
by Titikoma

Cinta Itu Jujur
Dan sisa perjalanan pulang menuju ke rumah hanyalah bisu. Mauren dan Nico bisu dengan pikiran masing-masing. “Mauren apa pun pendapat kamu tentang aku ... aku tidak bisa memaksakan apa pun. Aku sudah berusaha jujur atas pertanyaan kamu. Tentang Marsya dan tentang aku yang .... yang pernah dekat dengan lakilaki ... itu tidak seburuk yang kamu pikir ... aku masih bersyukur aku masih bisa jaga diri ... terserah kamu mau percaya atau tidak ... suatu hari nanti aku mungkin bisa lebih ngomong ke kamu ... maaf Mauren ... dan cinta aku padamu adalah jujur.” “Makan tuh jujur dan cintamu!”Mauren membanting pintu dan masuk ke dalam rumah tanpa menengok kembali sesampainya di rumah dengan di antar memakai mobil Nico. “Mauren bangun sudah jam 10.00 siaaang nih! Kamu semalam nggak langsung tidur ya?” Tiba-tiba mama sudah di pinggir tempat tidur. “Mauren masih ngantuk Mam,” Mauren berusaha menutupi wajahnya yang sembab dengan menarik selimut lagi. “Kamu kenapa? Kamu ribut dengan Nico ya ?” “Hemmm, ternyata benar Mam cowok itu hanya akan menyakiti kita, makanya Mauren dari dulu tidak mau dekat dengan cowok dan memilih bersikap tomboy. Dan terbukti hati Mauren sekarang sakit sekali Mam, ternyata Nico pernah dekat dengan beberapa model dan parahnya dia juga simpanan cowok,” Mauren meneteskan air mata lagi. “Nico, masa sih?“ Mama membelalakan mata tidak percaya. “Iya benar Mah, semalam kita jadi ribut. Nico mengakui kok,” Mauren meyakinkan pada mamanya yang tampak ragu. “Mam Mauren pokoknya tidak lagi mau latihan modelling di Ratna Agensi lagi. Mauren hanya akan jadi diri Mauren lagi,” Mauren menatap tajam mamanya yang tampak sedih. “Sayang tapi kamu sudah terikat kontrak dengan sebuah perusahaan yang menjadikan ambasador, coba pikirkan lagi. Ini awal karir kamu? Dan sudah tanda tangan kontrak kamu nggak bisa memutuskan sepihak,” Mama Rafika mengingatkan tentang kontrak yang baru dua hari lalu Mauren tanda tangai ditemani Nico. Minggu ini dia sudah mulai pemotretan untuk iklan baliho*, poster dan majalah. Mauren menepuk jidat, teringat sebuah kewajiban yang telah dia putuskan. “Sayang, Mama sangat bangga dengan kamu. Saran mama jangalah kamu jadi mundur berkarir karena cowok. Anggap saja ini pelajaran berharga, yah setidaknya dalam perjalanan hidup kamu pernah merasakan indahnya jatuh cinta, dicintai lalu sakitnya karena jatuh cinta tapi kamu masih bisa bertahan dengan tetap berkarir baik. Inilah hidup yang berbagai rasa Sayang. Mama bangga kamu berusaha keras mebuktikan dirimu yang bisa menjadi cewek modis dari sebelumnya sangat tomboy tapi lihat sekarang kamu tampil mempesona. Dan hmmm masalah cowok Mama yakin suatu saat cinta yang jujur akan menghampirimu.” Mama Rafika mengelus Mauren yang tampak lebih lega dengan saran mama. Bagaimanapun Mama adalah kebahagiaan Mauren, apa pun sebenarnya akan Mauren turuti demi mama tercinta. “Baiklah demi Mama, Mauren akan terus jalani kegiatan model ini dan Mauren berharap cinta yang jujur dan sederhana akan menjemput Mauren.” Mama dan Mauren berpelukan. “Ya ampun banyak sekali miss call semalam dan beberapa SMS!” Mauren kaget saat membuka handphonenya yang sengaja dimatikan semalam. SMS Cika : Tolong balaskan dendamku terhadap Bram, selamat tinggal sahabatku. Dalam sendiriku aku tidak bisa berpikir lebih baik lagi. Mauren panik, seperti SMS Cika ini diketik saat Cika sangat kacau. Mauren melihat jam miss call dan SMS yang baru sempat dia buka jam 10.00 ini. Mauren langsung menelfon nomor Cika dan yang mengangkat adiknya. “Haloo ... Cika kamu baik-baik sajakan?” Mauren langsung memastikan kalau sahabatnya baik-baik saja. “Maaf Mbak Mauren, ini kita sudah jalan ke pemakaman. Cika meninggal semalam ceritanya panjang Mbak ...” dari seberang handphone milik Cika, Citra adik Cika yang mengangkat dan menginformasikan kalau Cika telah tiada. Mauren lemas apalagi mengecek banyak sekali miss call dari Cika dan berturut-turut dari sahabatnya yang lain yang pasti mngkhabarkan berita duka. “Ya ampuuun Cika ...” Mauren bergegas mandi dan memakai baju apa adanya seperti Mauren yang lalu. Mama Rafika tidak berani berkomentar apa pun. Mauren benar-benar sedang bersedih dan menyesal karena beberapa minggu ini dia tidak bisa memperhatikan Cika yang sedang bermasalah dengan Bram. Mauren memacu mobilnya bagai kesetanan langsung ke tempat pemakaman umum, ternyata Cika sudah selesai dikubur. Mauren langsung menghambur ke pelukan Salsa, Anita, dan Tiar. Semuanya menangis berurai air mata. Dari cerita yang mengalir ternyata Cika memang hamil sudah berusia delapan minggu, dan meminta Bram untuk bertanggung jawab tapi Bram selalu menolak. Bram juga sangat marah saat Cika meminta tolong Mauren untuk bertanggung jawab karena menyebabkan Bela memutuskan hubungan mereka yang baru saja jalan. Cika terus berusaha meminta Bram tanggung jawab tanpa bantuan ke sahabat-sahabatnya terutama Mauren. Apalagi Cika tahu dari Salsa kalau Mauren sedang terlibat dunia model untuk membuktikan sekaligus memenuhi permintaan mamanya agar dirinya berubah menjadi cewek normal. Cika mendatangi dukun beranak yang biasa menggugurkan kandungan juga dan akibatnya tragis, Cika kehabisan darah sampai ajal menjemput. Beberapa kali handphone Mauren meraung-raung dan tertera di layar nama “Nico” Mauren sengaja tidak mau menerima telepon dari Nico. Hatinya sedang diliputi rasa bersalah. Sahabat-sahabat Mauren meninggalkan Mauren yang masih di makam Cika, hatinya ingin berbicara pada Cika walau keheningan yang menyelimuti. “Cika maafkan aku yang tidak memenuhi janji untuk selalu bersamamu melewati masa terberat dalam hidupmu ... maafkan aku Cika yang menjadi egois dengan dunia baruku ... Cika tenanglah di alammu, aku akan membalaskan dendammu pada Bram,” Mauren berkata sambil menangis. “Bram! Bram! Awas kamu sampai ke ujung dunia aku kejar kamu!” Mauren mengepalkan tangannya. Secepat kilat Mauren memacu mobilnya pergi ke rumah Bram dan ternyata Bram tengah tertidur. Mauren langsung menghajarnya,”Bram puas kamu! Sudah membuat Cika mati! Puas kamu!” Mauren tanpa memberi kesempatan Bram menjawab langsung memukul dan menendang bertubi-tubi. Bram terhuyung-huyung ke sana ke mari dan semakin tidak peduli Mauren menghajarnya, tidak sedikitpun Bram melakukan pembalasan. Wajah Bram babak belur dan darah mengalir dari wajahnya. Untung tiba-tiba kedua orang tua Bam datang dan langsung memohon pada Mauren untuk menghentikan, “Tolong Nak Mauren sabar-sabar ...” Ayah Bram meminta Mauren berhenti menghajar putranya. “Iya Nak Mauren, maafkan Bram ...” sepasang mata teduh ibu Bram ternyata menyimpan kesedihan yang terbaca membuat Mauren luluh untuk tidak menghajar Bram yang tanpak diam kesakitan. “Maafkan anak kami Nak Mauren, cukup-cukup ... orang tua Cika sudah menuntutnya ke Pihak Yang Berwajib. Dia sudah di Drop Out dari kampusnya ... padahal sebenarnya kami sebagai orang tua sangat berharap dia akan menjadi tulang punggung kami, tapi semua pupus ...” air mata ayah Bram tidak bisa dibendung. Mauren luluh melihat dua orang tua yang kini juga tampak terpuruk atas kelakuan Bram yang tidak bertanggung jawab. Mauren tidak tahan berlama-lama, kembali Mauren pacu mobilnya dengan kecepatan tinggi untuk pulang ke rumah. Sampai di rumah mama Rafika bisa membaca apa yang telah terjadi dari wajah Mauren yang tampak sangat kusut, pasti perkelahian dan keributan. “Kamu habis ngapain lagi Mauren, kamu berkelahi dengan siapa?” Mama Rafika mengelus rambut cepak putrinya. “Cika meninggal semua gara-gara Bram yang tidak mau bertanggung jawab Mam, Cika hamil dan dari kemarin ada beberapa miss call Cika ke hp Mauren tapi Mauren ribet dengan fashion show dan malamnya juga acara Om Roki. Mauren merasa bersalah Mam, karena Mauren tidak ada di samping Cika yang sedang putus asa kalau dirinya memang hamil. Padahal Mauren janji akan membantu dia menemani hal yang terberat sekalipun tapi malah Mauren sibuk dengan dunia baru Mauren.” Mauren merasa bersalah telah mengabaikan salah satu sahabatnya hingga memilih kematian untuk mengkahiri masalahnya. “Mauren ... ini bukan salahmu Nak, kamu nggak bisa menyalahkan diri kamu sepenuhnya. Ini sudah takdir dan pilihan Cika Sayang ... “ Mama Rafika ikut bersedih atas apa yang menimpa Cika dan hubungan kematian Cika dengan Mauren yang terpukul karena merasa tidak bisa menjaga sahabatnya. Mama Rafika tahu benar bagaimana Mauren sangat menyayangi teman-temannya. “Coba Mama tidak memaksa Mauren mengikuti kegiatan model atau Mama tidak mengira Mauren tidak normal! Pasti Cika masih hidup Mam! Mauren janji sebulan lalu untuk menemaninya Mam! Tapi sekarang Cika sudah tiada ... tadi Mauren hajar Bram untuk membalas permintaan Cika terakhir tapi hati Mauren tetap sedih,” Mauren meneteskan air matanya. “Ikhlaskan Cika ... semua ini bukan salahmu Sayang ...” Mama memeluk Mauren yang sesenggukan. Setelah hati Mauren agak tenang dan mama membiarkan Mauren mandi lalu membujuk untuk duduk dan makan malam bersamanya karena Moreno dan papa masih ada urusan masing-masing. “Mauren kamu masih marah dengan Nico? Dari pagi Nico mencoba menghubungi kamu tapi kamu tidak menjawab dan bahkan sampai sekarang hp kamu mati. Sekarang Nico sedang terbang ke Jerman ... dia ada syuting sekaligus pemotretan di sana kurang lebih dua minggu, tadi dia bicara banyak sekali dengan Mama tentang cerita kalian semalam, maaf Mauren bukannya Mama ikut campur ... tapi Mama berharap kamu lebih bijaksana menyikapi apa yang kalian alami. Nico mungkin waktu lalunya pernah melakukan kesalahan, ya dia mengakui kalau tiga tahun lalu awal dia mulai mencoba terjun ke dunia entertainment lebih serius pernah terlibat dengan cinta sejenis ...” Belum selesai mama Rafika berbicara, Mauren sudah mengangkat tangan kanannya meminta mamanya tidak membicarakan tentang Nico lagi. “Cukup Mam, Mauren sudah tidak mau dengar apa pun tentang Nico ... Mam! Mauren sudah menyetujui untuk tetap meneruskan dunia model karena terikat perjanjian menjadi ambasador produk kosmetik Maharani dan tetap berusaha tegar tanpa Nico. Mauren menganggap tidak akan pernah kenal Nico Mam, bagi Mauren dia adalah pembohong besar!” Mama Rafika memilih untuk diam dan membiarkan Mauren menjalankan aktivitas sehari-harinya dengan kesadaran sendiri. Mama Rafika tidak mau terlalu ikut campur lagi apakah Mauren masih terus melanjutkan dunia model yang jelas kematian Cika menjadi pukulan tersendiri buat Mauren dan itu disebabkan ambisi hatinya merubah putrinya menjadi feminim dan sebuah pembuktian bahwa putrinya normal dengan berpacaran dengan Nico yang selama ini memang menjadi tempat curhat tentangnya dan keluarganya di butik mamanya. Sebenarnya mama Rafika juga tidak menduga kalau Nico jatuh cinta dengan Mauren dari cerita-cerita yang meluncur begitu saja tentang putrinya yang tomboy, setia kawan, dan masih banyak. Jujur hatinya bahagia saat mengetahui putrinya ternyata juga menyambut cinta Nico yang selama ini sudah dekat dengan dirinya. Mama Mauren hanya memantau, saat Mauren juga melakukan pemotretan untuk produk kecantikan Maharani, bersyukur Mauren masih menginformasikan kegiatannya hanya saja dirinya tidak mau terlalu banyak campur tangan. ementara Nico juga setiap hari menanyakan keadaan Mauren apakah baik-baik. Selama seminggu setelah kematian Cika dan keributan dengan Nico, meskipun tertatih-tatih Mauren menata hati untuk tenang dengan tetap beraktivitas modelling dan kuliah juga pemotretan semuanya tampak baik-baik saja. Mama Rafika sedikit tenang, hingga tiba-tiba sebuah pemberitaan di salah satu infotainment pemberitaan tentang Nico Dirgantara artis muda yang tengah diributkan sebagai bakal aktor terbaik ternyata seorang homoseksual. Dari satu infotainment ke infotainment di setiap stasiun televisi. Mauren yang tidak suka melihat gosip tapi tanpa sengaja ikut menyimak garagara Mama Rafika penasaran dengan pemberitahuan yang sangat gencar. Jelas sekali gambar foto-foto Nico dengan seorang pria yang tengah berangkulan, saling memangku dan bahkan berciuman. Juga mulai diungkit-ungkit kalau dia sedang dekat seorang model baru bernama Mauren Malala Putri yang dipojokan kedekatannya hanya sebagai kamuflase untuk menutupi ketidak normalan sebagai seorang lelaki. Nico mendekati Mauren untuk mendapatkan dukungan dari fansnya agar tidak percaya gosip-gosip murahan kalau dirinya tidak mungkin menyukai seorang wanita. Juga mendukung dirinya mendapat suara terbanyak untuk menjadi artis terbaik dan favorit. Mauren hanya diam mematung seribu bahasa, rasa benci dan kesal masih menyelimuti hatinya. Sekarang dia baru sadar kalau hanya dijadikan alat oleh Nico untuk membersihkan dirinya yang ternyata memiliki kelainan seksual. Mauren baru percaya apa kata Marita tempo lalu. Semua sudah jelas, tapi heran sepertinya Mama Rafika tetap tenang-tenang saja. Nico tidak bisa tenang menjalani syuting dan pemotretan di Jerman, pemberitaan yang gencar tentang dirinya dapat dia ikuti di Jerman sesekali. Nico mencoba menghubungi Mauren sejak hari mereka salah paham tapi sampai detik ini Mauren tidak pernah mau lagi membalas apa pun, beruntung Tante Rafika terus mendukungnya untuk bersabar. Dukungan Tante Rafika lah membuat Nico berusaha tegar sesadis apa pun berita tentang dirinya. Nico tahu sumber semua berita berasal dari Trisna yang memang sahabat baik Firman lelaki gay yang mengincar dia tiga tahun lalu. Sebuah kesalahan karena mengejar ambisi, tiga tahun lalu Firman adalah seorang produser sekaligus pemilik sebuah production house yang banyak mengorbitkan model biasa seperti dirinya menjadi artis. Ternyata Firman mempunyai kelainan, dia suka dengan sesama. Demi melancarkan karirnya Nico mengikuti permainan Firman dengan purapura mencintainya, tapi sejak permintaan Firman mulai aneh-aneh bahkan hobby sekali mengabadikan kemesraan yang Nico anggap hanya permainan membuat dirinya muak dan kabur dari Firman. Firman tidak terima bahkan sempat menyuruh preman menghajarnya, tapi Nico sudah bertekad menyelesaikan semua urusan dengan Firman untuk menjadi manusia normal. Nico sadar untuk melewati perjuangan berat bukan jalan pintas untuk menjadi orang yang berhasil. Lama kelamaan Firman pun menghilang dari hidupnya sempat juga beredar gosip-gosip dirinya dengan Firman tapi saat itu Nico belum setenar sekarang. Berita berhembus tidak berarti apa-apa dan sekarang cerita tiga tahun lalu muncul lagi di permukaan, Nico tahu biangnya adalah Trisna dan gangnya yang merasa kesal karena cinta mereka bertepuk sebelah tangan. Telpon genggam Mauren berbunyi, sebuah nomor asing muncul di layar dan seperti biasa selalu Mauren reject nomor asing. Tapi kali ini nomor asing yang baru saja di reject menulis SMS. SMS nomor tidak dikenal : Baru jadi model pendatang baru! Jangan banyak gaya lo! Aku tidak akan pernah membiarkan kamu hidup telah merebut kekasihku Nico! (Firman) Mauren tersenyum kecut,”Firman si gay! Aku nggak takut! Kalau berani hadapi aku bukan main SMS ngancam-ngancam.” Mauren membalas SMS dari Firman. SMS Mauren : Tidak ada yang aku takuti di dunia! Jangan pernah mengancam! Tidak ada balasan lebih lanjut. Nico baru saja sampai di Indonesia rasanya ingin segera menjelaskan semuanya kepada Mauren. Kali ini Nico akan berkata sejujurnya akan masa lalunya, beruntung Tante Rafika mendukungnya. Nico bisa sedikit lega karena telah berkata jujur tentang masa lalunya kepada Tante Rafika dan sepertinya Tante Rafika bisa memahami kesalahan di masa lalu. Nico berharap Mauren mau juga memahaminya. Bahkan Tante Rafika mengatur pertemuan dengan Mauren agar semua kejujuran bisa menjadi kunci membaiknya hubungan mereka. Nico tersenyum sumringah hari ini dia akan menyamar menjadi badut agar tidak dikenal orang banyak dan membuat Mauren tertawa atas penyamarannya. Waktu lalu Nico pernah berencana untuk memberitahu apa saja alat-alat penyamarannya setiap jalan agar tidak dikenal oleh orang awam. Salah satu adalah kostum badut kesayangannya. Nico sampai rumah Mauren pukul 16.00 seperti yang diatur mama Rafika, tapi sampai di rumah ternyata mama Rafika yang ada langsung memberitahu Nico yang sudah memakai baju badut untuk segera mengejar Mauren yang baru saja kabur dengan mobil sport-nya memenuhi janji tantangan dari seseorang yang bernama Firman. Mauren mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, tantangan Firman membuat hatinya panas. Dia tidak mau dianggap pengecut maka ketika Firman menelepon untuk mengajak bertemu di lapangan Satria langsung Mauren sanggupi. Nico mencoba mengejar setelah ketinggalan lima belas menit dari kedatangan dan kepergian Mauren dari rumah. Nico yakin kalau Mauren pasti ditunggu di lapangan Satria persis tiga tahun lalu dia pernah dihajar anak buah Firman demi menuntaskan semua hubungan cinta terlarang dia dan Firman. Sepertinya sengaja Firman kembali menantang dirinya untuk menghajar kembali seperti yang pernah dilakukan dengan cara menantang Mauren sama saja mengundang dirinya. Nico tahu dirinyalah yang sebenarnya diincar dan masih menjadi dendam terpendam Firman karena memang akhirnya Firman tahu kalau dirinya sebenarnya dibohongi dengan kepura-puraan Nico demi karir yang dikejar. Mauren keluar dari mobilnya dan melihat sosok cowok yang tinggi besar, cukup ganteng. Mauren tahu dialah Firman seperti foto-foto yang beredar sangat mesra dengan Nico. Ternyata tanpa basa-basi Mauren langsung di hadang tiga laki-laki yang pastinya preman suruhannya. Mauren biasa berkelahi tapi kali ini sungguh tidak seimbang tiga lawan satu dan satu adalah cewek. Mauren tidak bisa menahan banyak serangan, tiba-tiba saat dirinya mulai berkunang-kunang dihajar tendangan dan pukulan,seorang badut datang langsung menyeretnya untuk minggir. Kini badut tersebut tengah menghadapi tiga preman dengan wajah yang sangat tidak bersahabat, sementara Firman menjentikan jarinya mengkode untuk segera menghabisi lelaki menyamar sebagai badut dia yakini adalah Nico. Kembali perkelahihan tidak seimbang terulang, Mauren samar melihat bagaimana si badut dihajar habis oleh tiga preman yang sudah gelap mata.