditahan, padahal dalam hati dia sudah tak betah berlama-lama dipandangin Mbah Ijan. “Oooo, bisa-bisa, apapun permasalahannya bisa saja, asal…” Mbah Ijan menjentikkan jarinya. Gladys mengerti apa maksudnya, “Dukun matre,” batin Gladys. “Beres Mbah, berapa pun yang Mbah minta,” Mbok Mirah nyerocos tak jelas. “Eh, Mbok… kok berapapun sih! Kalo minta jutaan gimana? Emang nih dukun punya rekening, sotoy!” bisik Gladys ngedumel tak henti. “Udah Non, tenang aja.” “Ehm… ehmm, mau diskusi arisan apa konsultasi?” Mbah Ijan menegur.  Mbok Mirah dan Gladys gelagapan salah tingkah, aslinya sih ngeri-ngeri disko. Gimana rasanya tuh. Ahay... Mbah Ijan pun mengeluarkan Samsung Tab-nya. “Mbah, ngapain Mbah?” Gladys menegur Mbah Ijan yang sedang sibuk colak-colek layar Tab kesayangannya. “Mbah mau konsul sama Eyang Google dulu.” Mbok Mirah dan Gladys terbengong-bengong, kedap-kedip tak jelas. Semenit, dua menit. Bengong kayak sapi ompong nungguin jatah makan dari majikan. “Kamu…” Mbah Ijan menunjuk Gladys. Gladys tak menyahut, hanya bisa menelan ludah saja. Diam. “Ada dua makhluk, satunya ganteng satunya sebenernya dia ganteng juga, tapi oon-nya ndak ketulungan,” kata si mbah Ijan dengan tampang serius. “Siapa Mbah?” Gladys penasaran banget. “Aduh, Mbah lupa nggak ngajak kenalan, yang pasti mereka deket banget sama kamu. Yang pasti salah satu mereka adalah jodoh kamu,” kata si Mbah Ijan. “Pasti Vino ya Mbah?” Gladys berharap sekali. Mbah Ijan hanya diam. Kemudian dengan segera Gladys menyuruh Mbok Mirah membayar mahar si dukun lalu bergegas keluar. “Mbok, lain kali kalo ngusulin paranormal yang agak bener ya… kayak gitu nggak meyakinkan.” “Ssst, jangan bilang gitu, nanti Non disulap jadi kodok, mau?” “Idih, kagak Mbok, jangan nakut-nakutin Gladys dong!” Gladys merengek seperti anak TK yang minta jajan. “Ogah,” batinnya.  Gladys lagi-lagi ngedumel di kamarnya. Di depan ada laptop Axio-nya, tik tik tik… tangannya mulus mengetikkan query demi query ramalan di Google. Yaps, Gladys lagi googling ramalan bintang plus ramalan jodohnya. Tiba-tiba ada 1 BBM dari Miko buatnya. Kling… Miko : Dys, lo tega banget ingkar… Gladys : Tega apaan c? Satu menit kemudian. Miko : Nah lo katanya mau nraktir es krim… Gladys : Ya amplop, lupa gue. Besok deh. Nagih janji mulu lo, kalo dijanjiin aja inget, giliran janji aja lupa… gimana surat gue? Miko : Udah, aman udah sampe dengan selamat, sentosa, sejahtera. Tinggal ongkirnya aja belum sampe… Gladys : Siip Miko sepertinya tak membalas BBM-nya lagi. Dia kembali serius dengan huruf-huruf yang ada di layar laptopnya. “Ciuman Pertama itu Menentukan Masa Depan.” Satu artikel menyita perhatiannya. Gladys membaca dengan saksama tanpa kedip di mata. Gladys manggut-manggut, mencerna apa yang artikel itu katakan. “Ah, bodo amat mau bener apa nggak, gue bakal praktekin tips-tips ini, walau abal-abal kayaknya.” Gladys memikirkan, jika saja yang pertama itu Vino. ‘Dys, lo masih kecil’ Malaikat Putih berkata demikian. “Lo mau Vino jadi milik lo apa nggak? Selamanya,” Malaikat abu-abu alias kucel abis karena jarang mandi (kayaknya gitu, nggak boleh protes haha) juga tak mau kalah memengaruhi Gladys. Gladys memejamkan mata, sekilas wajah Vino terbayang. Dia mengkhayal lagi berduaan sama Vino… Tapi… “Loh, Argggghhhh… Minggiiiiiir!!!” Gladys berteriak sekencangkencangnya. Toa masjid aja kalah kayaknya. “Miko… napa lo gangguin  khayalan gue sih!” rutuknya “Non, kenapa Non? Ada maling Non?” Mbok Mirah membawa ember dan sapu, juga selimut. Gladys malah cekikikan tak jelas di depan Mbok Mirah.


Download Titik & Koma

* Available on iPhone, iPad and all Android devices