
by Titikoma

Selangkah Lebih Keren
Target yang harus kucapai di tahun 2015 antara lain : Jadi motivator wanita nomor dua di Indonesia Masuk di acara Hitam Putih Novelku difilmkan Arsha teen jadi mayor label Bersatu sama cinta pertama Aku melototin daftar target yang aku tulis di tahun 2014. Kebiasaanku setiap tahun nulis target di kertas, dan kertas target itu ditempel di dinding samping komputer. Tulisan target itu yang bikin aku semangat. Sayangnya, sampai bulan Agustus 2015 target-target yang aku tulis belum ada satu pun yang berhasil aku wujudkan. Huft, apa aku terlalu tinggi nulis targetnya? Mendadak aku jadi teringat kata-kata penulis fenomenal, Andrea Hirata di twitternya. Bunyinya seperti ini, “Di dunia ini tidak ada cita-cita yang ketinggian, adanya usaha yang tak setinggi cita-cita.” Ya, aku mengerti maksud kata-kata itu. Setinggi apapun cita-cita kita bisa terwujud, asal usaha yang kita lakukan harus lebih keras lagi. Aku nggak boleh nyerah. Dari kelima target, yang pengen banget aku wujudkan adalah target nomor satu. Aku pengen membuktikan pada semua orang bahwa kaum difabel bukan kaum yang lemah melainkan lebih kuat dari orang normal. Aku yakin jika target nomor satu terwujud, maka target nomor dua sampai lima dengan mudah aku bias merainya. Walaupun nggak tahun ini masih ada tahun-tahun depan. Ting…Tong Smartphoneku berbunyi. Kulirik layarnya ternyata 1 pesan masuk di facebook. Pesan itu dari Harya Imoet. Aku berteman dengannya di facebook sejak tahun 2011, tapi baru kali ini dia mengirimiku pesan. Pelan-pelan aku baca pesannya. Mba. Pernah di undang jd pembicara dalam sebuah acara ga? Hah? Aku bingung, abis nggak ada angin dan nggak ada badai tiba-tiba Kak Harya menanyakan kayak gitu. Aku balas pesan darinya. Pernah, waktu seminar Mbak Asma Nadia. aku jadi pembicara pendamping, kenapa? Dia membalas pesanku lagi, sehingga terjadilah obrolan panjang di chat. Harya Imoet : Gini. Kan dalam pembelajarn bahasa indonesia ada materi menulis cerpen. Nah, sebagai penulis pemula merka bingung bgt gmn mengembangkan cerita. Pengen deh kayanya ngundang mba k skul saya tuk berbgi pengalaman tentang dunia menulis. Aku : Aku jauh, di kalsel. berat ongkos mah hahaha Harya Imoet : Saya juga di kalsel. papadaan jua wal ai.1 Di kota Banjarmasin pas di km 7 Aku : Oh pantes. kirain luar kalsel Harya Imoet : Pengen ngundang tuk ruang lingkup sekolah aja dan kelas 9. Dengan dana yang terbatas kira-kira bisa ga yaaa. Kalau siswa udah bisa nulis cerpen, karya mereka dibukukan Aku : Adain di aulanya aja, jadi semua kelas bisa nyimak. kalo harga mah aku gak masalah yang penting dijemput aja sih. Nggak tau jalan Banjarmasin soalnya. Harya Imoet : Sekolah kami nggak punya aula. Tapi ada kelas yang dindingnya bisa di lepas tuk acara dan pertemuan. Kelas 9 ada 3 kelas dengan jumlah 105 siswa. Kalau mulai kelas 7 takut ga efektif jadinya. Masalah jemput gampang. Asalkan mba ikhlas nerima semampu kami. Klo mba bersedia biar kapan acaranya. Kami atur lagi 1= Sesama orang Kalsel. Senyum sumringah terukir jelas di bibirku. Allah Maha Besar. DIA selalu tahu apa yang diinginkan umatnya. Baru tadi aku memikirkan gimana caranya mewujudkan target menjadi motivator wanita nomor dua di Indonesia Eh, Allah dengan cepatnya mengsabulkan permintaanku. Kunfayakun. Jika Allah sudah berkehendak maka terjadilah. Memang sih Allah nggak langsung membuatku jadi motivator nomor dua di Indonesia, tapi setidaknya dengan mengisi seminar di sekolah Kak Harya, aku selangkah lebih keren. Siapa tau setelah itu makin banyak orang yang mengundangku mengisi seminar menulis. Jika hal itu terjadi dengan mudahnya aku akan menggenggam lima target 2015 yang aku tulis. Tentu saja aku nggak menyia-nyiakan tawaran dari Kak Harya. Tanpa pikir panjang, aku menerima tawaran itu. Jari-jari tanganku mengetik balasan pesan lagi untuk Kak Harya. “Oke, aku bersedia. aku tunggu kabar selanjutnya ya.” 16 September 2015 Hari ini rasanya waktu cepat banget berlalu. Tau-tau umurku sekarang sudah berganti. Dari 23 menjadi 24. Kalau di dunia novel usia 24 itu memasuki young adult. Aku ingin bercerita dikit tentang pengalaman ulang tahun di sepanjang hidup. Dalam hidupku ulang tahun cuma empat kali dirayain. Waktu kelas 3 atau 4, ngerayainnya itu di rumahku yang di solo. Ngundang temen-temen sekolah SD Al-amin seperti : Khusnul, Navis, Amron, Nurdin, Nisa, Iska, dan lain-lain. Di hari itu lumayan banyak dapat kado. Satu satunya kado tempat pencil berbentuk rocket bergambar hello kitty, dari Khoirul Annisa. Waktu umur 12 tahun, aku udah pindah ke martapura. Ngerayainnya di rumah nenek, ngundang temen-temen SDN Tambak anyar dan MI Baldatun Thaiyibah. Lima puluh persen kado yang kudapet isinya sabun mandi. Umur 14 tahun. Aku ngerayainnya di sekolah MI Miftah Darissalam. Umur 24 tahun, di lesehan Pondok Lima mengundang keluarga dan sahabat terdekat aja. Kata orang momen spesial itu ketika merayakan ulang tahun ke 17 tahun, tapi bagiku momen spesial ketika aku sudah bisa teraktir keluarga dan temen-temen pakai uang sendiri. Acara ulang tahunnya sendiri simple banget, cuma baca doa selamat aja. Doa selamat itu dipimpin oleh om ipar, suaminya tanteku yang paling muda. Om iparku itu seorang ustaz. Aku juga tahun ini banyak kado loh. Salah satu kadonya dari sohibku namanya Rizqiatul Husna. Dia sohibku di MI Baldatun Thayyibah. Sumpah, isi kadonya lucu banget. Bantal hello kitty warna pink. Dia tau aja kesukaanku. Yang paling membahagiakan itu ketika my first love ngucapin dan ngasih doa. Padahal dari zaman SD gak pernah ngucapin. Yang namanya hidup, nggak cuma ada bahagia saja. Di balik kebahagiaan yang kurasain ada sedihnya juga. Sedihnya itu gebetan terakhir babe Radith, sama sekali nggak inget hari ulang tahunku. Padahal tahun lalu dia ngasih kado spesial berupa mp3, lagu ciptaannya. Ulang tahun kalau nggak nulis make a wish gak afdol. Wish-nya sama kayak taget yang aku tulis kemarin. Cuma ini ditambahi dikit : Novelku di acc mayor lagi Tiga novelku yang di acc mayor kemarin terbit bulan ini. Klienku tambah banyak. 4. Seminar lancar 5. Penjualan novel dan buku terbitan Arsha Teen meningkat 6. Masuk Hitam Putih. 7. Berhasil diriin penerbit mayor label 8. My first love putus sama pacarnya yang sekarang 26 September 2015 Ting…Tong Smartphoneku bunyi. Ada pesan lagi dari Kak Harya. Mbak, kamu ngisi seminar di sekolahku tanggal 3 Oktober 2015 ya. Ini undangan resminya. Aku melirik jam dinding yang menmpel di sudut ruang keluarga. Jarum jamnya menunjukkan pukul lima sore. “Aduh, mama kemana sih? Jam segini kok belum naik ke rumah?” aku jadi gelisah sendiri. Mamaku selain jadi Ibu Kepala Desa, juga jualan makanan ringan dan es. Warung es dan makanan ringan di seberang rumahku. Biasanya mama jam lima kurang lima belas menit sudah naik ke rumah. Ciiit! Terdengar decitan pintu terbuka. Sosok mama menyembul di balik pintu. Pucuk dicinta ulampun tiba. “Akhirnya mama pulang juga. Ririen dah nungguin daritadi.” “Tumben, lo nungguin gue pulang. Ada apa?” Tanya mama. Mamaku itu umurnya baru 41 tahun. Perbedaan umurku sama umur mama hanya 17 tahun, jadi kalau mama ngomong sama aku kayak lagi ngomong sama temennya. Makai lo-gue. Mamaku mah emang gitu. Sok gaul. “Mama tanggal 3 Oktober ada acara nggak?” Aku malah bertanya balik sama mama. Mama ngambil kalender 2015. Dahinya berkerut, tanda lagi mengingat sesuatu. “Tanggal tiga ya? Kayaknya nggak ada acara apa-apa deh. Emang kenapa?” “Gini, Ririen diundang Kak Harya ngisi seminar menulis di sekolahan tempat dia ngajar. Sekolahannya itu di Banjarmasin. Mama mau nggak nemenin aku ke Banjarmasin?” “Kita ke Banjarmasin naik kendaraan gitu?” “Nggak lah. Nanti dijemput kok make mobil. Gimana mama mau kan nemenin aku?” “Gue sih oke aja. Asal fulusnya ntar bagi dua, hehehe,” goda mama. Aku senang banget. Mama yang dulu nentang aku jadi penulis, sekarang malah mendukung kegiatanku seutuhnya. Love you, Mom. 3 Oktober 2015. Aku nyampe rumah tepat pukul 3 sore, abis mengisi seminar menulis di MTs. Banjar Selatan. Capek sih, secara aku berangkatnya sejak pukul 8 pagi. Terus perjalanan bolak-balik Martapura-Banjarmasin sekitar 2 jam-an dalam mobil. Harusnya sih aku langsung istirahat di kamar, tapi capeknya kutahan dulu. Pengen nulis sesuatu di blog dulu. Ya, kebiasaanku apapun aktivitasku yang seru pasti aku tulis di blog. Untung sinyal modem lagi bagus. Hanya dalam beberapa detik, sudah memasuki beranda blogger. Aku mengarahkan kursor untuk mengklik entri baru. Lalu jari-jariku menari lincah di atas keybord mengetik pengalamanku mengisi seminar tadi siang. Tanggal 3 Oktober 2015 tingkat kekerenanku bertambah lagi. Pasalnya aku menghadiri acara berbagi ilmu kepenulisan di MTs. Negeri Banjar Selatan 1. Temanya “Penulis Berbicara Pelajar Bertanya” Dan aku jadi nara sumbernya. Waktu pertama kali masuk ke kelasnya mendadak langsung grogi dan jantung berdegup kencang. Wew, muridnya banyak banget sekitar 115 orang. Padahal itu cuma kelas IX. Kelas IX ada 3 lokal A,B,C. Mana banyak cowok berondongnya pula untung aku dah taubat gak ngincer berondong lagi. Oh iya, selain aku, ada lagi narasumbernya. Dia cowok, umurnya lebih dewasa dari aku. Namanya aku lupa yang jelas wajahnya mirip Eza Yayang, pemeran utama Tukang Ojek Pengkolan. Sebelum aku ngomong, Ibu Harya bacain profilku dulu. Sumpah, rasanya pengen tutup muka. Profil yang beliau bacain itu profilku zaman masih jadi anak alay. Terbongkarlah rahasiaku yang tergila-gila sama aa Pasha, notabennya berstatus laki orang. Baru deh aku ngomong. Yang aku sampai mulai dari awal bikin outline, ngebahas genre-genre tulisaan, opening menarik, yang perlu dihindari, tokoh, karakter, seting, penyakit kepenulisan, sampai modal penulis. Semua aku jelasin secara detail dan ngasih contohnya juga. Mamaku sampai gregetan, “Lo tadi itu kayak ngebaca buku. Orang yang diambil itu yang pentingnya aja.” Kalau soal kayak baca buku mungkin iya, aku belum terbiasa ngomong di depan banyak orang. Walaupun aku dulu di MTs, pernah ikut ekstrakulikuler Muhadharoh. Kalau soal yang penting, aku nggak setuju ma mama. Semua teknik kepenulisan itu penting. Aku sengaja panjang lebar beserta contoh biar mereka benar-benar ngerti. Ibarat seorang anak kecil kalau lagi belajar baca, makan pasti orang tua kasih contoh yang baik ke anak itu dong ya? Ngomong panjang lebar nggak kerasa udah dua jam, tiba sesi tanya jawab. Yang nanya pertama cewek. Katanya gini, “Mbak, kalau kita bikin cerita konflik awalnya itu kayak gini tapi lama-kelamaan konflik bertambah itu gimana?” Aku jawab aja, “Dalam sebuah cerita apalagi cerpen itu hanya ada satu konflik utama. Kalau banyak-banyak ntar jadi sinetron Haji Muhidin nggak kelar-kelar.” Orang kedua yang bertanya, lagi-lagi cewek. “Boleh nggak sih gabunggabungkan genre? Biar ceritanya nyambung gimana?” Aku jawab, “Boleh banget. Contohnya film Twiligth, itu film ada tiga genre : fantasy, action dan romance. Cara biar nyambungin perhatiin filmnya sampe abis.” Para cowok nggak ada yang mau nanya entah karena udah mengerti atau malu takut pertanyaannya diketawain teman-temannya? Selesai tanya jawab. Giliran mas Eza Yayang KW itu yang ngomong, aku istirahat makan kue kotakan. risoles, pastel. Mas Eza Yayang KW jelasinnya singkat aja mungkin karena teknik menulis udah kubahas atau keterbatan waktu. Sehabis Mas Eza Yayang KW ngomong, istirahat makan siang dulu 30 menit. Baru masuk lagi, kali ini praktek bikin opening. Aku kena bagian ngebantai opening bikinan orang. Agak susahnya ngebenerin bikinan orang apalagi waktu singkat, tapi untungnya aku bisa. Acara selesai jam 13.00 WITA. Abis itu mereka foto-foto dan cium tanganku. Ini aku berasa kayak orang udah tua banget . Adikku aja nggak pernah cium tanganku. Aku juga nggak lupa menyelipkan foto-foto seminar di postingan blog yang kutulis. Setelah kurasa pas, klik publikasikan. Ah, begini ya rasanya berbagi ilmu sama orang banyak. Seruu tauu.