mak comblang jatuh cinta
Mak Comblang Jatuh Cinta

Mak Comblang Jatuh Cinta

Reads
108
Votes
0
Parts
20
Vote
by Titikoma

14

 Di Paviliun Gladys “Kok sampe di sini?” Dhanar dan Salma bingung. Semakin gemas dan penasaran sama tingkahnya Gladys. Mereka saling mengernyitkan alis dan mengangkat kedua tangannya tanda tak mengerti. “Tenang, rumah induk gue ada di samping paviliun kok. Kita di paviliun aja. Mama gue over protective, kalau sampe ketahuan bisa berabe kita. Gue umpet-umpetan jalan ma Vino, mama gue taunya gue jalan ma Miko. Mama gue bilang berteman boleh, pacaran no way dulu.” “Ooh,” ujar mereka barengan sambil melongo heran campur kaget. “Nih, map biru isi taktik jitu cari tahu siapa pejuang cinta lu yang sejati dan tepat jadi kekasih hati lu,” kata Salma. Gladys membuka dan membaca isi mapnya. Hmm, cowok itu harus cinta bukan karena fisik doang, Ia bisa mencintai segala kelebihan dan kekurangan gue, sikap, dan kebiasaan gue. Dan yang paling penting, ia bisa mencintai ketidaksempurnaan gue secara sempurna. Bolpoin yang ia pegang, mengecek list apa yang menurutnya oke untuk dilakukan. Tangannya kini beralih menyentuh laptop kesayangannya. Ketika laptopnya nyala, ia langsung browsing mencari link tentang cara menghadapi gebetan. Cowok kalau janji mengiyakan ya, maka ia akan melakukannya, ketika ia berkata tidak, maka ia mestinya tidak akan melakukannya. Termasuk dalam ciri-ciri ini adalah cowok setia sama ceweknya. Kalau dia bilang kamu adalah pacar satu-satunya yang ia cintai, maka ia benar-benar enggak boleh selingkuh secara nyata ataupun di hatinya. Intinya, ia mampu mempertanggungjawabkan kata-katanya dan merealisasikannya dalam tindakan alias nggak plin plan. “Cocok nih, Sal, Dhanar. Sal, lo berarti harus mulai pura-pura jadi cewek genit yang menelepon salah sambung terus bilang kalau lu pengagum rahasianya. Dhanar, lo perannya menyamar jadi cowok yang genit, godain gue, gimana? Oke, yaah...” “Siaap, misi dijalankan,” ujar mereka barengan lagi.  “Ingat ya, gue percaya ma lo pada! Plus prinsip gue 100% harus maksimal dengan apa yang dikatakan oleh Melly Waty, “Jika aku jadi kamu, aku akan menguji cinta mereka dulu. Dari sana aku akan tahu siapa yang tulus dan paling mencintaiku. Dan aku akan memilihnya.”  Di Rumah Gladys Vino dan Miko melangkah masuk ke dalam rumah Gladys, mereka diundangnya untuk makan siang, menggelar acara sekedar hiburan sambil makan-makan bersama teman-teman. Tanpa sepengetahuan mereka, Salma dan Dhanar sedang menyamar sesuai dengan skenario yang dirancang. Di meja makan tersedia hidangan nusantara, di antaranya semur jengkol. Sengaja Gladys meminta Mbok Mirah untuk membuatkannya sebagai salah satu ujian bagi dua sang pejuang cinta. Vino kalem sedangkan Miko terlihat gusar melihat menu yang dihidangkan namun ia berusaha bersikap tenang ditambah semakin merasakan kedekatan hubungan Gladys dengan abangnya. “Makasih ya, udah pada datang. Lihat menu seadanya ala Nusantara Chef Mbok Mirah,” ujar Gladys seraya mempersilakan mereka untuk segera menyantap hidangan. “Gue, harus coba itu makanan. Gue rela apapun harus gue lakuin buat Gladys. Gue, harus dapetin my sweety lope-lope. Addduhh, Gladys padahal lo tahu kesukaan makanan gue selain semur jengkol,” gumam Miko berjanji. Vino sudah merasa yakin sama perasaan Gladys, bukannya dia kasih amplop warna pink sebagai bukti kalau Gladys memang suka sama Vino. Gelagat Miko, sedikitnya membuat Vino merasakan kalau ada sesuatu antara Gladys sama adiknya. Miko berbisik ke Vino, “Bang, itu siapa ya cowok sama cewek, kayaknya kenal tapi kok pangling yaa. Yang cewek keliatannya naksir tuh sama Abang, dari tadi cari perhatian terus sama Abang,” tapi Vino enggak menanggapi. Selepas makan siang, Dhanar yang menyamar mendekati Gladys dan purapura menggodanya. Vino menghampiri Gladys. Miko yang melihatnya membatin, “Yah, gue kalah cepet sama Bang Vino.” Salma seperti juga Dhanar yang sudah menyamar juga berdandan beda pun bergerak cepat mendekati Vino, “Hai, Vino. Masih inget gue?” “Siapa ya?” ujar Vino bingung sambil celingukan mencari Gladys yang sudah menjauh. “Gue Citra, lo masa lupa sih. Kita kan satu alumnus semasa SMA dulu.” “Oh, iya ya ya...” ujar Vino sedikit acuh. Vino merasa jengah dan jadi khawatir dengan keberadaan Gladys. Dari kejauhan Gladys dan Dhanar cekikikan melihat gaya rayuan maut Salma ke Vino. Dalam hati Gladys makin takjub aja sama sikapnya Vino, cowok tambatan hatinya. Udah ganteng, saleh, funky gaul, turunan bangsawan lagi. Enggak salah nih kata mama gue kalau pilih cowok juga harus dilihat bibit, bobot, bebet. Di tepi kolam renang, Gladys lalu menyalakan musik dangdut sebagai awal permainan lomba joget dan yang menang akan diberikan hadiah. Semuanya antusias banget ikutan lomba. Di sela lomba, Gladys menghampiri Vino dan memberikannya satu buah kotak bercorak batik berwarna biru tua, Gladys meminta Vino untuk tidak membukanya sebelum mereka benar-benar menjadi sepasang kekasih. Begitupun kepada Miko, namun dengan kotak batik berwarna cokelat di tempat terpisah. Dan keduanya menyanggupi. Isi sebenarnya sih cuma kata “Bagaimana akhirnya dengan janjimu?” Lomba joget semakin seru. “Seumur hidup baru kali ini gue merasa yellow, eh... melow. Lebih daripada cerita-cerita melodrama ala Korea. Asli ini kisah percintaan gue, mengharukan, mendebarkan, hadeuuh gue jadi lebayyy!” lamunnya sambil tersenyum. Tiba-tiba. Croooottt! Gladys kaget kena semprotan minuman kaleng soda yang sudah dikocok kuat oleh Miko. “Iiih, Miko, lo jahiiiil,” Gladys membalas ulah Miko. “Kejar-kejaran deh tuh bocah,” Vino menahan tawa melihat kelakuan adiknya sama Gladys. “Hihihi...” Miko dan Gladys nyamperin abangnya, mereka tersenyum tengil melirik Vino. Croooootttt! Keduanya menyemprot Vino. “Pfff, uuuh...,” Vino menahan napas. Wajah dan kaosnya basah kena muncratan. Kejadian itu mengingatkannya ketika di Music Cafe dengan Gladys, sungguh sangat berkesan. Makin ngegemesin aja nih Gladys. Dikejarnya mereka berdua dan saling semprot.  Malam itu, Gladys BBM-an sama Salma. Gladys : Sal, lo berhasil. Gaet Vino? Salma : Kagak, Dys. Dia cowok tipe setia tuh. Sepupu gue gitu loh. Gladys : Hmm, kalau gitu tinggal tunggu kotak yang gue kasihin ke mereka. Siapa di antara mereka yang enggak bisa nahan rasa penasaran ma tuh isi kotak, enggak akan gue pilih. Salma : Tapi Dys, masa cuma kayak gtu doang sih pertimbangannya? Gladys : Tenang aja, gue tau apa yang musti gue lakuin. Oke... Salma : Oke deehh, moga saja lo bertiga kagak ada yang kecewa. Gladys : Iya, jangan sampe dong. Samaran akting lo ma Dhanar keren banget. Mereka berdua sampai gak kenal kalian hehehehe. Makasih yaa, lo berdua dah bantuin gue. Salma : Buat lo, apa sih yang enggak. “Hmm, mitos ciuman pertama. Ramalan Mbah Ijan. Percaya enggak percaya sih, tapi kalau hasilnya bagus, kenapa enggak... heehee...”, Gladys mengkhayal sebelum akhirnya tertidur dan memimpikan Vino.


Download Titik & Koma

* Available on iPhone, iPad and all Android devices